iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Perempuan itu Paradoks

illustrasi : internet

Ini kisahnya si Borokokok tentang kekasihnya si Iteung...

"Baru saja ia bertutur tentang lukanya, dan secara tak sadar air mata perempuan itu tiba-tiba sembab. Aku mencoba menghiburnya, dan tak lama berselang, dia mulai tersenyum sendiri bahkan sesekali ia terbahak saat mendengarkan lelucon yang kulontarkan.

Kami larut dalam cerita di cafe langganan kami. Entah mengapa aku selalu punya kisah yang hendak kututurkan di hadapan perempuan yang satu ini. Sangkin semangatnya, secara reflek tanganku tiba-tiba meraih jemarinya dengan lembut. Ia hanya tersipu-sipu. Sejenak terliha 'harapan baru' di wajah cantiknya perempuan itu.

Aku bingung, dan tak tahu harus berbuat apa. Sepintas aku hanya berpikir, jangan-jangan perempuan adalah simbol kegilaan bagi kaum laki-laki. Benarkah ? Tentu saja tidak, karena di saat yang lain perempuan tadi akan tampil logis dan sistematis saat bertutur tentang pengetahuan tertentu yang ia kuasai."



(1) Begitulah Perempuan

Itu dia perempuan. Ia ibarat anomali yang merepresentasi paradoks hidup manusia. Ibarat “blender” perempuan adalah wahana di mana segala jenis buah-buahan diramu, diremukkan dan dihaluskan hingga tercipta sebuah ramuan dengan rasa baru.

Perempuan pun sama. Ia adalah perpaduan berbagai rasa yang blended menjadi satu rasa baru, kendati rasanya kadang aneh, ganjil, bahkan tak tertebak.

Berbeda dari kebanyakan pria yang menonjolkan rasio dibalik setiap galaunya, kaum perempuan selalu cakap menyembunyikan galaunya. Kegalauannya bahkan sulit dipahami oleh akal sehat.

Ia begitu menonjolkan perasaan dan emosinya, dan sedikit menggunakan logikanya saat mengatasi persoalan hidupnya. Memang, membicarakan perempuan sama saja dengan memperbincangkan irrasionalitas. Sebab tak jarang perempuan menyingkirkan rasionya demi memberi tempat agung pada rasa dan emosinya.

Nyataanya seorang perempuan selalu kesulitan menuntaskan risau dan galaunya. Tentu saja karena tak mudah menuntaskn persoalan logis dengan cara yang tak logis: "gestibus non disputantur" (Latin: soal rasa tak bisa diperdebatkan).

Begitu juga dengan perempuan. Perempuan kerap menampilkan 'rasa' yang tak terpahami hingga banyak keputusannya tampak tak rasional.

Terkadang perempuan menampilkan diri bak gelombang laut yang mendayu-dayu, tetap tak jarang juga ia menjadi riak gelombang yang siap menerjang bak tsunami yang menyapu bersih daratan di sekitarnya. Perempuan adalah air laut yang setia menjilati bibir pantai, tetapi serentak ia juga bisa menyapu bersih semua daratan di saat birahinya memuncak dan amarahnya tak terperikan.


(2) Perempuna itu Kata Kerja
Perempuna itu kata kerja pasif, yang sekali aktif ia bisa saja tampil naif. Perempuan adalah perasaan, dan perasaan adalah perempuan. 

Sedemikian lekatnya perasaan itu dalam diri perempuan, hingga saat menampilkan diri ia pun tak menampilkan diri secara utuh; melainkan hanya menampilkan apa yang dirasakannya. 

Ini yang membuat perempuan terkadang tampil aneh, ganjil, unik tapi juga kadang pelik.
Lihatlah penyebab pertengkaran seorang perempuan dengan lawan jenis atau dengan sesama perempuan itu sendiri. 

Pertengkaran besar yang terjadi seringkali hanya disebabkan masalah sepele dan remeh-temeh.

Masih menyangkut dominasi perasaan, perempuan kerap hanya bisa menangis di saat logikanya "tidak main" dan perasaannya pun bercampuraduk. Maka pertanyaan penting bagi kaum pria adalah: ”Apa yang Anda lakukan bila dihadapan atau disamping Anda ada perempuan yang menangis?" Kalau mau jujur, biasanya laki-laki hanya bisa bingung, dan tak tahu mau berbuat apa.

Perempuan memang selalu menampilkan paradoksnya hidup. Terkadang gelombang hidup mereka dinamis dan mengalir bagai air; tetapi seringkali juga emosinya siap membakar bagai api. 

