iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Lupa Sudah Berbuat Baik

Lupa Sudah Berbuat Baik
Masihkah Agama Berfungsi Sebagai Institusi Kerajaan Allah ? Teman saya yang sedang berbaring lemah di atas ranjang pesakitan, di sebuah rumah sakit nan megah, dengan tegas menyampaikan prinsip hidupnya kepada saya, "I believe in God, but I do not believe in religion!"

Teman saya pasti tak sendirian. Zaman ini sedang dipenuhi oleh orang-orang yang menjadikan agama menjadi bahan tertawaan / olokan dalam pergaulan mereka; serentak juga terdapat banyak orang yang berhasrat menjadikan agama sebagai senjata yang sangat ampuh untuk membunuh diri dan sesamanya.
Hal ini menandakan bahwa agama tak lagi berdiri menjadi institusi yang saham dan gerak operasional nya 100% dibawah kendali Allah. Mengapa ?


Banyak orang beragama justru tak mampu lagi mengimani Allah sebagai Allah yang telah diajarkan oleh agamanya. Ini di satu sisi.

Di sisi lain, masih banyak orang beragama meyakini agama yang dianutnya sebagai solusi ampuh bagi tiap persoalan hidupnya, tapi serentak tak sedikit pula dari orang beragama yang menganggap agama itu semacam neraca penyeimbang hidup manusia yang terbentang di antara (kartu) Debet dan (kartu) Kredit.

Di sisi yang lebih ekstrim, agama bahkan kerap dijadikan sebagai senjata mematikan yang siap merenggut nyawa siapa pun yang tidak meyakininya secara benar (minimal versi kelompok kecil dalam agama tertentu).

Begitulah hari-hari ini AGAMA MENJADI HAMPARAN PERTANYAAN YANG TAK PERNAH MAMPU DIJAWAB OLEH AGAMA ITU SENDIRI (minimal bagi para penganutnya sendiri); atau dalam bahasa yang lebih kasar dari teman saya di atas, "Religion is bulshit !"
Pertanyaannya adalah apabila agama adalah sebuah omongkosong besar, lantas apalagi sarana atau media yang bisa kita anggap "benar" untuk menjumpai Allah di TahtaNya yang Mulia sana ?


Peluang Agama Mengembalikan Allah menjadi Rajanya
Pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam yang kita peringati hari ini menampilkan bacaan-bacaan yang sangat memikat untuk kita renungkan bersama. Saya tak bermaksud memberatkan pikiran Anda pada tafsir mengenai dasar biblis-teologis terminologi "Raja" yang disematkan pada pribadi Yesus.

Saya hanya mengajak Anda, bersama saya, untuk memahami seberapa pentingnya "Raja" di dunia kiwari, khsusunya di ranah hidup beragama, atau dalam hidup kita sebagai orang yang menganut agama tertentu. pada hari ini kita merayakan hari minggu terakhir dalam Tahun Liturgi Gereja (Katolik).

Maka, ada baiknya, bersama Gereja kita turut me-review sejenak tentang siapa sosok Tuhan yang telah menghadirkan diriNya ditengah kita. Dialah Yesus Kristus yang:
  • Kita nanti sejak masa Adven,
  • Lahir dan menjadi manusia (inkarnasi) di masa Natal,
  • Mengalami hidup layaknya manusia seperti kita di masa Biasa,
  • Dihukum mati, disalibkan, dianiaya hingga tewas mengenaskan di salaib pada hari Prapaskah; hingga
  • Bangkit pada hari raya Paskah.
Me-review di sini berarti melihat kembali tujuan sebenarnya dalam hidup kita sembari senantiasa bercermin pada sosok tangguh bernama Yesus Kristus yang telah "berhasil" menjadi manusia sebagaimana dikehendaki Allah.

Dengan keberhasilanNya itulah Allah menganugerahkan kepadanya titel "Raja Semesta Alam". KepadaNya Allah memberi kuasa dan wewenang penuh atas keberlangsungan alam semesta ini.

Dalam konteks liturgi, hari raya ini menegaskan satu hal penting dalam hidup kita, yakni bahwa "Yesus adalah jaminan keselamatan manusia.. Untuk itu. bila kita hendak memperoleh keselamatan itu kelak, kita harus mau dan bersedia mengikuti (cara hidup) Yesus.

Caranya adalah dengan masuk dan bergabunglah dengan gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri, yakni Gereja Katolik ! Egois banget ya ? Ya iyalah.. masa ya iya dong ? Sok, agama mana yang tidak dikalaim oleh penganutnya sebagaia satu-satunya agama yang benar ?

Islam mengatakan bahwa (nabi) Muhammad adalah utusan terakhir; bahkan sebagai nabi terakhir, kepadanya dititipkan pesan-pesan terakhir pula oleh Allah; dan pesan itu dicatat oleh sang nabi dalam Al'Quran.

Begitu juga orang Budha mengklaim bahwa sang Budha (Sidharta Gautama) adalah Sosok Kebenaran yang hidup, dst. Pertanyaannya adalah benarkan bahwa hanya melalui institusi Agama saja kita bisa mengalami keselamatan ?

Ataukah lantas berarti bahwa teman saya tadi yang nota bene ia tidak pernah percaya pada agama tapi percaya kepada Tuhan" tak mungkin memperoleh keselamatan dari Allah ? Atau dalam bahasa Matius dalam Injil hari ini (Mat 25:31-46) siapa sebenarnya Kambing dan siapa sebenarnya Domba yang dimaksud oleh Yesus ?


