iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Makna Filosofis Peran Hulahula dalam Pesta Adat


Makna filosofis peran Hulahula dalam pesta pernikahan adat Batak Toba tampil dalam bentuk umpama berikut ini: 
  1. Sigaton lai-lai do na Marhulahula—sama seperti untuk mengetahui apakah seekor ayam itu jago atau betina bisa dicek dari bulunya, begitu juga Penyelenggara pesta (Hasuhutan) harus memperhatikan dengan saksama tindak-tanku (karakter) dan kesukaan Hulahula mereka, supaya mereka memperlakukan Hulahula-nya seturut pedoman adat Dalihan Na Tolu
  2. Na mandanggurhon tu dolok do iba mangalehon tu Hulahula—orang yang hormat pada Hulahula-nya akan mendapat berkat berlipat ganda dari Tuhan.
  3. Hulahula i do debata na tarida—kata debata di sini tidak sama dengan istilah “Tuhan Debata” dalam konsep teologi Kekristenan. Dalam adat Batak Toba, kata debata (n) tidak menggunakan huruf kapital seperti pada kata “Debata” dalam Kristen. Di belakang kata debata (adj.) juga tidak pernah ditambahkan akhirn “-ta” (hita, kita) seperti pada kata “Debatanta” di Kitab Suci. Kata debata dalam kaitannya dengan Hulahula selalu berdiri sendiri, dan hanya ditambahkan kata “-ma” untuk menunjuk sifat “hormat” pada Hulahula. Misalnya, “debata ma”
  4. Hulahula i do mula ni mata ni ari binsar—bagi orang Batak, anak dan Boru dipandang sebagai “mataharinya”. Dunia akan terasa gelap apabila orang Batak tidak memiliki anak. Artinya, oleh karena Boru ni Hulahula adalah sumber keberhasilan (hagabeon) dari doa mereka kepada Tuhanta. 
Ini sebabnya Hulahula juga disebut sebagai mata ni ari binsar, misalnya dalam umpasa berikut ini:
Obuk do jambulan na nidandan baen samara; 
Pasu-pasu jalan tangiangni Hulahula 
mambahen marsundutsundut so ada mara

Ni durung situma, laos dapot porapora;
Pasu-pasu na mardongan tangiang ni Hulahula
mambahen na pogos boi gabe mamora.

Dengan demikian Hulahula bisa dikatakan sebagai mata rantai berkah, terutama Hulahula ni Hulahula dianggap sebagai "sumber mata air" berkat, sehingga harus dihormati paling tinggi. Keseimbangan hirarkis Dalihan Na Tolu yang menjaga harmoni antara Hulahula (dihormati), Dongantubu (saudara semarga, posisi sejajar), dan Boru (penerima istri, yang melayani).

Pengakuan asal-usul (tarombo) sebagai bentuk syukur atas "darah baru" yang diberikan dari generasi ke generasi Batak. Prinsip somba marhulahula (sujud kepada Hulahula) dianggap sebagai perwujudan Batara Guru (dewa tertinggi) dalam kosmologi Batak tradisional, pemegang otoritas spiritual pemberi berkat atau kutukan.

Dalam pesta pernikahan adat Batak manifestasinya terlihat saat Hulahula wajib diundang dan duduk di tempat terhormat, dan mereka membalasnya dengan memberikan ulos (kain adat) sebagai simbol berkat. Dalam pesta pernikahan Hulahula juga berperan sebagai pemecahan konflik, karena keputusan mereka bersifat final dalam sengketa keluarga, seperti perceraian atau pembagian warisan.

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.
Welcome
Selamat Datang dan selamat membaca berbagai postingan menarik di blog Lusius Sinurat ini.

Kritik dan saran bisa Anda kirimkan melalui EMAIL atau gunakan kolom KOMENTAR dibawah setiap postingan. Terimakasih atas kunjungan Anda. Semoga bermanfaat.

THIS IS VERY IMPORTANT and i appreciate every ounce of your love! Excited to see what happens here. Thanks for visiting and reading.