Perempuan itu begitu lembut di satu sisi, tetapi juga begitu keras di sisi yang bersebelahan. Ia terkadang tampil begitu tegas, tetapi serentak ia tak jarang diselimuti keragu-raguan yang bias.


(3) Paradoksnya Perempuan 

Perempuan itu selalu tampil unik. Tentu saja ia selalu menampilkan dimensi paradoksnya, juga gerak jesturalnya yang misterius. Inilah yang membuat perempuan nyaris tak terselami, terutama para pria. Lagi dan lagi... perempuan memang paradoks, sebab ia bisa menampilkan kecerdasan sekaligus kelembutannya dalam kurun waktu yang nyaris bersamaan.

Dan apabila tak mampu menyelami persoalan dengan logikanya, perempuan akan mengalah dan mengatakan, “Ya sudahlah kalau begitu !” atau "Aku enggak apa-apa kok!"

Saat ditinggal orang yang ia cintai, misalnya, si perempuan bisa saja menghancurkan benda-benda yang ada sekitarnya, tetapi juga ia bisa melulu diam terpaku saat tak kuasa melarang kekasihnya pergi jauh untuk sementara waktu.

Misterius banget ya? Memang. Tapi ingat....

Perempuan itu sangat menakjubkan. Ibuku, misalnya, adalah seorang perempuan yang cerewet. Tetapi serentak ia adalah tipe perempuan yang sangat luarbiasa memperhatikan anak-anaknya. 

Bersama ayah, ibu juga seakan tak kenal lelah memperjuangkan masa depan anak-anaknya. Ia siap menghalau badai yang menghadang suami dan anak-anaknya,  tetapi serentka ia akan mendekap memberi perlindungan di saat anak-anaknya berada dibawah tekanan.

Perempuan memang paradoks, tetapi perempuan juga adalah seorang pejuang yang sesungguhnya. Tak menherankan apabila di sepanjang hidup, kita kaum pria sangat mengagumi perempuan.

Berikut adalah paradoks yang muncul dalam diri perempuan:

(a) Perempuan itu sangat peduli pada detail
Perempuan selalu ingin dikatakan cantik, tetapi serentak tak puas bila 'hanya' dikatakan cantik. Sebab, demi penampilan prima hingga terlihat apik dan cantik itu ia sudah mengorbankan tak sedikit waktunya.Engga percaya? 

Perempuan akan pusing dengan lemak di perutnya, atau merasa malu setengah mati di saat menyadari kalau salah satu kancing bajunya terlepas ketika ia berbicara di depan publik. Ia juga akan salah tingkah bila kulitnya legam, atau ngomel dan ngedumel ketika ada sebiji jerawat yang menghiasi wajah cantiknya.

Tetapi, tahukah Anda kalau semua tampilan maksimalnya itu adalah "hadia terindah" yang ia persembahkan kepada pria yang dicintainya. Maka kaum pria harus 'bertobat' saat ia cuek dengan pertanyaan sepele ini, "Sayang, bagaimana penampilanku? Cantik enggak?" 

Di sisi lain, ketika pria pujaan hatinya memuja kecantikannya, "Sayang, kamu luarbiasa cantik malam ini!" maka si perempuan kemungkinan akan tersipu, "Sayang enggak jujur banget deh!" atau malah tiba-tiba 'meronta', "Oh... gitu ya sayang. Berarti sebelumnya aku jelek dong! Oke kalau begitu!" 

Aneh bukan? Emang aneh, tapi itulah perempuan. Bisa jadi keanehan itu muncul karena perempuan adalah tampilan anomali yang paradoks kehidupan manusia.

(b) Perempuan itu suka pamer
Perasaan seorang perempuan akan berbunga-bunga ketika pria yang dicintainya memberinya puja-puji. Dan sebagai imbalan atas pujian itu, tak jarang ia rela mengenakan pakaian yang disukai sang kekasih.

Padahal, pada kenyataannya laki-laki itu justru akan lebih penasaran ketika melihat perempuan berbalut pakaian yang rada tertutup. :)


(4) Perempuan adalah Ilmu Pengetahuan

Perempuan itu ilmu pengetahuan, yang setiap kali merangsang pikiran pria untuk mengetahui dan mendalami tiap keunikannya.

Ia bak litani misterik kehidupan. Perasaannya yang penuh misteri bahkan bisa menggiring kaum pria untuk lebih memahami dunia.