Bukan Agama, Melainkan Tuhan yang Menjadi Raja !
Dalam Injil hari ini Yesus menggambarkan proses masuk surga itu ibarat sesorang masuk ke ruang pengadilan agung dan sambil deg-degan menanti 3 kali ketukan palu Sang Hakim : ".....Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,..." (Mat 25:32).

Dalam benak orang beragama, bisa jadi muncul pikiran nakal ini : Domba itu menyimbolkan diri kita (sebagai orang beragama dan pasti masuk ke sebelah kanan) dan Kambing itu menyimbolkan mereka yang tidak beragama dan pasti masuk sayap kiri... apalagi Allah sudah menjamin hidup para Domba-dombaNya: "Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan ALLAH." (bdk. Yeh 34:15).

Kalau begitu, teman saya tadi, Anda, atau saya sendiri yang dianggap tidak taat pada agama/gereja adalah Kambing-kambing yang tempatnya ada di sayap kiri ?

Tong gagabah atuh ! Agama sungguh tak pernah bisa menjamin penganutnya otomatis menjadi "Domba" atau "Kambing", akan berlaku seturut kehendak Allah atau bertindak semau setan ! Sekali lagi saya tegaskan, agama itu bukan jaminan bahwa Anda pasti masuk surga.

Setan yang setiap minggu hadir dalam berbagai sosok di dalam Gereja pasti akan mentertawakan kita, "Bukankah yang paling rawan berdosa itu justru orang beragama yang setiap minggu datang ke Gereja ini?" Lihat saja, mana ada orang tidak beragama yang berdosa ?

Bukankah mereka tidak tahu apa itu dosa ? Tapi coba perhatikan orang beragama: mereka sudah paham betul apa itu dosa dan segera sesudahnya harus bertobat, apalagi Allah sendiri telah berkali-kali memberikan trik-trik bagi mereka agar tidak mudah tergoda oleh dosa.

Dan di saat mereka jatuh dalam dosa, Allah tetap memberinya jutaan kesempatan : "Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya." (Yeh 34:16).

Manja benerrrr ya....! Sebentar berdosa, terus dipangku sama Tuhan....dan berdosa lagi deh! Itu kali alasan mengapa orang beragama banyak yang ToMat alias Tobat lalu Kumat ya.... wakakakak...


Keselamatan itu Selalu Personal
Kalau begitu siapa dong yang akan selamat ? Atau kepada siapa sajakah Tuhan memberi sambutan ini : "Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan." (Mat 25:34) ?

Jawabnya, bukan tergantung seseorang itu beragama atau tidak, apalagi Katolik atau bukan Katolik. Sambutan di atas hanya diberikan kepada mereka yang:
  • memberi makan orang yang lapar,
  • memberi minum orang yang haus,
  • memberi tumpangan bagi orang asing.
  • memberi pakaian kepada orang yang telanjang,
  • melawat orang sakit, dan
  • mengunjungi orang dalam penjara
Dan sebagai catatan penting, orang-orang tersebut melakukan segala tindakan tersebut tanpa pamrih, bahkan justru segera melupakan segala tindakan baik yang telah mereka lakukan bagi orang lain.

Apakah hal-hal di atas hanya bisa dilakukan oleh orang yang beragama ? Saya past sikan "Tidak!" Kerap terjadi justru sebaliknya: orang beragama lebih doyan mencari tuhan-tuhan sampingan sembari menyimpan Tuhan sebagai stock pragmatis yang akan dipanggil ulang bila membutuhkanNya. Artinya mereka justru memuliakan dirinya sebagai raja atas segala hal, termasuk atas Tuhannya sendir. 

Di jaman Yesus, banyak orang beragama, termasuk pemimpin agama itu sendiri, yang bersukacita dengan kemunafikannya, juga banyak orang beragama yang mencari keuntungan dengan cara "menjual" orang cacat di jalanan..atau dengan berjualan di seputar Bait Allah karena customer-nya sudah ada dan dipastikan akan membeli jualan mereka.


Bangga menjadi Pengikut Setia Sang Raja
Akhirnya saya hendak mengajak Anda untuk tidak berkecil hati... sebab kita adalah orang yang beragama sekaligus mengimani Tuhan sebagai Raja Semesta Alam dan memiliki peluang yang lebih besar menjadi "DOMBA" yang akhirnya dipersilahkan masuk golongan KANAN, sebab kita tahu (pengetahuan) apa yang mesti kita lakukan.

Persoalannya cuma satu, bagaimana memadukan PENGETAHUAN AKAN ALLAH (yang kita warisi dari para Nabi, Rasul, Murid dan semua pengikut Tuhan yang hidup di masa lalu) bisa kita sinkronkan dengan IMAN AKAN ALLAH?

Logikanya sih sangat sederhana : Seorang beragama (Katolik) diandaikan tahu segala hal berkaitan dengan iman ke-Katolik-annya, termasuk juga tentang Tuhan seperti apa yang disembahnya! Atau dengan kata lain, dia tahu siapa dirinya dihadapan Tuhan.

Ia akan bangga menjadi seorang pengikut Tuhan, sebab Tuhan yang ia imani itu adalah TUHAN YANG MERAJA ATAS HIDUPnya, juga atas SEMESTA ALAM, tempat ia berdiam.

Dengan demikian ia tak akan hitung-hitungan dalam berbuat baik. Sebaliknya ia akan berprinsip untuk segera melupakan segala budi baiknya bagi sesamanya, karena ia percaya: Ia tak melakukan kebaikan itu seorang diri saja.

Inspirasi: Yeh 34:11-12,15-17; 1 Kor 15:20-26,28; Mat 25:31-46


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.