iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Menulis Jurnalistik

Menulis Jurnalistik
1. Memahami Konteks

Dalam dinamika reflektif, siapapun perlu berusaha memahami dan mengenal konteks latar belakang diri sendiri dan orang lain, peristiwa, atau tempat yang dihadapinya.

Seorang pribadi atau profesional yang menulis perlu mencoba mengenal konteks topik yang akan ditulisnya: lingkungan, kebiasaan, budaya, latar ekonomi, nilai-nilai tradisi yang dihidupi di tempat tertentu.

Berusaha mengerti keprihatinan, masalah dan tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat. Dengan demikian penulis dapat menentukan dengan tepat apa yang harus dan dapat dikembangkan mengenai sebuah masyarakat.

Konteks untuk menyampaikan tulisan adalah wacana tentang nilai-nilai (values) yang ingin dikembangkan. Maksudnya agar pembaca menyadari nilai-nilai kemanusiaan yang ingin diperjuangkan. 

Nilai-nilai yang mestinya diperjuangkan seperti: persaudaraan, solidaritas, penghargaan terhadap sesama, tanggungjawab, kerja keras, kasih, kepentingan bersama, cinta lingkungan hidup. Guru mestinya terbiasa berbicara mengenai nilai-nilai tersebut. 

Konteks yang lain adalah lingkungan masyarakat yang mengusahakan suasana yang menghargai setiap orang, ditunjukkan kebaikannya, ditantang untuk melakukan yang benar, yang baik, dan yang indah. 

Idealnya, masyarakat sebagai bentuk kehidupan bersama merupakan tempat orang dipuji dan dihormati, tempat saling membantu, bekerjasama dengan semangat dan murah hati untuk menyatakan secara konkret melalui perkataan dan perbuatan idealisme bersama. 

Berdasar pemahaman mengenai konteks tersebut, guru menentukan tujuan tulisan dan memilih pemaparan yang tepat. 

Kebiasaan menulis mengandaikan ada tiga hal penting yakni pengetahuan, ketrampilan, dan keinginan. Covey (1994) menyebut pengetahuan sebagai apa yang harus dilakukan dan mengapa, keinginan sebagai motivasi atau dorongan untuk melakukan, sedangkan ketrampilan adalah bagaimana melakukannya.


2. Menulis Opini

Opini mengupas suatu masalah sebagai tanggapan terhadap persoalan yang aktual dengan tujuan untuk memberitahu, mempengaruhi, meyakinkan, atau menjernihkan persoalan yang kontroversial.
Menulis artikel opini untuk koran – majalah – atau media cetak (intern/ lingkup terbatas) mesti mengambil sudut pandang yang unik dan cerdas, serta menggugah rasa ingin tahu pembaca. Karya demikian bukan berarti menulis secara njlimet. 

Bentuk tulisan yang disajikan sebagai sarana komunikasi, menerjemahkan masalah yang rumit ke dalam bahasa yang dimengerti secara umum. 

Empat hal penting sebagai panduan awal untuk memulai menulis adalah 
  1. kepada siapa tulisan akan disajikan
  2. media apa (koran, majalah) dan yang mana (nama media, lokal/ nasional)
  3. gaya penulisan apa yang paling tepat
  4. seberapa lama tulisan itu dibaca oleh pembaca.
Memublikasikan tulisan di media massa berarti mendedikasikan ide untuk pembaca awam, membagikan ilmu kepada mereka yang bukan ahli tetapi membutuhkan ilmu tersebut. 

Untuk itu, yang perlu diperhitungkan oleh penulis adalah mengaitkan isi tulisannya dengan kondisi atau peristiwa aktual di masyarakat, mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari, memperkenalkan ilmu atau temuan baru. Penyampaian ide dapat memanfaatkan struktur umum sebuah tulisan opini yakni masalah – evaluasi – solusi.

Pembukaan yang menarik mesti diikuti pemaparan dalam tubuh tulisan secara fokus, sesuai tema yang disitir dalam pembuka. Berbagai alur pemaparan dapat dipilih, entah kronologis, proses, deduksi, maupun induksi. 

Penting untuk diingat, tulisan yang berhasil biasanya fokus, hanya mengatakan satu hal, dan tidak bertele-tele, ”Less is more”, kata Hemingway, pendek mudah diingat.

Karena didedikasikan kepada pembaca yang umumnya awam, penulis perlu mengurangi istilah-istilah asing, bahkan kalau perlu istilah asing ditinggalkan, Kalau memungkinkan diterjemahkan, bisa juga dicarikan definisi atau sinonimnya. 

Istilah asing hanya digunakan sejauh hal itu mudah digunakan dan dipahami pembaca. Jauhkan dari pemikiran bahwa menggunakan istilah asing sama dengan elit.


3. Menulis Kolom
Kolom adalah opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan dalam masyarakat. Kolom lebih banyak mencerminkan pendapat pribadi penulis. 

Sifatnya padat makna. Kolom ditulis secara inferensial, sedangkan opini ditulis secara referensial. Lazim dalam tulisan kolom disertakan foto penulisnya.
Kolom (column: Ing) ditulis oleh kolomnis, penulis karangan khusus berupa komentar, saran, informasi, atau hiburan, pada surat kabar atau majalah.  Kolom bisa berisi setiap segi kemanusiaan, dari soal cinta dan kesehatan sampai pada ilmu pengetahuan dan keuangan. Selain masalah kemanusiaan, masalah kebijakan para penguasa selalu menjadi sorotan para kolomnis kritis.

Di tangan kolomnis (yang guru, misalnya) topik apapun yang dibahas, mulai dari yang ringan mengenai pengalaman dengan siswa, membaca buku baru, sampai kematian Michael Jackson, tersaji dalam cerita singkat yang memikat, logis rasional, enak dibaca dan perlu. 

Guru dapat memanfaatkan pengalaman kecil berkait dengan aktivitas mendidik sehari-hari dan mengembangkannya menjadi pembahasan yang ringan tetapi memberi makna penting bagi siapapun yang membacanya.
Jenis tulisan kolom isinya hanya pendapat. 

Penulisnya dituntut agar yang dikemukakan benar-benar pendapat. Kalau opini berisi fakta, berita, atau argumentasi berdasarkan teori keilmuan yang mendukung pendapat tentang suatu masalah. Satu-satunya pendukung pendapat kolomnis hanya argumentasi berdasarkan penalaran, pemikiran kritis, menurut pendapat subjektifnya.

Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup. Ia langsung berisi tubuh tulisan, yakni berupa pengungkapan pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judul pun biasanya singkat saja.


St. Kartono (Disarikan kembali oleh Subandri Simbolon)

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.