iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Setelah Tanggal 25 Januari Lalu

Setelah Tanggal 25 Januari Lalu
Setelah tanggal 25 Januari lalu, aku mencoba mengingatmu sebagai kekasihku, dan sedetik sejak saat itu aku merasa yakin kamu kembali ke hatiku, maka hatiku pun berbunga-bunga.

Foto-fotomu pun aku desain satu per satu, seakan bila tak bertemu satu hari aku jadi ragu, tak ketemu dua haru aku jadi cemburu, tak ketemu banyak hari aku cuma bisa marah dengan bahasa orang belagu.

Maaf bila kata-kataku, sejak peselingkuhan-mu, menjadi sengit. itu bukan karena aku belum rela kehilangan kamu, tapi karena aku justru tak mau kehilanganmu. Tapi siapa yang tau? semoga tuhan saja yang mahatahu apa yang akan terjadi sedetik lagi.

Satu menit lagi... satu jam lagi... satu hari lagi.... satu minggu lagi... satu bulan lagi... satu tahun lagi... atau beberapa tahun lagi... sepanjang hidup kita nanti. Apakah aku seorang yg suka membohongi perasaanku padamu? atau, kamu yang gundah gulana karena telah memborbadir perasaanmu untuk dua orang yang berbeda di saat yang sama?

Setelah tanggal 25 Januari itu, aku hanya bisa berharap, terpesona lagi pada personamu. tapi apa mauku, belum tentu itu maumu; kecuali kamu jujur pada rasamu, bukan pada ketakutanmu pada sikapku yang baru sebatas hasil ciptaan pikiranmu.

Hal terpenting bagiku, aku telah berusaha menikmati rasa bahagia beberapa hari lalu, dan berharap ke depan itu masih ada hingga aku pergi jauh, membiarkanmu terbang bebas dan mengangkasa entah kemana maumu, lepas.

Karena aku tak mau lagi sengsara oleh rasaku yang tersakiti oleh ketakutan-ketakutanmu akan eksistensiku... aku hanya ingin menikmati beberapa saat saja bersamamu, karena biarbagaimana pun... entah kau pergi dan hilang dari hidupku, entah kau akhirnya ingin bersamaku... itu putusan ada di tanganmu dan bisa juga ada di tanganku.
Sangat jelas dan pasti bahwa aku tak akan bisa membencimu, karena rasa cintaku begitu besar untukmu, hingga.... marahku hanya bisa berhenti di mulut, kendati sakitku ada di hati dan luka ku ada di sanubari. itu karena orang yang pernah kucintai, bahkan hingga saat ini telah larut dalam niat mengingkari, bukan saja cintanya padaku, tapi juga cintaku padanya.. dan itu kamu, sinta laga putri prasetyaning suci.

Aku mencintaimu. sungguh, aku sangat mencintaimu; tapi aku tak mau memaksamu bersamaku bila itu deritamu yang hingga kita masih abu-abu. apakah kamu masih mencintaiku atau malah membenciku? batinku mengatakan bahwa kamu masih mencintaiku, tetapi ketakutanmu lebih besar daripada nyalimu.

Kamu harusnya tahu, bahwa mencintai itu mempromosikan yang lain. itulah yang berkali-kali aku katakan padamu: mencintai itu berarti membiarkan yang lain bertumbuh hingga hidupnya lebih hidup, semangatnya lebih berkobar dan pekerjaannya menjadi ringan.

Sebaliknya rasa benci akan membuat orang kehilangan banyak kesempatan, juga kehilangan asa untuk memanjat tebing kehidupannya. rasa benci, yang lahir karena tak lagi cinta, akan membuat hidupmu, juga hidupku akan penat bak jenazah berjalan yang bangkit sejenak dari liang lahat.

Aku mencintaimu, justru karena aku sungguh tak punya alasan mengapa aku mencintaimu!
Aku mencintaimu, justru karena bagiku kamu itu tak sekedar mahluk suci berselimutkan pakaian kebenaran, tetapi adalah kesucian itu sendiri!
Aku mencintaimu, justru karena aku tahu bahwa kekuranganmu jauh lebih kecil daripada semua talentamu!
Aku mencintaimu, justru karena aku tak tahu bagaimana caraku untuk membencimu !


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.