Maka, kiranya tak berlebihan ungkapan kuno ini, "Bila ingin menaklukkan dunia, taklukkanlah perempuan !” Atau, mengutip seorang filsuf post-modern, Adorno, "Dunia akan terhindar dari perang, bila semua laki-laki menjalani cinta yang sehat dan harmonis dengan perempuan."
Ungkapan di atas menjadi penegasan mengenai sentralnya perempuan dalam hidup kaum pria. Selain "penolong" dan pengisi 'kelemahan" kaum pria, perempuan juga adalah "penodong" yang siap menghentikan kenakalan dan kelalaian kaum pria.

Buktinya, di saat laki-laki berperang dengan laki-laki lain dan mereka mempertontonkan kemarahan satu sama lain, maka perang pasti akan lebih bergejolak. Tetapi apabila musuh para laki-laki tadi adalah perempuan, maka senjata pun takkan dibutuhkan, sebab sesungguhnya mereka hanya akan berhadapan dengan perasaannya yang lembut.

Masih sebagai "materi" ilmu pengetahuan, kita bisa belajar dari kelebihan kaum perempuan ini. Misalkan ketika seorang perempuan ngomelin laki-laki, maka biasanya si laki-laki akan lari terbirit-birit, karena ia tak kuat mendengarkan omelan tadi. 

Namun sebaliknya, ketika seorang laki-laki marah, termasuk kepada si perempuan di hadapannya, maka tanpa tedeng aling, si perempuan selalu mampu meredam amarah laki-laki di hadapannya tadi. Itu sebabnya disaat seorang laki-laki yang hendak bertarung dengan laki-laki lain pasti akan berpikir dua kali untuk melakukannya di saat perempuan yang ia cintai memandangnya dengan tatapan penuh cinta.


(5) Perempuan adalah Kalimat Majemuk Bertingkat

Perempuan itu memang paradoks yang spesial. Kebanyakan laki-laki akan curhat kepada sesama laki-laki tentang perilaku perempuan yang mereka cintai, 

"Aku enggak habis mengerti apa maunya kekasihku itu. Tadi dia tiba-tiba marah tanpa alasan yang jelas. Padahal saat ia minta ini dan itu aku selalu sanggupi loh. Maunya apa sih?" 

Betul bahwa banyak laki-laki yang bingung menghadapi luapan emosi sesaat dan ganjil dari perempuan, tak terkecuali kekasih atau istrinya sendiri.

Di satu sisi banyak laki-laki tak kuasa menahan rasa gemas saat perempuan yang dicintainya memboroskan waktunya saat dandan di depan cermin hanya demi detail-detail yang baginya tak terlalu penting, apalagi genting.

Di titik inilah kaum laki-laki kerap menuduh kaum perempuan sebagai orang “sinting” karena menyukai sesuatu yang tak penting dan tak menguntungkan. Minimal itu versinya kaum laki-laki. 

Di titik inilah kaum laki-laki kerap menarik garis simpul ini, "Perempuan itu ibarat kalimat majemuk bertingkat, yang kadang tak logis, tak runut dan tak berurut, tetapi bagi mereka itu sesuatu yang sangat urgent." Ya, perempuan memang unik sekaligus juga pelik.


(6) Perempuan itu suka didengarkan
Apabila seorang perempuan sedang marah, maka seorang laki-laki sebaiknya mendengarkan saja ! 

Jangan coba-coba untuk meladeni amarahnya, kecuali si laki-laki menginginkan kiamat segera terjadi. 

Sebab, meladeni amarah si perempuan sama saja dengan menyemangatinya untuk bertambah marah! 

Lagi-lagi aku bagikan pengalaman si Borokokok dan Iteung kekasihnya. 

"Suatu ketika aku dan kekasihku, si Iteung sedang makan berdua di salah satu restoran di jajaran Kota Bandung. Karena pengunjung begitu banyak, maka pesanan kami datang telat. Entah karena kesal atau sedang lapar, tiba-tiba saja si Iteung memarahi sang pelayan. 

Aku merasa malu sebagai pacarnya dan ingin segera menghentikan si Iteung. Aku pun ikut marah, tapi kepada si Iteung. Bahkan tanpa kusadari aku telah membentaknya. Anehnya, si Iteung bukannya diam, tetapi makin bersemangat 'memaki' si resepsionis yang kebetulan juga seorang laki-laki.

Hebatnya, sang resepsionis tak berbali memarahi si Iteung. Ia diam saja dan sepertinya "betah" dimaki-maki si Iteung. Sembari diam, sang resepsionis pun menunggu si Iteung menuntaskan amarahnya. 

