iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Operational Excellence

Banyak situasi yang membutuhkan ‘operational excellence’ dari individu, apalagi bila ia seorang di posisi pimpinan. Penanggulangan banjir, jebolnya tanggul, tidak bisa diselesaikan dengan berteori, namun hanya bisa ditempuh dengan mengerahkan tenaga fisik dan tangan.

Di sini kemampuan mengambil keputusan, mengambil tanggung jawab atas komando, instruksi dan komunikasi, memegang peranan penting. Inilah keahlian yang berdasarkan kapasitas “behaviour intelligence”.

Orang dengan behaviour intelligence tinggi, mempunyai kapasitas opersional yang kuat. Waktu, tindakan, keputusan, menjadi komoditi di dalam pemikirannya. Ia pun peka deadline. 

Bahasanya adalah ‘bahasa waktu”.
Contoh, ”Dalam waktu 24 jam , tanggul ini harus kita tutup.” 

Biasanya meeting yang mereka adakan efektif, langsung berbahasa action, dan langsung menunjuk “person in charge”-nya. Mereka juga sangat yakin bahwa semua pekerjaan tidak bisa diselesaikannya sendirian.

Bahasa ‘kita’ biasanya digunakannya. Orang seperti ini tidak berkutat pada egonya, tetapi lebih berobsesi menyelesaikan tugas. 

Bagi mereka, sikap terhadap manusia tidak sulit dikembangkan, karena seseorang dengan ‘operational excellence’ tahu harga manusia lain, yang bisa diajak bekerjasama dalam peneyelesaian tugasnya.

Saat ini, manajer-manajer di lingkungan organisasi besar, banyak yang dikursuskan untuk belajar bagaimana mengeksekusi suatu strategi, seolah olah, eksekusi adalah suatu barang langka.


Ya, kemampuan ini memang bisa diasah terus. Kita juga harus ingat bahwa dalam lingkungan tertentu, misalnya lingkungan politik atau organisasi yang tidak mementingkan proses, ‘timeline” dan “action plan”, kemampuan mengambil tindakan ini sering jadi tumpul.


Memang pendidikan dan latihan untuk menata, memilah tindakan, menentukan prioritas tindakan ini bisa diperoleh ketika kita melaksanakan tugas ‘kerja’ organisasi. 

Tidak heran bila dalam interviu dalam proses rekrutmen, calon-calon yang pernah bekerja dalam organisasi kemahasiswaan, sering mendapat perhatian lebih, karena dianggap berpengalaman ‘kerja’.


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.