iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Sumut Butuh Pemimpin Anti-Rasuah

Sumut Butuh Pemimpin Anti-Rasuah
Djarot-Sihar, harapan baru masyarakat Sumut
Sumut butuh Pemimpin yang bisa merangkul, bukan pemimpin yang sok pintar tapi "jugul"

Ini kata si Hinca yang dang hissa (tak lincah). "JR Saragih - Anci pasti menang karena dua alasan ini: JRS putra asli sumut dan sudah berpengalaman memimpin Simalungun. JRS juga di kenal di daerah pinggiran, ditambah Ance yang beristerikan orang Gunung Tua."

Sementara kata Edy, dia hampir pasti memenangkan Pilgubsu, karena mayoritas partai telah berebutan mendukung dia, "Tanpa Golkar pun kami masih punya banyak kursi."

Nyatanya Edy-(siapa sih nama wakilnya?) punya modal 60 kursi untuk maju. Maka menurut Edy dia sangat pede karena banyak mesin partai yang bekerja di daerah-daerah di Sumut.

Edy juga sangat pede pernah menjadi kopasus dan kini sebagai ketua PSSI; dan kedudukan itu semakin meyakinkan dia kalau ia pernah menjadi pemimpin tingkat nasional.

Ketika wartawan secara terpisah bertanya, baik kepada kepada JR (via Hinca) dan Edy, keduanya kompak menjawab, Sumut lebih menyukai pemimpin asli sumut dibanding pemimpin impor. Kedua paslon ini ternyata masih menginginkan Sumut seperti di era orde Baru.

*****

Di pihak lain, Djarot-Sihar dan timnya sama sekali belum bicara tentang kemenangan. Hanya saja Djarot dan timnya sudah berkali-kali berbicara peluang: "Sumut butuh pemimpin yang bersih dari korupsi dan menjalankan pemerintahan tanpa pungli."

itu saja. Tak banyak yang ditawarkan PDIP sebagai faktor pendukung. Bahkan ketika ketua DPW PPP tiba-tiba dipecat karena tak sudi ada orang Kristen di pencalonan Gubsu, PDIP santai saja.

Di sinilah letak menariknya paslon Djarot-Sihar. Keduanya bahkan sudah menerapkan konten kampanye mereka nanti: "berangkat dari perbedaan latarbelakang untuk mewujudkan visi-misi Sumut yang sama: bersih dari korupsi dan pemerintah tak berjalan dalam kebiasaan pejabat melakukan pungli.

Ya, paslon yang menarik, karena keduanya adalah figur nasional, dan sudah tuntas dengan dirinya sendiri. Bukan seperti JR yang terobsesi, juga Edy yang begitu ngotot menjadi gubernur hingga meninggalkan karir militernya hanya karena menurutnya uang pensiun jenderal hanya 4jt/bulan.

Bila memikirkan Sumut sebagai gerbang AFTA dan pintu masuk perdagangan ASEAN ke Indonesia, maka paslon Djarot-Sihar adalah pilihan terbaik. Bukan apa-apa, terutama Djarot yagn sudah terbukti saat menjadi bupati di Blitar maupun sebagai (Wakil) Gubernur di DKI Jakarta.

Djarot bukanlah tipikal pemimpin yang bagi-bagi duit menjelang pilkada, dan akan membalas dengan pungli ketika menjabat gubernur. Saat ini Sumut hanya butuh paslon Djarot - Sihar. Tak peduli apakah Djarot itu orang Jawa Timur dan Sihar tak seterkenal Ance dan wakilnya si Edy.

Kita sama-sama Indonesia dan tak satupun aturan perundangan yang mengatakan Djarot-Sihar tak boleh mencalonkan diri menjadi gubernur-wakil gubernur di Sumut.
Adalah fakta yang bicara bahwa dua gubernur yang didukung PKS di Sumut selalu masuk KPK. Saya ingat kata mantan gubsu Syamsul Arifin yang di hadapan Basaria Panjaitan dan Saut Situmorang dari KPK saat seminari di gedung Graha Gubernur Sumut, "Sedih kali kurasa KPK menangkap Kepala Kesbang hanya karena makan duit 1 milyar? Ah, kecil kalli pun bagi saya semilyar itu. Aku bisa ganti kalau cuma segitu? Kasihan dia."

Semua orang di forum itu tertawa terbahak. Itu karena semua pejabat yang haidir merasa perkataan Syamsul Arifin.

Sumut emang "luar biasa". Antar teman, terutama sesama pejabat harus saling mendukung; dan bila penting mereka harus saling melindungi. Jangan lupa lagu "ANAK MEDAN", itu bak kalau di kampung sendiri orang Medan itu berjejer rapih bak "....pohon pinang tumbuh di kampung sendiri": tak terlihat perbedaan dalam berbagai hal, termasuk saat korupsi dan pungli berjamaan.

Syukurlah, sejauh ini, baik Djarot maupun Sihar Sitorus belum pernah mengatakan bahwa mereka akan habis-habisan demi memajukan Sumut: rela meninggalkan jabatan di TNI demi Sumut. 

Bukan apa-apa hanya orang yang telah "kehabisan uang" demi memenangkan pertarungan politis akan mencari "banyak uang" setelah menjabat? Sejajar dengan itu, semoga kebiasaan money politic dan polarisasi pemilih yang masih tradisional segera punah, minimal berkurang dari Sumut ini.

Mungkin, inilah pilkada paling seru tahun 2018 ini: Sumut, dan juga Jawab Barat. kalau Jabar punya banyak penduduk, maka di Sumut banyak duit beredar, apalagi saat Pilkada. #DjarotSiharForSumut2018



Lusius Sinurat