iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Perasaan Itu Ekspresi Kebenaran

Perasaan Itu Ekspresi Kebenaran
Foto: Koleksi Pribadi Lusius Sinurat
Biasanya perasaan-perasaan itu diabaikan, ditekan karena kita menilainya sebagai salah dan benar. Demikian juga, kita menilai dan mengabaikan perasaan pasangan hidup kita.

Setiap pribadi manusia itu unik, dan keunikan itu ditunjukkan dengan perasaan yang berbeda-beda.

Perasaan itu adalah inti dari siapa diri kita sesungguhnya. Perasaan itu memberikan identitas pada kepribadian kita.

Pada kasus perkawinan misalnya, suami-istri bisa memiliki pendapat yang sama, namun demikian mempunyai perasaan yang berbeda tentang hal tersebut.

Berbagi perasaan akan meningkatkan hubungan antara suami istri: perasaanku tetap berbeda dengan perasaan pasanganku walaupun menggukan kata-kata yang sama. Kadang-kadang, kita mendapati perasaan yang terdalam yang mendasari perasaan yang muncul; seperti bahagia, takut, marah, kaget.

Sangat penting untuk mengetahui perasaan yang terdalam tersebut; dengan mempertanyakan perasaan apalagi yang ada selain perasaan yang ada. Perasaan yang terdalam itu lebih menunjukkan siapa dirimu sesungguhnya.

Beberapa cara mengungkapkan perasaan:
  • Gunakan kata-kata yang bisa menggambarkan (maaf, bahagia, senang, bingung, mengganggu, tersinggung). 
  • Selanjutnya pergunakanlah pengalaman masa lalu dan hubungkanlah dengan perasaan yang ada saat ini; 
  • pergunakanlah juga kata-kata kiasan yang bisa mudah ditangkap; sera kata kerja yang menggambarkan perasan yang muncul. 

Akrablah dengan kenyataan dirimu!

Pada tahap ini, peserta diharapkan dapat mengenal dan menerima kenyataan diri yang baik, indah dan membanggakan. Dengan demikian, "saat berbagi" kita tidak akan menggunakan kedok, melainkan justmensharingkan apa adanya.


Kedok: mengapa saya menggunakannya?
Kita belum siap mengatakan diri kita yang sesungguhnya. Cara kita untuk menutupi kekurangan diri dan rasa tak puas akan diri. Ada suatu perasaan tidak aman yang menekan dan menghimpit kita. Berusaha untuk mengontrol orang lain, supaya dapat dikendalikan oleh kita.

Bagaimana melepaskan Kedok tersebut?
Sadarilah kedok apa yang anda gunakan, paparkanlah hal itu yang selalu menghalangi dirimu untuk tampil apa adanya. Sharinglah tentang masa lalu, yang mungkin menjadi penyebab bagi dirimu untuk menggunakan kedok tersebut. Lalu, katakanlah mengapa engkau menggunakan kedok tersebut? Mungkin karena merasa tak percaya diri atau tidak merasa aman dan nyaman.

Dibalik Kedok yang kita gunakan?
Dibalik kedok yang kita pakai, kita menemukan kenyataan bahwa diri kita baik dan indah sebagai Ciptaan Allah… Allah mencintai kita.

Kita adalah ciptaan Allah yang unik, tiada duanya. Saya dipanggil untuk membagikan kualitas kehidupan yang ada dalam hidupku pada semesta (keluarga). Dimana kita dapat menerima dan menggali kekayaan dan keindahan diri kita; kita tidak perlu menggunakan kedok lagi.

Sadarilah bahwa Allah mencintai aku apa adanya; dan memang kita pantas dicintai; tanpa harus membuktikan diri bahwa diri ini pantas dicintai. Bandingkan apa yang terjadi dengan Maria Magdalena, wanita yang ketahuan berjinak, Zakeus, Pemungut cukai. Dalam menyadari diri, kita membutuhkan pasangan kita untuk saling mengenal dan memaklumi satu sama lain.

PERTANYAAN REFLEKTIF
  1. Kedok apakah yang anda gunakan? Apa yang anda rasakan pada saat anda harus melakukan kedok tersebut? 
  2. Kualitas kebaikan apakah yang anda temukan dalam diri anda? Bagaimana hal itu diungkapkan dalam kehidupan? 
  3. Allah menyayangi Anda? 
  4. Apa yang sedang Anda rasakan? 
  5. Apa yang Anda rasakan saat santai bersama keluarga anda? 
  6. Apa yang paling anda sukai dalam diri anda? 
  7. Apa perasaan anda? Hal apakah yang menarik yang anda temukan dalam pasangan hidup Anda? Apa yang anda rasakan?

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.