iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Ada Apa Dengan Salib?

Maria sedang membacakan dongeng untuk anaknya, John.

John yang duduk disamping ibunya bukannya fokus mendengar sang ibu. Ia lebih tertarik dengan wajah sang ibu.

Kemudian, dengan kepolosan seorang anak kecil dia memuji ibunya, "Mamiku cantiiiiik sekali!"

Namun pada saat pandangannya tertuju pada tangan ibunya yang tampak hitam, berkerut, cacat dan tak enak untuk dipandang, John spontan mengatakan, "Tapi tangan mami kok jelek banget sih? Iiih seram deh, mami!"

Sang ibu terkejut dan kaget dengan komentar Joh. Ia spontan menaruh buku yang tadi dibacanya ke atas meja, lalu lari ke dapur.

Maria, ibunya John itu pun tiba-tiba menangis!

Joseph, ayah John yang kebetulan sedang menonton televisi di ruang keluarga menyaksikan apa yang dilakukan John terhadap ibunya.

Namanya juga anak lecil. Joseph tahu kalau anaknya tak bermaksud menyakiti hati ibunya.

Joseph pun memanggil si kecil. Sambil memangkunya, ia berujar lembut: "Sini, 'nak. Ayah mau ceritain sesuatu. Mau dengar enggak?"

Si kecil memandang sang ayah dengan penuh perhatian, "Pada suatu waktu, di satu perumahan ada kebakaran. Perlahan tapi pasti. Api yang tadinya kecil tiba-tiba mengganas dan teringgas hingga memenuhi rumah dan keluarga yang menghuninya.

Mereka semua berupaya untuk menyelamatkan diri. Apa saja yang masih tersisa dan masih bisa dibawa, langsung mereka angkut. 

Sementara nyonya rumah justru berusaha menyelamatkan bayinya yang sedang tertidur di kamar. Lendati kedua tangan ibunya terbakar, sang bayi akhirnya selamat dan hidup sehat hongga kini."

Si kecil itu tetap memandang wajah ayahnya dengan lebih perhatian. Lalu ayahnya melanjutkan, "Nak, bayi mungil yang ditolong itu adalah kamu; dan tangan ibu yang terbakar itu tak lain adalah tangan ibumu. 

Ibumu sangat hebat saat menyelamatkanmu, kendati tangannya cacat seumur hidup. Sekarang, kamu tahu anakku mengapa tangan anakmu sampai menghitam begitu."

Tanpa menunggu ayahnya mengucapkan kalimat berikutnya lagi, si kecil melompat dari pangkuan sang ayah.

Ia cepat-cepat berlari ke arah dapur, dan langsung memeluk ibunya erat-erat dan menggenggam tangan ibunya dan menciumnya sambil berkata,"Mami, tangan mami adalah tangan yang paling indah di seluruh dunia! Mami adalah mami tercantik yang pernah kukenal!"

*****

Hanya setelah ayahnya bercerita, si kecil baru tahu dan menyadari betapa ibunya adalah ibu yang sangat hebat dan sudah menyelamatkan hidupnya dari bara api yang pasti akan merenggut nyawanya.

Hanya saja kisah nyata itu terjadi disaat ia masih bayi, saat di mana ia belum memahami apa yang terjadi. 

Kini ia sadar bahwa kehidupannya adalah anugerah terindah dari Tuhan lewat cinta ibunya hingga rela mengorbankan dirinya hingga tangannya cacat seumur hidupnya.

Lantas, apa hubungannya dengan Salib?

Orang Kristiani begitu mencintai Yesus. Tak hanya momentum di mana Yesus hidup, mengajar dan membuat ratusan mukjizat ditengah masyarakat di zamannya, tetapi juga menghormati seluruh hidupnya, hingga wafat di kayu Salib.

Para pengikut Yesus begitu menghormati Yesus, termasuk (simbol) Salib dan peristiwa kematianNya.

Mereka memakainya sebagai kalung, menaruhnya di dinding rumah atau di atas lemari hias atau meja tamu, bahkan mereka berkali-kali menandai diri dengan Tandai Salib, tanda kemenangan Kristus yang tersalib itu!

Padahal Salib, di masa Yesus hidup adalah simbol hukuman terkeji. Sebab salib ditegakkan atau diterapkan kepada mereka yang dihukum mati: mereka yang dianggap orang yang paling jahat dan kejam. 

Tak hanya itu, hukuman salib adalah hukuman yang paling memalukan, karena seseorang biasanya disalib ditengah keramaian dan menjadi tontonan.

Orang yang tak beriman tentu saja melihat salib hanya sekedar media keji yang digunakan sebagai alat untuk menyiksa dan membunuh seorang kriminal.

Namun bagi orang beriman Kristiani, salib adalah media keselamatan bagi seluruh umat manusia.

Lagi, bila orang yang tidak mengimani Yesus, penyaliban Yesus tak lebih karena Ia seorang revolusioner dan patut dihukum mati.

Sementara orang yang mengimaniNya selalu melihat Salib Yesus sebagai peristiwa iman, sebagaimana diungkapkan dalam kesaksian prajurit yang menyaksikannya, "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!"

Kita semua para pengikutNya sangat memahami alasan dibalik ungkapan sang pengawal, karena kita membacanya dalam kacamata iman kita kepada Allah melalu Yesus, Putera kesayanganNya. 

Jawaban proklamatif ini bahkan selalu didendangkan setiap Hari Jumat Agung: "Lihatlah kayu salib, di sini tergantung Kristus, Penyelamat dunia. Mari kita bersembah sujudkepada-Nya."


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.