iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Cerita Tersembunyi Di Sebuah Perjalanan

Cerita Tersembunyi Di Sebuah PerjalananA) KOPENG (30 November 2013/13.30)

Kami berangkat dari Jogjakarta menuju Semarang melalui Kopeng, Bruder Gino Sipayung dengan harley Hitam made ini Indonesianya, Subandri Simbolon dan Rimanda Sinaga satu kenderaan dengan bebek besarnya dan saya sendiri orang misterius bersama Sony Aritonang denga CBR merah dengan knalpot belalai Gajah. Suaranya seperti helikopter darat bro... hehehe awas!! Jangan sampai anak-anak menirunya di rumah. Sebelum sampai didataran tinggi kopeng, sepanjang perjalanan aku memerhatikan ada banyak variasi tanaman; sayur-sayuran, buah, cabe, dan tanaman lainnya.

Tapi hal yang menarik adalah ada banyak perkebunan bunga di daerah ini terutama bunga mawar di sekitar pinggir jalan. Sesuatu yang menakjubkan. Bunga mawar itu mahal pertangkainya. beberapa kali mngalami percakapan dengan teman-teman di Jogja, tanaman mawar itu tidak terlalu sulit dalam penanaman serta perawatannya, namun satu tangkai bunga mawar ini dapat mencapai sepuluh ribu rupiah. Bebeda dengan daerah Pematang Purba sumatera utara.

Selama kurang lebih sepuluh tahun saya memerhatikan desa ini ada satu kecenderungan dari masyarakat yaitu mengikuti kebanyakan. Misalnya satu orang menanam tomat, hampir semua keluarga akan menanam tomat. Satu orang menanam kopi semua menanam kopi. Begitu juga dengan kejadian baru-baru ini. Satu orang menebang kopi karena harga yang murah, hampir semua menebang kopinya juga, untung saja saya masih sempat memengaruhi orang tua saya, sehingga yang ditebang hanya sebagian. Dan ternyata sekarang harga kopi sudah mulai membaik.

Pemerintah perlu memerhatikan hal-hal yang seperti ini. Ada banyak lulusan-lulusan pertanian dan perkebunan di negeri ini, hendaknya orang-orang seperti mereka diberdayakan untuk mendidik para petani, supaya pangan negara ini lebih baik dan merata di seluruh Indonesia.

Dulu, hampir setiap suku itu memiliki makanan pokoknya masing-masing namun karena padinisasi Soeharto, akhirnya negeri ini merasa tidak makan kalau tidak memakan nasi. Ini suatu kebodohan, akhirnya sumber pangan yang semakin tersingkirkan. Ini perlu perhatian yang serius, biar sagu menjadi makanan orang papua, jagung untu NTT, Ubi di Batak dan begitu juga daerah yang lainnya. Bukan bermaksud menghilangkan beras dari daerah yang makanan pokonya bukan beras, tapi bagaimana kemudian sumber pangan yang lain diperhatikan dan dikembangkan.


B) SALATIGA (30 November 2013/15.30)

Back to Seminari Menengah Christus Sacerdos. Ini sekolah dimana aku harus melalui pengalaman yang aneh, menarik, lucu, sedih, mengerikan dana pengalaman lainnya. Tidak ada habisnya bercerita tentan pengalaman di tempat ini, bahkan satu cerita yang sama kamu ceritakan kembali sebayak dua puluh kali, itu tidak akan mengubah gairah dan semangat, kelucuan yang terkadung didalamnya. Ketika aku sekolah disini yang menjadi Rektor dan Kepala sekolah adalah pastor Erwin Manullang. Ketika sampai di Roncalli Salatiga, kami bertemu dengan beberapa pastor termasuk Pastor Erwin, Pastor Killer Kami Sebut dulu Di Seminari.

