iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Ahok dan Transparansi Apik Antikorupsi

Mari mendalami desain grafis karya Bung Muliadii yang kami tampilkan sebagai cover grup ini dari perspektif Estetika atau Filsafat Seni.

Desain Muliadi ini bertutur tentang "cerminan" atau "bayangan" Ahok secara kongruen dan simetris.

Muliadi seakan mengatakan bahwa "mendukung Ahok berarti siap menjadi cerminan Ahok", tepatnya menjadi miniatur perjuangan Ahok. Itu juga bila kita memandang Ahok sebagai pejuang, dan bukan penjual apalagi pedagang.

*****

Tanpa bermaksud mereduksi makna dari tampilan desain ini, saya memberi judul "TRANSPARANSI AHOK: CERMIN APIK ANTI-KORUPSI".

Judul atu tema desain grafis ini akan kami untai dengan penjelasan berikut ini:


(1) AHOK DAN ANTI-KORUPSI
Ahok adalah Bapak Antikorupsi Indonesia. Ini fakta. Negara mengakuinya dan masyarakat mengamininya. Ahok tak pernah terlibat korupsi. Minimal itu yang kita tahu hingga kini.

Tetapi ada satu hal yang menarik dari Ahok, yakni ketika ia tak pernah menjadikan gelar "anti-korupsi"-nya melulu sebagai sebuah selebrasi.

Ahok tak berkoar-koar seperti orang lain yang suka meneriakkan kalimat-kalimat di bawah di media,
(a) "Sepeserpun aku tak memakan duit itu!" atau
(b) "Demi Tuhan aku tak pernah melakukan korupsi!"
(c) "Jangankan melakukan, memikirkannya pun aku tak sempat!"

Faktanya orang-orang yang meneriakkan antikorupsi itu sebenaranya justru mengenakan baju orange dengan logo "TAHANAN KPK".

Sebaliknya, Ahok justru menjadikan anti-korupsi sebagai bagian dari aksi yang bermula dari niatan hatinya. Berkali-kali Ahok mengatakan bahwa bangsa ini sudah terlalu lama dihuni oleh para pejabat dengan mental penjilat, hingga menikmati kekayaan hasil korupsinya. Mereka kerap berkoar-koar tentang anti-korupsi di media sosial, tetapi nyatanya mereka selalu korupsi di alam nyata.


(2) ANTI-KORUPSI BUKAN SEKEDAR PAJANGAN
Sosok Ahok bukanlah pajangan yang selalu menghiasi kios-kios Anda di mall-mall demi alasan beramal, tetapi kenyataannya demi mempercepat pengembalian modal.

Sosok Ahok juga bukan kotak amal yang sering kita jadikan sebagai wahana untuk pengumpulan dana sosial, tetapi kenyataannya dana itu justru ludes secara banal.

Ahok memang sangat laik jual. Tetapi itu tak lantas Ahok bisa dijual sembarangan, apalagi kepada para dermawan yang rupawan dengan harta berseliweran.

Menjual Ahok dalam arti yang luas, dengan demikian, berarti memproklamirkan cara Ahok melayani masyarakat secara bersih, transparan dan profesional.

Artinya, andai saja kita tak mampu 100% berlaku seperti Ahok, minimal secara konsisten kita berani menyampaikan kepada publik bahwa kalau berbisnis atau berdagang, apalagi Anda merangkap sebagai pejabat, maka tirulah Ahok.


RUANG SIMPUL
Inilah poin terpenting yang oleh desainer muda kita Muliadi ditampilkan lewat gambar dengan degradasi warna dalam bayangan simetris ditambah permainan ruang secara kongruen dalam desain di bawah ini.

Sekali lagi, Ahok memang layak kita jual, tetapi itu tak lantas berarti bahwa Ahok adalah barang jualan yang murah meriah dan "asal laku".

Oleh karenanya, setiap orang, terutama kita yang selalu mengatakan akan setia dan tak akan mundur mendukung Ahok harus selalu bercermin pada Ahok.

Jangan memproklamirkan diri sebagai pendukung Ahok bila Anda sendiri secara diam-diam berbohong kepada sesama pendukung, masyarakat umum, dan terutam kepada hati Anda sendiri.

Bayangkan Anda menang saat mengikuti tender publik untuk Pemprov DKI dan di depan Anda ada Ahok yang menyaksikan kemenangan Anda. Kira-kira apa yang dikatakan Ahok kepada Anda? Bisa jadi Ahok akan mengatakan, "Jalankan proyek ini dengan Bersih, Transparan dan Profesional. Sebab bila tidak aku sendiri yang akan menjebloskan Anda ke penjara!"

ANDA SIAP MENDUKUNG AHOK?

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.