iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Jangan Memaksakan Diri

Jangan Memaksakan Diri
SIMULACRA terbentang
di saat RELITAS dan HYPER REALITAS
tak lagi tampil beda.

Bukankah di sekitar kita hal ini sedang terjadi ?

Lhatlah...
Tak lagi ada perbedaan
antara "pertemuan" dan "perjumpaan".
Sepintas sudah tampak sama
mana orang yang "sungguh tahu" dan orang yang "sok tahu".

Kejujuran pun menjadi bias
dan ketulusan pun menjadi basi.
orang memaksa agar diri
agar disukai dan dipilih sebagai "yang terbaik"

tapi orang tak akan pernah tahu
akhir dari kisahnya yang bisa saja pilu
hingga ia hanya samar-sama mendengar nasihat
psikolog, terapis, konselor, dukun, paranormal atu sobat karibnya:
"Sebaiknya mulai sekarang,
Anda harus mengikuti kata hati Anda sendiri!

Pemilu sudah dekat,
para pesohor akan segera mendekap
politisi rela membayar berapapun demi iklan kelas kakap
kata-kata "demi konstituen saya"

atau "demi kemajuan bangsa"
atau "demi bangsa apa saja akan saya lakukan"
atau "masyarakat membutuhkan saya"
atau "bangsa ini butuh pemimpin yang lebih baik (seperti saya)
atau "apalagi yang saya cari dalam hidup ini?

Bagi saya sudah saatnya mengabdi bagi ibu pertiwi ini"
atau......
atau.....
atau......

Lagi, di akhir kisah pilunya
psikolog, terapis, konselor, dukun, paranormal atu sobat karibnya:
hanya akan berujar satu kalimat pendek di saat mereka akhirnya kalah:

"Sobat, cinta itu seperti Aburizal Bakri:
sudah tahu kalah tapi mengapa memaksakan diri?"


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.