iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Ahok Tetap Menohok

AHOK itu inspirator, entah bagi keluarga, sahabat bahkan "musuh-musuhnya".

Di saat pemimpin lain masih peduli dengan "citra diri" agar terlihat baik, Ahok malah menerobos keramaian dan menyingkirkan segala penghalang demi menemui siapa saja yang membutuhka sentuhan dan uluran tangannya.

(1)
Dalam bekerja, Ahok tak bermental (maaf!) PNS, yang sebagian besar suka berseliweran entah ke mana untuk membunuh waktu; atau sering bekerja karena ketakutan akan dimutasi ke tempat 'kering' atau malah akan merasa mati saat mendapat putusan 'non job' di siang bolong.

Ahok tak pedulu seberapa banyak waktu yang bisa ia lakukan untuk bekerja. Sembari, ia juga tak pernah alpa memberi cinta kepada istri dan keluarganya. Ahok tak takut dipecat, dan hampir pasti bukan karena ia masih punya banyak usaha lain disamping jabatannya sebagai gubernur DKI.

Ahok adalah sosok yang tanpa petingsing. Ia bak komandan perang yang menginginkan kemenangan dengan perintah "maju" atau "mundur" pada saat yang tepat. Tak peduli seberapa kuatnya musuh yang siap menyerang pasukannya. Begitulah Ahok tetap konsisten pada pola pikir, pola tutur dan pola tindakannya. Sekali mengatakan "perang" ia akan sungguh "berperang".

Itu yang dilakukan Ahok saat DPRD mencoba merapatkan barisan agar Ahok dan kekuatannya tak bisa melewati mereka. Tapi bukan Ahok kalau tak punya ide dan strategi segepok! Ahok tak kagok! Bahkan tak lama baginya untuk menyusun strategi termutakhir. Perlahan tapi pasti, Ahok menang, dan terbukit barisan DPRD tadi mulai terpecah, hingga satu per satu dari mereka akan dengan sendirinya mengaku kalah dan siap dijebloskan ke penjara.

(2)
Dalam bertutur, Ahok bukan sperti sukarno yang menggelegar, juga bukan seperti Jokowi yang terbata-bata. Cara Ahok berbicara sungguh unik. Ia seperti bisa memadukan isi hati, pikiran dan apa yang (telah/sedang/akan) dilakukannya.

Kata "YA" yang keluar dari mulutnya secara spontan berarti YA dari hati, dan begitu juga dengan tindakannya. Begitu sebaliknya saat ia mengatakan TIDAK, maka itu berarti karena isi pikiran dan hatinya memang ingin seperti itu.

Kendati begitu spontan, tetapi ucapan Ahok selalu terdengar begitu terukur. Ia hanya akan menyebut kata "bangsat" kepada orang yang memang bertingkah seperti bangsat. Begitu juga ia akan segera mengatakan "para perampok" kepada orang-orang yang memang bermental perampok.

Mengapa saya katakan "kata-kata Ahok begitu terukur"? Berbagai kasus telah menggiring kita pada bukti-bukti nyata. Sebut saja "pertikaian" Ahok vs Lulung di Tanah Abang, kasus tawuran remaja, perang anggaran antara Ahok vs DPRD baru-baru ini, dst.

Bagi Ahok, kata diciptakan sebagai jembatan penyampaian isi hati dan pikirannya; dan sesudahnya kata adalah bagian terpenting dari strategi kerja. Ia mengancam akan memecat anak buahnya yang tak loyal pada komitmen mereka melayani masyarakat (baca: aturan yang berlaku), tapi serentak ia tak mau ambil pusing apakah anak buahnya hormat padanya atau tidak.

(3)
Ahok itu pemikir ulung. Teman saya yang juga alumni universitas yang sama dengan Ahok secara personal pernah mengatakan, "Ahok itu cerdas. Pola pikirnya tak mudah ditebak, tetapi ia selalu dengan mudah menyederhanakan maksudnya kepada para pendengarnya.

Saat memindahkan masyarakat dari tempat kumuh ke tempat yang lebih layak, ia dengan mudah menjelaskan maksud dan tujuannya kepada mereka. Dalam berpikir, ia selalu berusaha "masuk melalui pintu" lawan bicara (pendengar/masyarakat) dan segera "keluar dari pintunya sendiri".

Ketika mayoritas masyarakat, terutama para barisan gangster meykini bahwa hotel X tak mungkin ditutup karena melindungi para pengguna narkoba, Ahok malah bisa menutupnya dengan sekejap. Begitu juga baru-baru ini, saat Lulung cs ngotot akan meng-impeachment-nya, Ahok malah tak mau ambil pusing. Ia tak takut, karena di dalam pikirannya ia sudah tahu bahwa cara yang dilakukan DPRD saat itu hanya menutupi kasus korupsi UPS dan sejenisnya.

Maka Ahok berkali-kali mengutarakan isi pikirannya, "Kalau enggak suka saya tidak apa-apa. Gini aja deh. Nanti enggak usah pilih saya lagi tahun 2017!"

***

Begitulah Ahok. Caranya bertutur kerap meledak seperti guntur, tetapi juga tak jarang lembut dan halus seperti kain sutra. Tindakannya pun sepintas tampak garang bak Kapitan Pattimura yang selalu tampil dengan parang. Begitu juga dengan pola pikirnya yang cerdas dan efektif, dan jauh dari naif.

Cara Ahok berpikir, bertutur dan bertindak sungguh menginspirasi banyak orang, terutama kawula muda di negeri ini. Tak hanya di Jakarta, tetapi di seluruh nusantara. Ini karena Ahok selalu rela "dikorbankan" demi kepentingan masyarakatnya, terutama mereka yang miskin dan tersingkir.

DAG atau Dukung Ahok Gubernur DKI​ adalah salah satu group sosial media di Facebook yang secara konsisten mendoakan, mendukung, mengkritik dan mengawasi dengan rasa cinta sang gubernur kita yang satu ini.

Terimakasih bagi semua member yang setia mendukung Ahok dan DAG sebagai bukti kepedulian kita kepada bangsa tercinta ini.