iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Anak-anak Milenial

Anak-anak Milenial
Kata anak milenial, segala hal tentang kemajuan teknologi komunikasi adalah makanan sehari-hari.

Saban hari, bahkan sabat menit mata mereka selalu awas pada produk terbaru, entah dari Apple, Samsung, Panasonic, Lenovo, Asus, Nokia, Oppo, Huawei, dst. Tentu saja produk paling dinanti adalah smartphone, tablet, dan sejenisnya.

Bagi anak milenial, pergerakan bumi mengitari matahari terasa lambat. Hari-hari mereka berlansung dalam kesibukan yang bahkan tak terdefinisikan. Bermain game online, ngetweet setiap 5 menit, update status saat melihat apa pun yang menurutnya menarik. Mereka menebutnya sibuk.

Di sisi lain, anak-anak milenial juga mudah resah atas apa yang terjadi nun jauh dari tempatnya menginjakkan kaki. Bom ISIS di Rusia, serangan sekutu di Syria, orang mati karena digigit ular piton di Sulawesi, bahkan ketika ia ketinggalan berita terbaru dari game yang disukainya.

Anak-anak milenial memang unik sekaligus pelik. Mereka bisa menangis ketika temannya mendapat bencana, tetap serentak mereka suka lupa ibunya menangis karena ia terlalu larut pulang dari kampus.

Mereka generasi paradoks. Di saat bersamaan mereka sangat kreatif sekaligus skeptik pada dirinya. Mereka bisa membuat game tercanggih dan menarik, tetapi disaat bersamaan mereka bisa tiba-tiba bisa merasa mandeg karena ide baru tak kunjung datang.

Anak-anak milenial adalah anak-anak terpelajar. Mereka sangat tertarik dengan apa pun yang baru. Hebatnya, bila mereka sesuatu, maka mereka akan mengejarnya hingga ke ujung dunia. Tetapi serentak mereka melupakan orang-orang yang ditinggalkan.

Pesatnya kemajuan teknologi tak ayal lagi telah mempercepat langkah generasi milenial ini. Dalam sekejap mereka bisa berada di mana saja, bahkan mereka tak lagi punya alamat bila kita ingin berkirim surat untuknya.

Generasi milenial adalah generasi yang sekaligus peduli dan cuek. Dia mudah terharu tetapi juga dengan gampang berpaling. Lompatan hidupnya tak normal. Ia bisa kaya raya dalam waktu sekejap, tetapi juga ia bisa-tiba kehilangan arah hingga bunuh diri karena merasa bukan itu yang dicarinya.

Paradoksnya tak berhenti di situ. Anak-anak milenial adalah generasi yang peduli pada pertemanan, tetapi serentak tak mudah menerima permintaan maaf temannya.

Sayangnya, anak-anak milenial tadi, yang larinya kencang dan hidupnya selalu terbaharui oleh produk teknologi komunikasi tadi ternyata juga tak siap menghadapi dirinya, dan terutama apa yang terjadi di sekitarnya.

Tak jarang mereka jatuh dalam jurang kehampaan. Lompatan hidupnya yang tiba-tiba melejit dan tiba-tiba terjun bebas ke tingkat paling bawah tak ayal lagi telah membuat mereka menjadi individu-individu yang selalu merasa terasing dari diri dan sesamanya.

Jadi, untuk anak-anak milenial, berhentilah sejenak. Lihatlah pantulan wajahmu dibalik beningnya air, pandanglah sekitarmu tanpa menggunakan kamera ponselmu.

Inspirasi : Film "Hacker"


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.