iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Mistik Selalu Menggelitik

Mistik Selalu Menggelitik Dalam Studi Filsafat ada satu mata kuliah Teologi Mistik. Kata mistik sendiri berasal dari bahasa Yunani yang dapat dirunut pada beberapa kata yaitu:
  1. "mio" (v) = menutup mata; "miope" = tidak dapat melihat bila tidak dekat. Maka, istilah "mio" berkaitan dengan kemampuan melihat, misalnya orang yang secara dekat melihat, memandang ke dalam diri sendiri. Ringkasnya, mio = usaha menyelami yang ada di dalam diri.
  2. "myeo" (v) = mengantar kedalam misteri atau mengantar atau membimbing orang memasuki dunia misteri. Singkatnya, mistik berarti usaha bersama untuk menyelami/mengalami misteri-misteri.
  3. ”mysterion” atau misteri (n) = rahasia yang tersembunyi, atau secara harafiah = pengalaman batin yang tidak terlukisakan, khususnya yang mempunyai ciri religius. Dalam konteks teologi, mistik berarti kesatuan mendalam dengan Allah. Kata mysterion juga diguanakan dalam studi liturgi.
Dalam konteks Kristiani mistik merefer pada dimensi Alkitab yang tersembunyi dan pengetahuan tentang Allah melalui Kristus: "rahasia dalam Kitab Suci pada awalnya tersembunyi kemudian akan disingkapkan".  Rahasia (misteri) itu tak lantas tidak diketahui, hanya saja belum dimengerti. Di titik inilah mistik sebagai salah satu metode pendekatan untuk memahami Allah yang transenden.

Sayangnya, di Indonesia, negara yang sangat akrab dengan perdukunan ini, istilah mistik sudah kadung dipahami sebagai "perdukunan" atau magis atau sesuatu yang negatif dari perspektif agama-agama.  Padalah, merunut pada etimologisnya, kata MISTIK merupakan sebuah proses pencarian akan kebenaran hingga akhirnya bertemu dengan yang immaterial. Jadi mistik semestinya bertautan dengan hal kerohanian.

Dalam proses pencarian kebenaran itulah kita menemukan suatu kenyataan yang dapat dilihat dan dirasakan dalam keseharian kita, kendati ia tampil abstrak atau immaterial (transenden). Sebab, secara faktual kita sadar bahwa setiap orang selalu berusaha mencari “kebenaran”, karena ia tak pernah puas dengan apa yang didapatnya dari orang lain.

Gosip adalah cara terjelek dan paling berliku dan perdukunan adalah cara paling ringkas tetapi malah mempartisi kebenaran: "Dukun A mengatakan Yes dan dukun B mengatakan No". Itu lazim terjadi, sehingga antar dukun sering saling mempertontonkan kekuatan demi mendapatkan klien. 

Perdukungan juga tak mungkin dijalankan dalam rangka menemukan kebenaran sejati, tetapi sebaliknya perdukungan justru membenturkan kebenaran subyektif atau saling membenarkan diri. Misalnya Anda mencari tahu "mengapa si X membenci Anda, sementara Anda merasa selama ini benar" dan "Bagaimana caranya agar si X menyukai Anda, karena Anda sangat membutuhkan dia dalam hidup Anda", dst.

Demikianlah proses pencarian kebenaran itu sungguh tidak mudah, bahkan hampir semua orang yang mencari kebenaran sering terjebak dalam penderitaan. Pertama dan utama, dalam proses itu kita tak boleh melepaskan diri dari Tuhan yang kita imani (bukan yang kita inginkan) dan yang ingin kita pahami lewat dunia dan ciptaanNya.

Jadi, mistik atau proses pencarian kebenaran sejati itu tak mungkin berjalan di atas keinginan diri. Sebab, sebagaimana ditandaskan oleh Kitab Suci, "keinginan diri adalah akar dari segala dosa" dan kesalehan akan membawa hati menuju kepenuhan lewat penyerahan diri kepada Allah.
Salah satu mistikus Katolik yang sangat terkenal adalah Thomas Hemerken yang lahir tahun 1379 di Kempen atau lebih dikenal dengan nama Thomas a Kempis. Dalam bukunya "Imitatio Christi" (The Imitation of Christ)Thomas mencatat pengalaman mistisnya. 

Intinya begini: Cinta Kristus itu mengandung “kerendahan hati yang menyeluruh, pengendalian diri yang absolut dan kesatuan keinginan kita dengan Allah." Kasih model inilah yang membuat seorang Kristen satu roh dengan Allah.”

Teologi mistis (Kristiani) hanya akan berjalan bila seseorang:
  1. harus terlebih dahulu membenci dosa, kemudian melindungi diri dari dosa, 
  2. mengeluarkan akar dosa melalui pengendalian nafsu yang menyempurnakan pemurnian jiwa. 
  3. terus-menerus mempraktekkan semua kebajikan demi pencerahan pengetahuan yang lebih penuh, sehingga kerendahan hati, kesabaran dan kasih mampu ia wujudnyatakan melalui pengharapan dan kepercayaan pada Allah, 
  4. hingga akhirnya jiwanya bersatu dengan Allah. 
Demikianlah mistik tanpa melibatkan Allah atau mistik yang menafikan eksistensi Allah pada akhirnya sama dengan apa yang dipahami oleh masyarakat umum kita, yakni perdukunan.


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.