iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Berkelebat Bersama Sahabat

Berkelebat Bersama Sahabat
Ada saja yang diperbincangkan. Terkadang kita heran melihat orang yang setiap hari bertatap muka dan setiap hari pula selalu punya tema yang diperbincangkan.

Ada-ada aja tema menarik yang membuat dua sahabat, juga pasangan kekasih, bahkan suami-istri yang tampak bahagia dan menikmati relasi mereka.

Bagi banyak orang pemandangan "selalu berdua dan selalu berbincang akrab" saat melihat pasangan sahabat, kekasih, atau suami istri semacam ini tergolong ganjil.

"Apa aja sih yang kalian perbincangkan? Kagak pernah kehabisan tema deh kalian ini. Bikin iri aja," tanya si Alex kepada dua sahabat yang saban hari ia perhatikan selalu sama.

Saat bertanya kepada dua sahabat dekat seperti ini, kita hampir pasti menerima jawaban standar, "Ada deh", "Ada aja", "Mau tau aja lu", dan jawaban sejenis dan nyaris diiringi senyum bahkan derai tawa.

Ya, dua sahabat, dan sungguh menjalin persahabatan 'sejati' hampir pasti selalu mendapatkan 'sesuatu yang baru' saat bertemu sahabatnya.

Benar... bahwa tak semua perjumpaan diwarnai tawa, karena nyatanya tak terhindarkan yang namanya bencana. Dan sahabat sejati tak akan membiarkan petaka menyelimuti sahabatnya, pun tak akan secara egois menikmati kebahagiaannya sendiri.

Apa yang saya utarakan tampak sederhana...sesederhana menuliskannya di sini. Tetapi sejatinya persahabatan tak pernah abadi, tentu bila bicara dalam konteks ruang dan waktu. Terutama oleh kematian, sebuah persahabatan bisa putus secara kasat mata. Namun, selain kematian, sebuah pertalian dua sahabat bisa ternoda, bahkan terputus oleh sebuah penghianatan.

Kendati selalu terbuka pintu maaf, juga terkuak gerbang untuk mengampuni dan menerimanya kembali sebagai sahabat, tetapi tak ada jaminan persahabatan itu akan kembali seperti sedia kala.

Itulah yang terjadi hari-hari ini. Dua atau lebih orang yang tadinya bersahabat dan secara fisik erat dan saling dekat justru saling mengungkap borok masing-masing.

Seorang Jokowi misalnya tiba-tiba dituduh oleh oknum-oknum dari PDIP sebagai 'petugas partai', padahal saat pilpres, baik denga PDIP sebagai institusi maupun beberapa orang PDIP begitu getol mendukung Jokowi menjadi presiden.

Begitu juga dengan Abraham Samad. Tiba-tiba ada orang yang mengaku sahabatnya Abraham Samad ujug-ujug mengaku ke media bahwa dialah yang memotret "AS sedang tidur bersama seorang wanita" saat sebuah foto kadung tersebar di sosial media.

Lagi, antar perwira Polri pun saling menuding demi pembenaran diri. Budi Gunawan mengancam bila tak dijadikan Polri, sementara perwira lain diam-diam pengen merebut tahta teringgi di Polri.

Mereka yang seangkatan... juga mereka yang pernah dalam kurun waktu lama serumah dan sehidangan, bahkan satu sama lain pernah saling mempromosikan... kini bertengkar dan begitu beringas mencari kesalahan orang-orang yang pernah dibantunya atau orang-orang yang pernah melejitkan karirnya.

Hanya satu pertanyaan penting, dan pertanyaan ini akan diamini oleh mayoritas masyarakat di Indonesia: ADAKAH PERSAHABAT DI DUNIA POLITIK ? SELAIN KEPENTINGAN DIRI, ADAKAH HAL LAIN YANG LEBIH BERHARGA BAGI SEORANG POLITIKUS?

Kita merindukan negara yang maju, yang dibangun berlandaskan persahabatan dan persaudaraan: bangkit bersama membangun negara berlandaskan persahabatan!

Atau, bila hal tersebut ('bangkit bersama') dirasa sangat berat, minimal mereka tidak mengganggu para pemimpin yang berkehendak baik memajukan bangsa dan negara ini.