Tak jarang orang mengklaim keberhasilan orang sebagai keberhasilannya. Beberapa pejabat dan bos perusahaan seringkali dipandang berhasil karena hasil kerjanya bawahannya.
Persoalannya, seorang pemimpin yang baik dan jujur akan menyebut anggotanya saat mengumandangkan keberhasilannya, bahkan secara spesifik menyebut nama anak buahnya. Sebaliknya, pemimpin yang tidak baik akan menarik semua keberhasilan itu kedalam dirinya sendiri, hingga tak merasa penting untuk sekedar menyebut anak buahnya.
Demikian sebaliknya anak buah yang kerap mengklaim dirinya paling berperan dalam keberhasilan instansi renpat ia bekerja. Jadi klaim-mengklaim tak hanya terjadi top-down, tetapi juga bottom-up.
Tentu saja kebiasaan klaim mengklain ini akan bahaya ketika orang yang mengklaim tak sunggup tak mampu menpertanggung jawabkan apa yang diklaimnya.
Plagiator tulisan adalah salah satu contoh. Kebanyakan plagiator tak mampu mengurai arah dan tujuan dari tulisan yang dicurinya.
Maka berhentilah mengklaim "itu punyaku" atau "itu keberhasilanku" disaat Anda tak mampu mempertanggung jawabkannya. Korupsi selalu bermula dari kebiasaan ini.
Lusius Sinurat
Ad Unit (Iklan) BIG

Berbagai ide dan gagasan Filsafat, Teologi, Budaya, Politik, Pendidikan, dll. Kritik dan Saran silahkan kirimkan via email [email protected].
Posting Komentar
Posting Komentar