iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

PDIP dan Jokowi: Pilihan Minus Malum Pemilu 2014

PDIP dan Jokowi: Pilihan Minus Malum Pemilu 2014
Jokowi dan Iriana

Geliat perpolitikan menjelang pemilu terbentang dalam keruhnya hasrat manusia-manusia yang ingin meraih kekuasaan. Bagi mereka yang pertamakali ingin menjadi penguasa, entah di level daerah maupun pusat, kekeruhan ini tentu menimbulkan kerisauan yang menegangkan.

Sementara bagi mereka yang sudah dua, tiga, empat atau lima kali meraih permata kekuasaan didalam lumpur persaingan itu, kekeruhan semacam ini adalah 'seni berbohong' yang sudah biasa mereka lakukan.

Di titik inilah pemilu 2014 tak lebih dari sekedar hiruk-pikuk yang diciptakan para pencari kekuasaan itu. Tak banyak partai yang sungguh memperjuangkan keselamatan bangsa dalam arti luas. Juga tak banyak calon pemimpin yang sungguh fokus pada kepentingan negara.

Hal ini terlihat, bukan dari platform partai yang dipajang di billboard atau spanduk-spanduk panjang kali lebar di tepi jalanan, melainkan dari cara mereka memproklamirkan diri mereka di atas panggung kampanye.

Saling melecehkan, saling menjegal, saling merendahkan, atau saling menonjolkan caleg/capres partai masih dipandang sebagai primadona dalam berkampanye.
  • Prabowo dan gerindra tampil mengeluh, meringis dan memelas pada megawati dan PDIP karena Jokowi terlanjur dicapreskan PDIP.

  • ARB bahkan hanya bisa cibi-cibi dengan boneka serta cabe-cabean dengan artis setelah merengek minta Jokowi jadi capresnya.

  • PKS dengan jurubicara yang saling bergantian hanya bisa fokus pada janji kampanye Jokowi saat jadi cagub DKI setahun silam hingga PKS melupakan bahwa mereka hanyalah partai yang memandang kuasa sebagai surga yang dibangun di atas pemandian para wanita seksi yang sedang memakan sup iga sapi.

  • Wiranto dan HT bahkan rela membagi-bagikankan uang kepada para kepada desa dan para petani demi berharap akan simpati mereka.

  • Ruhut sebagai juru-terkamnya Partai Demokrat bahkan hanya bisa mengucapkan kata 'tukang meubel' atas pencapresan Jokowi yang menenggelamkan konvensi partainya.

  • dan capres atau caleg dari partai lain yang memang bermental 'kalah sebelum bertanding'.

Semua seakan berjalan diluar akal sehat, di luar nalar manusia normal. Ternyata kursi empuk kekuasaan pada akhirnya menggeser putihnya naluri manusia, juga santunnya bahasa yang telah diwariskan para orangtua mereka sejak kecil.


Minus malum (Terbaik dari yang terjelek!)

Ya, dibalik semua metode kampanye yang telah dan akan dijalankan hingga batas waktu yang telah ditetapkan KPU, masyarakat masih bisa berharap pada Jokowi sebagai capres dan PDIP sebagai partai yang telah berani mencalonkannya.

Kendati bukan partai yang ideal, PDI-P itu adalah partai paling matang di Indonesia saat ini. Sudah teruji, punya pemimpin berpengalaman, Megawati, dan banyak melahirkan kader-kader muda yang hebat. Seperti telah saya singgung di atas, PDIP itu partai terbaik di antara partai yang memang tidak mumpuni.

Ada beberapa alasan, sebagaimana dikatakan oleh pengamat Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie (4/3/14):
  • Megawati, sudah melalui pengalaman yang manis dan pahit sejak era Orde Baru.
  • Berkat kepemimpinan Megawati Soekarnoputri, PDI Perjuangan bisa keluar dari keterpurukan sejak kemenangan pada Pemilu 1999. 
Kini, menurut Jeffrie, PDI-P berpotensi besar memenangkan Pemilu 2014. Selain matang, PDI-P juga sukses melahirkan politisi-politisi muda yang berkualitas: Jokowi, Risma, Puan Maharani, Ganjar, Maruarar, Helmy Fauzi, Arif Budimanta, Arya Bima, Budiman Sudjatmiko, Utut Adianto dan banyak nama-nama lainnya.

Ringkasnya, kendati bukan yang terbaik - tentu saja karena saingannya relatif jelek dan/atau suka menjelek-jelekkan capres/partai lain, PDIP sebagai partai dan Jokowi sebagai capres layak kita pilih pada pemilu tahun ini.

PDIP dan Jokowi bukanlah yang terbaik sebagaimana diharapkan oleh seluruh masyarakat di negeri ini, tetapi minimal, baik PDIP maupun Jokowi, telah teruji lebih 'masuk akal' untuk kita pilih dibanding partai-partai atau capres-capres lain yang lebih dulu berkoar-koar ingin menjadi penguasa di negeri ini.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.