Ada satu hal yang menarik Dari beliau, dia orangnya sangat tegas, ambisius dan keras. Masa beliau, seminari mengalami pekembangan seperti Opera Batak-yang tearkhir diselenggarakan di TMI (taman mini Indonesia). Beliau tampak keras, tegas dan sekilas seperti otoriter, walaupun demikian salah satu pengajar bahasa Latin yang disukai khususnya angkatan kami adalah beliau. Setelah satu tahun di Jogja aku dan Plato Ginting berkunjung ke Seminari dan saat itu tepat pada perayaan 17 agustus. Pastor itu menyambut kami dengan hangat dan menyuruh kami makan di dapur seminari dan kami malah diminta tampil satu lagu di lapangan, ditonton oleh para guru dan adik-adik seminari-sekilas, mungkin kehadiran kami juga memengaruhi adik-adik sehingga kemudian banyak yang keluar, mereka bertobat. (hahaahaa)

Di Roncalli salatiga, ketika masuk ruangan pertama kali kami bertemu dengan pator Erwin sebelum pastor yang lain. Kami duduk di Ruang tamu dan saling berbagi cerita kemudian dilanjutkan ke parkiran melihat dan bercerita tentang petualangan buder Gino dan harley hitamnya. Beberapa kami tertawa terpingkal-pingkal mendengar jawaban dari bruder. Selama pembicaraan saya memerhatikan pastor Erwin, aura beliau tidak sama seperti di Seminari. Sekarang rasanya dia rasanya sangat bersahabat, hangat dan ramah.

Setelah kami melanjutkan perjalanan aku bercerita dengan bruder dan aku mendapat suatu jawaban yang menarik. Terkadang orang banyak menilai hanya sebatas mata saja, bukan kenyataan dan tidak mendalam. Seseorang harus pandai menempatkan dirinya di berbagai tempat dan suasana ataupun kondisi. Yah, mungkin dulu aku mendapat Pengalaman di Seminari seperti hal diatas adalah sebuah tuntutan dan prinsip, dan sekarang adalah hal yang berbeda pula.



C) Rumah  LUSIUS SINURAT (30 November 2013/19.30)

Salatiga-Semarang merupakan perjalanan yang cukup jauh. Hal membuat perjalanan kurang nyaman adalah adanya perbaikan jalan sebelum semarang. Para pengemudi hanya bisa menggunakan separuh jalan untuk kedua arah, akibatnya jalan ini menjadi sangat macet dan berisik apalagi dengan adanya bus-bus besar dari pabrik-pabrik. Masalah perhitungan ekonomi saya kurang paham. Jikalau para pemerintah tidak bermoral baik tentunya mereka mendapat keuntungan yang sangat besar dari proyek ini dan aku yakin dana yang dianggarkan pasti ada yang salah masuk “ruangan”.

Alasanya saya mengatakan demikian adalah sistem keamanan dan pengawasa negara ini masih lemah. Ya kita tidak perlu membahas hal ini terlalu jauh bukan topik utama, sori brother kapan-kapan aja. Sesampai di tempat bang lusius kami disambut kakak yang cantik teman abang itu. Kami masuk dan kami sangat terkejut karena dua orang Jepang keturunan tanah karo pedalaman belum juga tiba padahal mereka sudah terlebih dahulu berangkat dari Jogja naik bus. Tempat kami istrahat dan nongkrong ada di lantai dua, disana kami disambut bang lusius dengan hidangan kopi dan aahhhh ini adalah seeuatu yang penting-seperangkat alat game (ps). Sembari menunggu plato dan Richard Tarigan dari perantauan yang ternyata melampaui batas alamat yang seharusnya dan juga Jhon sinaga dan Ari perangin-angin yang akan menyusul sekitar satu jam, kami becerita seputar pengalaman Seminari dan pengalaman sesudah seminari.

