iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Mesti Gitu

Mesti Gitu
DI PANGGUNG pergaulan sehari-hari kita banyak menemukan ungkapan-ungkapan khas baru. Salah satunya ialah yang saya selalu dengan dari sobat intimku.

Ada satu ungkapkan yang secara spontan selalu ia katakan saat aku melakukan sesuatu hal yang secara sadar kulakukan berulang-ulang. Ungkapan itu adalah "mesti gitu!"

Ya, begitu sederhana dan sangat biasa. Bahkan Anda pun pasti sering mendengarnya.

Namun kesederhanaan ungkapan ini - apalagi semakin sering aku dengar semakin aku sadar bahwa ungkapan itu menjelaskan sebuah pola-laku saya saat bertutur atau bertindak.

Disadari atau tidak disadari, setiap orang punya pola sendiri, mulai dari tingkah laku yang khas, cara berpikir yang unik, hingga cara bertutur yang khas. 

Dalam konteks sosio-antropologis kita meyebutnya sebagai kebiasaan (custom) atau oleh ilmu psikologi digolongkan sebagai kecenderungan berperilaku (behaviour) dari seseorang. 

Singkat kata, setiap orang sungguh memiliki keunikan yang ter-pola, entah caranya bertutur, gerak gesturalnya, hingga kecenderungan-kecendeeungan lain yang memang selal tampil unik dengan pola tertentu.

Teman kerjaku beberapa tahun lalu misalnya selalu menggerak-gerakkan kepalanya ke kiri dan ke atas setiap kali ia bicara, juga saat ia mengajar.

Ada juga teman saya yang selalu memulai setiap kalimat nya dengan "Aku itu selalu dicari dan dikangeni banyak orang loh" setiap kali ia mendengarkan sebuah pembicaraan tentang orang lain yang berprestasi.

Tentu, ada banyak contoh yang tak mungkin aku paparkan satu per satu di sini. Yang pasti Anda pasti juga punya pola-pola tertentu yang khas Anda sendiri. Setuju?

Demikianlah perkatan "mesti gitu" dari sobat intimku tadi saat mendeskripsikan pola tuturku setiap kali merumuskan sebuah ide. Karena ia adalah orang terdekatku, maka ia seakan menghafat pola tersebut. 

Menurutnya aku selalu "mengangkat contoh-contoh teranyar dan konkrit atau kasar mata setiap kali mengajar, memimpin rapat, atau pada saat berbincang santai."

Baginya, ungkapan vokatif "mesti begitu" tadi sudah menjadi simpulan dari kebiasaan saya itu. Ada-ada saja ya.