iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Cinta Tak Bersyarat Itu Mentransformasi Hasrat

Cinta Tak Bersyarat Itu Mentransformasi Hasrat



Banyak orang menggugat orentasi hidupnya, hingga tak sedikit pula dari mereka yang justru kehilangan orientasi hidupnya. Seseorang yang kehilangan orientasi hidup tak mungkin bisa melakukan apapun. Toh ia telah kehilangan kepercayaan, harapan, dan keinginannya dalam hidupnya.

Biasanya mereka memandang dunia dengan kaca mata hitam. Ya, dari sudut kegelapan. Akibatnya mereka akan frustasi hingga akan larut dalam absurditas dan nihilisme. Hal ini terjadi karena mereka mengalami apa yang dinamakan dengan "pengalaman pahit" di kehidupan masa lalunya.

*****
Menurut Albert Camus, pengalaman pahit itu dapat melahirkan ketidakbermaknaan hidup. Di titik ini, tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain akan membawa seseorang pada nihilisme.

Hal yang sama juga ditampilkan dalam film Unconditional. Flm ini menegaskan bahwa pengalaman seseorang turut memengaruhi perspektif orang tersebut terhadap dunia ini. Adegan ketika Samantha Crawford mengalami kepedihan hidup setelah suaminya dibunuh oleh orang tak dikenal.

Romantisme yang dialami oleh Samantha dengan Billy dalam mengarungi bahtera kehidupan mereka menjadi sebuah kenangan indah yang susah dilupakan oleh Samantha. Kenangan romantisme yang dialaminya menjadikan Samantha tidak berhenti untuk mencari pembunuh suaminya.

"Mereka telah mengambil nyawa suamiku yang dengannya mereka juga telah mengambil nyawaku," ungkapan Samantha yang memperlihatkan betapa suaminya angat berharga dalam hidupnya.

Ketika kepercayaan terhadap polisi yang menangani kasusnya sudah hilang, ketika harapan untuk menemukan pembunuh suaminya sudah hilang, dan ketika beban hidup yang membuat Samantha tak lagi ingin hidup sudah hilang, Samantha pun memutuskan untuk bunuh diri.

******
Tindakan bunuh diri itu terjadi, lebih karena Samantha tidak lagi menemukan apa yang berharga dan bernilai dalam hidupnya. Hal yang sama terjadi dengan dengan Joe, seorang pria kulit hitam. Dikisahkan bahwa Joe mengalami banyak perlakuan ketidakadilan. Joe adalah lulusan terbaik di fakultasnya.

"Kadangkala apa yang kamu menangkan akan menghilangkan segalanya," demikian Joe mengawali kisah hidupnya kepada Samantha.

Keberhasilannya sebagai hacker justru menggiri Joe ke penjara. Namun peristiwa pencerahan (turning point) hidup Joe justru terjadi di penjara letika dia dikurung dalam sel khusus selama 40 hari 40 malam. Dari sanalah hidup Joe berubah dan tidak pernah sama.

*****
Pengalaman pahit yang dialami Samantha dan Joe dalam menjalani hidup ini justru mengubah perspektif keduanya tentang realitas kehidupan.

Samantha berubah ketika ia hendak bunuh diri dan di saat yang bersamaan ia juga harus menyelamatkan seorang anak kecil yang tertabrak. Sementara Joe mengalami perubahan hidup ketika ia hendak membunuh seseorang di penjara dan pada saat yang sama ia tersadar kalau kesombongannya telah menjatuhkan dirinya.

Dari kedua pengalaman eua orang di atas, kita disadarkan bahwa selalu ada kemungkinan bahwa pengalaman hidup dapat membentuk kepribadian seseorang. Di titik ini pengalaman yang mengubah hidup seseorang bukanlah pengalaman yang melulu dangkal apalagi bersifat fisikal, tetapi terutama sesuatu yang mendalam dan mampu memasuki relung hati kita, yakni pusat kesadaran nilai-nilai kehidupan.

*****
Menurut Ken Wilber, manusia memiliki tiga tingkatan pengetahuan yakni: (1) the eye offlesh, (2) the eye of reason, dan (3) the eye of contemplation.

Dari ketiganya "the eye of contemplation"-lah yang paling tinggi. The eye of contemplationa di sini merupakan tingkat pengetahuan tertinggi dari manusia, kejadian yang melebihi realitas mental dan realitas motorik.

Kata Ken Wilber: “this transcendence results from the ‘supernaturally natural’ function of [gnosis], namely the contemplation of the Immutable, of the self which is reality,consciousness, and Bliss.”

Pendeknya the eye of contemplation adalah kemampuan kita untuk melahirkan pengetahuan tentang realitas yangtransenden. Wilber menegaskan bahwa the eye of contemplation bersifat translogikal: “Translogical means transcending the logical, the rational, or the mental in general.”

Dengan kata lain, the eye of contemplation yang translogis adalah mata yang mengatasi ruang dan waktu, penghubung manusia dengan sesuatu yang melampaui bataskekuatan di luar dirinya: penderitaan, harapan, kematian.

Di tingkat inilah kesadaran spiritual berkembang. Melalui the eye of contemplation, seseorang yang soliter mengembangkan semangat solider, menumbuhkan harapan, memahami penderitaan, dan mengatasi kematian.

Kematian bukan batas akhir kehidupan. Waktu berhenti dan menyatu dengan ruang dalam sebuah tindak kepasrahan yang subtil. Dengan begitu jelaslah bahwa manusia yang ideal di era milenial ini adalah manusia yang mampu mengkontemplasikan pengalaman negatifnya menjadi sebuah pengalaman yang indah dan mampu mengubah hidupnya dan hidup orang lain.

*****
Dengan kata lain, hidup yang berdasarkan kontemplasi akan membuat kita dikuasai oleh cinta yang meluap dan melimpah dari dalam diri kita, untuk selanjutnya kita bagikan bagi orang yang ada di sekitar kita.

Maka dengan cinta yang meluap itu seorang manusia akan melayani mereka yang tak terlayani. Menjamah mereka yang tak pernah terjamah. Akhirnya seorang manusia itu adalah seorang yang digerakkan oleh cinta itu.

Cinta yang merangkul dan cinta yang membebaskan umat manusia daribelenggu beban hidup. The unconditional love itulah seharusnya yang dimiliki seorang manusia.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.