iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Ketika Orang Kristen Alergi Kotbah

Risalah “Homili Paus Fransiskus”
Jumat pagi, 13 Desember 2013
di Kapel Domus Sanctae Marthae Residensi di Vatikan,


Fokus perhatiannya pada sikap beberapa orang Kristen yang tampaknya “alergi” dengan para pengkhotbah dan terlalu bersifat mengecam mereka yang mewartakan Injil, yang menunjukkan bahwa mereka sering khawatir untuk membiarkan Roh Kudus ke dalam kehidupan mereka dan karenanya rentan terhadap kesedihan yang mendalam.
*****

Dalam Injil: Matius 11:16-19 Yesus menyamakan generasi angkatan-Nya dengan anak-anak yang selalu tidak bahagia, yang menjelaskan bahwa mereka [seolah], “tidak terbuka kepada Firman Allah.” 

Penolakan mereka, jelasnya, bukan terhadap pesan itu, melainkan terhadap si pembawa pesan: menolak Yohanes Pembaptis — yang tidak makan dan tidak minum dan dituduh kerasukan setan, serta menolak Yesus karena dan menuduhnya seorang pelahap, pemabuk, sahabat para pemungut cukai dan para pendosa.”

Mereka selalu punya alasan untuk mengkritik pengkhotbah, tetapi mereka lebih suka berlindung dalam sebuah agama yang lebih rumit:
  1. dalam prinsip-prinsip moral (orang-orang Farisi); 
  2. dalam kompromi politik (orang-orang Saduki); 
  3. dalam revolusi sosial (orang-orang fanatic) dan 
  4. dalam spiritualitas gnostic (orang-orang Essene). 
Kelompok ini senang dengan kebersihan mereka dan sistem mereka yang dipoles dengan baik. Sebaliknya Sang Pengkhotbah tidak mereka senangi. Maka Yesus pun mengingatkan mereka: ‘Nenek moyangmu melakukan hal yang sama dengan para nabi' (bdk. di masa kini, di mana umat Allah memiliki alergi tertentu terhadap para pengkhotbah Firman). 

Ciri-ciri orang yang dimaksud Yesus ialah mereka yang:
  1. menganiaya para nabi, [bahkan] membunuhnya
  2. mengaku menerima kebenaran wahyu, sementara Sang Pengkotbah tidak menerimanya.
  3. memilih hidup yang terkurung dalam ajaran-ajaran, kompromi-kompromi , rencana-rencana revolusioner atau dalam spiritualitas mereka.
Angkatan ini ialah orang-orang Kristen yang selalu tidak senang dengan apa yang para pengkhotbah katakan. Mereka juga tertutup, terjebak, menyedihkan, dan merasa tidak bebas., karena mereka takut kepada kebebasan Roh Kudus, yang datang melalui pengkhotbahan. Inilah yang disebut sebagai skandal pengkhotbahan, yang oleh St Paulus dikatakan akan berakhir dalam skandal Salib. 

Allah berbicara kepada kita melalui orang-orang dengan keterbatasan-keterbatasan, orang-orang yang penuh dosa, orang-orang dengan skandal, bahkan lebih dari sekedar skandal. Melalu mereka Allah berbicara kepada kita dan menyelamatkan kita dengan cara manusia (dalam diri Putera Allah). Seperti Yesus, akhir hidup-mereka pun diperlakukan bak seorang penjahat.

Dalam diri orang-orang Kristen terdapat juga ciri di atas, dan itu sungguh menyedihkan, sebab mereka:
  • tidak percaya pada Roh Kudus, 
  • tidak percaya pada kebebasan yang berasal dari pengkhotbahan yang mengingatkan, mengajarkan, bahkan menampar mereka. 
  • seperti anak-anak yang takut untuk menari, menangis, dan takut kepada segala sesuatu. 
  • selalu meminta kepastian dalam segala hal dan selalu mengkritik para pengkhotbah Kebenaran, tetapi serentak mereka khawatir membuka pintu (hati mereka) kepada Roh Kudus. 
Marilah kita berdoa bagi mereka, dan berdoa juga untuk diri kita sendiri, bahwa kita tidak menjadi orang-orang Kristen yang menyedihkan, yang memotong kebebasan Roh Kudus untuk datang kepada kita melalui skandal pengkhotbahan itu.”


*) Disadur dari www.news.va

Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.