iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Hukum yang Terutama


Berdasarkan 2 Tim 2:8-15; Mrk 12:28b-34, Yesus menjawab segala pertanyaan orang-orang yang datang kepada Dia, dengan bijaksana.

Ahli Taurat dan orang Saduki pun hanya bisa bengong dan puyeng… mereka pun bertanya-jawab tentang bagaimana Yesus tahu segala hal mengenai Kitab Suci, sementara hanya mereka saja yang sudah mempelajarinya?”


A. HUKUM DE IURE
Yesus menekankan kembali hukum yang terutama-yang juga tertuang jelas dalam Dekalog: Dengarlah, hai orang Israel,
  • Kata “mendengar” memang dikutip dari Dekalog. Tapi Yesus mempunyai maksud dengan mengutip kata itu.
  • Di sekitar orang banyak itu ada orang Farisi dan Saduki (dan semuanya orang Israel lho!)- mereka mengetahui Dekalog secara mendalam.
  • Tetapi mereka seakan menutup telinga terhadapnya. Akibatnya mereka hanya bisa menaruh hokum itu di kepala mereka tanpa pernah berniat sungguh untuk menjalankan apa yang dituntut oleh Hukum itu. (cf. Mrk 12:32, seorang ahli Taurat membenarkan perkataan Yesus).
Implikasi: 
Di sekitar kita orang terlalu banyak berbicara tentang kebaikan, tetapi sangat sedikit dari mereka yang mendengarkan serta melakukan kebaikan itu sendiri.


B. HUKUM DE FACTO
Apa yang didngarkan? , “Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa, (maka)...:
  • KASIHILAH TUHAN, ALLAHMU, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
  • KASIHILAH SESAMAMMU MANUSIA seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari kedua hukum itu.
Implikasi:
  • Kerap kita tahu mana yang menjadi prioritas dalam hidup kita. Itu de iure. Namun, di tataran praktis (de facto), kita justru melenceng dari apa yang telah kita tetapkan itu. Maka, sesungguhnya, dibalik pertanyaan orang-orang Israel itu termaktub kelemahan manusia yang sesungguhnya. Artinya, “OK, sekarang kami sudah tahu. Lantas bagaimana cara mengaplikasikannya dalam hidup kami?”
  • Dan demi alasan de facto inilah para murid Yesus mengubah cara pewartaan dari gaya Farisi/Saduki yang de iure per se menuju de facto für se; atau dari Taurat Centris menuju Yesus Centris. Bagi Timotius dkk. (sebagaimana juga dimaklumi St. Karolu Lwanga dkk, yg kita peringati hari ini), alasan utama pewartaan Injil oleh para rasul adalah Yesus Kristus (2 Tim 2:8-15).
Yesus Kristus yang bagaimana? Yang dibelenggu sebagai penjahat, tetapi ia sungguh tidak terbelenggu; Yesus yang bangkit dari kubur, sebagaimana juga sabda Allah tak mau dikuburkan.


Maka, Mewartakan Injil berarti: memberikan jalan keselamatan bagi mereka yang mendengarkan dan percaya dalam nama Yesus Kristus. Keselamatan dalam Kristus berarti (2 Tim 11b-13):
  • Jika kita mati dengan dia, kita pun hidup dengan dia;
  • Jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; dan
  • Jika kita menyangkal dia, dia pun akan menyangkal kita. Itulah alasan mengapa gereja hingga sekarang masih kita butuhkan. Sebab melalu gerejaNya, Kristus senantiasa mengingatkan kita pada tujuan hidup kita yang sesungguhnya. Amin.
Medan, 3 Juni 2010

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.