iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Aspek Historis Peristiwa Salib

 
Dalam Injilnya Yohanes menegaskah hal ini, "Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya." (Yoh 19:35).

Bagi generasi Tiktokers kisah lengkap penyaliban Yesus tak menarik diposting. Sebab jauh lebih menarik bagi sesama tiktokers adalah nukilan-nukilan ayat tertentu dari Kitab Suci, atau adegan-adegan tertentu dari peristiwa penyaliban Yesus yang dicuplik dari film "The Passion of Christ". 

Tak sedikit orang Kristen yang keliru memahami peristiwa penyaliban Yesus. Hal ini terjadi karena mereka tak membaca kisah itu dari sumber utamanya, yakni Kitab Suci. Tak jarang Penyaliban Yesus mereka ketahui hanya dari film, drama, tablo, teater, lukisan, atau karya seni lainnya. 

Salah satu akibatnya ada seorang Youtuber Katolik yang justru percaya kalau di Salib ada jin. Entah sejak kapan pula orang Kristen percaya adanya jin. Selain Injil Yohanes, bukti historis penyaliban Yesus juga terdapat dalam buku "Antiquities of the Jews" yang ditulis "Flavius Yosefus" yang berisi dua rujukan tentang Yesus dari Nazaret dan satu rujukan tentang Yohanes Pembaptis. 

Selain aspek historis, Yohanes juga membentangkan aspek teologis dari Penyaliban Yesus (Yoh 18:1-40 - 19:1-42). Yohanes bahkan mengaitkan penyaliban Yesus telah dinubuatkan oleh para Nabi (Yes 52:14; Yes 53:2). Pemahaman teologis ini sangat penting agar kita tidak menjadi masokis-masokis baru yang maniak menonton adegan penyiksaan Yesus dalam film "The Passion of Christ." 

Lantas apa bedanya ketika kita menonton penyiksaan Rambo oleh tentara Rusia dalam perang Vietnam? Akhirnya, pemahan yang salah tentang kematian Yesus terjadi karena kita tak membaca Kitab Suci, hingga kita memaksa diri menjadi orang yang kontekstual dan tapi kita tak paham teks. 

Bukankah konteks tak bisa dilepaskan dari teks? Ingin tahu? Bacalah Kitab Suci Anda, pahami dan renungkan dalam konteks hari ini. 

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.