Segelintir filsuf di negeri para bedebah yang sedang menabung ilmunya. Mereka tak royal berbagi ide. Kalaupun begitu resah, hanya hanya akan menulis 1-2 paragraf di akun medsosnya.
Itupun hanyalah cara mereka memberitahu kepada pembaca: "Saya lagi meragukan fakta X atau pernyataan men dan wamen Y. Akan tiba saatnya saya akan membongkar ketololan kalian."
Namanya pemikir, mereka ini tak akan sembarang mempublikasi sebuah topik yang tak runut dan remeh temeh, dan dangkal. Mereka kini sedang menelusuri berbagai literasi dan menggali fakta-fakta yang sengaja disembunyikan dari rakyat Indo yang maniak medsos.
Di sisi lain, di negara yang dijejali oleh perilaku korupsi ini, banyak orang tolol tapi berkat Ordal bisa jadi pejabat publik. Mereka ini rajin menandatangani surat keputusan resmi yang tak pernah dibacanya, tapi berani berbicara banyak ke wartawan.
Lagipula negara ini memang butuh omong kosong. Bukankah 99,9% pejabat kita merupakan hasil janji kosong saat pemilu?
Orang-orang inilah yang meramaikan media. Ada menteri yang ditugaskan menyediakan hunian subsidi, eh malah fokus pada ukuran dan gaji calon penyewanya.
Ada juga menteri diminta mengurusi bidang kesehatan malah mereduksi kesehatan dengan BPJS dan batas gaji rakyat yang boleh sakit. Atau menteri yang yang dirisuh mengurisi Energi dan SDM, eh malah menyewa SDM untuk mengeruk Energi dengan sembarangan.
Sepertinya hanya di negeri ini pemimpin dipimpinnya didominasi mereka yang tak mampu berpikir (kritis), alih-alih memikirkan rakyat yang,menggajinya.
Sebab, untuk menjadi penguasa di negeri ini hanya membutihkan 3 syarat: jago omong kosong, tak bisa berpikir, dan jago menekan dan memenjarakan orang kristis yang masih mampu berpikir. Hanya jenis manusia ini pula yang bisa jadi jagoan korupsi.


Posting Komentar