Acara berikutnya bebas dan yang merasa dirinya tokoh antagonis dan protagonis langsung ambil bagian dalam pertandingan PS-bola. Tidak berapa lama kemudian, kedua anak yang tersesat datang dan kami menyambutnya dengan hangat dan penuh dengan canda. Sekilas wajah mereka kelihatan seperti seorang yang sudah selesai melakukan pemanasan lima jari-onani. Awas!! Anak-anak dilarang membaca-buah terlarang, pengetahuan nikmat dan tidak nikmat. Tak berapa lama kemudian juga datanglah para musafir dari Keraton membawa kabar gembira. Ari hampir saja memukul paha seorang perempuan ketika berpapasan di jalan karena gadis itu memperlihatkan kulitnya yang putih mulus, namun untung saja ari belum mencapai tahap penyakit kurang seimbang. Jika tidak pertolongan pertama perlu dilakukan-rehabilitasi di RS jiwa. Demikian selanjutnya kami bercerita sampai puas sampai menjelang makan bersama.


D) PECINAN SEMARANG (30 November 2013/22.30)


lapar menghiasi perut kami, kami pun segera merapat ke tempat makan, namanya pecinan ya sekilas tempat makan cina tapi yang saudari muslim juga banyak disana. dalam perjalanan aku perhatikan ternyata kota ini sangat sepi dan mati, tidak layak untuk sebuah kota hiburan, ini malam minggu tapi jam sembilan sudah sangat sepi, yanh bagaikan sebuah desa. kami berkeliling lewat gang-gang dan akhirnya kami sampai. Kami berjalan dari ujung ke ujung mencari tempat yang nyaman untuk kami yang jumlahnya lumayan banyak.

Ketika sudah menemukan tempat yang tepat, kami langusng memesan makanan, dan sesudah itu kembali ke refren bercerita dan bernostalgia. Di dekat kami segerombolan bapak-bapak cina yang sedang bercerita sambil memerhatikan istri-istri mereka karokean di ruko sebelah. wanita-wanita cina ini unik juga dalam menyanyikan dangdut dan lagu-lagu era lama, sekilas saya teringat kasus masa kelam mereka di negara ini, yah itulah mungkin yang menjadi cambuk bagi mereka yang merupakan sejarah yang tidak akan pernah dilupakan mereka dan keturunan mereka. negara ini adalah negara pancasila dan negara pluralis, semoga pemimpin selalu mengingat itu supaya tidak terjadi hal yang demikian di hari esok lagi.


E) TUGU MUDA (01 Desember 2013/02.30)

Tugu muda menjadi tempat nongkrong kami berikutnya, disana kami melalui malam itu dengan penuh kejutan. Pertama ada seorang gadis kecil penjual koran menawarkan koran kepada kami. Dia tidak pemalu dna dia juga sedikit centil, masih kecil dan dia pandai berbicara. 

Generasi yang yang kurang dipedulikan, sangat sayang sekali. Berikutnya ada segerombolan teman UNNES yang ikut bergabung dengan kami untuk bernyanyi-nyanyi bersama. Ternyata diantara mereka ada yang galau akibat cinta yang tidak dimengerti sedemikian rupa dan yang menjadi korban adalah aku, yah dan akhirnya itu juga membawa cerita baru bagi untuk esok harinya. Masalah pribadi tidak perlu disampaikan disini. Ada cerita yang tercipta tentang hal itu. 

Kemudian kami mendapat ide dari malam hari yang mencekam untuk benyanyibersama dan mengelilingi tugu muda dan itu merupak suatu hal yang aneh dan gila bagi kami dan orang yang melihatnya. Para ksatria ini tiada mengenal lelah untuk kebersamaan, ya walaupun esok hari akan ada cerita asam, manis, pahitnya lagi, ya itu beda cerita. Malam itu kami lalui dengan indah, sebelum esok hari kembali ke Jogja dengan membawa semangat dan spirit baru bagi kami masing-masing. Cerita dan pengalaman yang menarik.


Kiriman: Tappin saragih
Penyunting: Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.