Sang resepsionis hanya satu kali berbicara, "Maaf, ci. Sabar dulu ya, ci! Kebetulan restoran kami padat pengunjung. Dan masih banyak tamu yang duluan datang belum kami layani. Sekali lagi, maaf banget bu." Nada lembut sang resepsionis akhirnya menghentikan celotehan si Iteung. 

Peristiwa di restoran tersebut memberikan banyak pembelajaran, terutama dalam menghadapi seorang perempuan. Pada akhirnya aku sadar bahwa perempuan itu tak butuh tembok untuk dipukul, melainkan butuh orang yang akan bisa ia peluk pada saat amarahnya memuncak."

(7) Perempuan selalu ingin diperlakukan dengan lembut

Perempuan senang menjadikan dirinya sebagai obyek dari kejutan-kejutan yang lembut.

Bahwa ada perempuan yang lebih doyan uang daripada pasangan, atau lebih doyan berlian daripada kehadiran, itu hanya sebuah pernyataan deviatif alias simpulan menyimpangan sesaat dari pria yang kesal tak mendapat pasangan hidupnya. 

Sebab, biasanya perempuan jauh lebih menyukai perhatian daripada pemberian. Sebaliknya, bila perhatian yang dipintanya tak terkabulkan, perempuan kerap mencari cara yang ganjil agar mendapatkannya.
Khusus kepada seorang suami yang lalai memperhatikan istrinya, bahkan ketika sang suami sering berperilaku kasar kepada istrinya, maka ia harus siaga menghadapi perlawanan yang dahsyat dari sang istri. Hanya saja, sang suami sebetulnya punya opsi yang lebih mumpuni untuk mengubah kebiasaannya, yakni dengan berusaha memberi perhatian kecil kepada istrinya.
Pada dasarnya perempuan bukan pertama-tama membutuhkan berlian di jemarinya, sebaliknya ia hanya membutuhkan kecupan mesra di keningnya, terutama saat ia merasa lemah dan tak berdaya.

Syair "....Sentuhlah dia (perempuan) di hatinya..." dari penyanyi solo Arie Lasso sepertinya layak dicoba kaum laki-laki sebagai formula sahih nan canggih dalam memperlakukan perempuan.

Ya, begitulah perempuan sangat senang dengan perhatian-perhatian kecil. Katakan saja bahwa ia adalah perempuan tercantik yang paling berharga dalam hidupmu, maka seluruh isi dunia akan diberikannya kepadamu. 


Maka benar apa yang dikatakan oleh Agustinus dari Hippo dalam buku "Confessiones"-nya, "Milikilah cinta, maka dunia telah kamu taklukkan!" Kira-kira inilah gambaran mengenai cara memperlakukan perempuan, dan dalam hal ini adalah cara seorang laki-laki memperlakukan perempuan yang ia cintai.

Akhirnya, seorang perempuan hanya membutuhkan setangkai mawar di saat laki-laki harus meminta maaf. Ia hanya butuh kecupan di kening, atau sekedar belaian di telapak tangannya di saat kita tak bisa bersamanya dalam waktu lama.

Perempuan butuh sentuhan kasih sayang, bukan uang dari siapa pun, tetapi terutama dari orang yang mencintai dan dicintainya. Percaya deh, sentuhan penuh kasih sayang ini tak saja berarti sebagai ekspresi cinta yang lebih baginya, tetapi juga sebuah perhatian tulus nan luarbiasa.


Penutup

Aneh tapi nyata, hampir semua perempuan senang diperhatikan, dan ia sangat berharap perhatian kecil itu hampir selalu membuat perempuan tersipu. 

Lihat betapa kata-kata "I Love You" atau "Sayang, aku mencintaimu" begitu menghangatkan hatinya. Bahkan kalau mau jujur ungkapan itu kadang membuatnya mengangkasa bagai burung-burung di udara.

Dan apabila tak mendapatkannya, mereka akan memintanya, "Aku tidak minta apa-apa dari kamu, sayang. Aku hanya butuh diperhatikan, entah lewat sms atau telepon, atau skype sesekali saja. Itu saja." Itu dia paradoksnya perempuan !

Di atas segala anomali dan paradoksnya perempuan, aku hanya ingin mengajak sahabat semuanya, terutama sesama laki-laki untuk menghargai dan menghormati keunikan perempuan. Mari kita perlakukan perempuan dengan unik dan spesial, menyayangi mereka dengan penuh ketulusan, serta menatap mereka dengan perhatian mendalam.

Pada Hari Kartini

Semarang 21 April 2012


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.