iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Dramaturgi Politik dan Ekonomi Jokowi

Dramaturgi Politik dan Ekonomi Jokowi
Presiden Jokowi

Tahun 2019 perasaan publik teraduk-aduk oleh situasi politik dan ekonom yang tak jelas. Belum lagi rasa duka mendalam akibat kehilangan orang-orang penting di negeri ini, termasuk orang-orang terdekat kita.

Pemilu 17 April 2019 dan pemilihan anggota kabinet sejak Oktober-November 2019 adalah puncak dramaturgi politik.

Sementara perang dagang USA-RRT adalah puncak dramaturgi ekonomi. Bagaimana tidak, pasar menggiring Indonesia pada posisi "simalakama": "Menghamba pada Cina atau tetap setia jadi kacung Amerika!"

Syukurlah ada orang-orang seperti Erich Tohir dan Nadiem Makarim yang memberi harapan baru. Sayangnya sebagian menteri yang diangkat berdasarkan kepentingan politik keduanya justru ikut melempem.

Hingga kini publik justru tak habis mengerti mengapai orang sehebat dan seberani Susi Pudjiastuti tak dipertahankan Jokowi. Ia bahkan digantikan oleh jenderal yang terbukti bisa dikadalin para pencuri ikan dari Vietnam.

Sejak Reformasi 1998 memang belum ada satu pun Presiden yang berhasil di periode keduanya. Jokowi memang banyak tekanan di periode pertama, tetapi ia berhasil keluar hingga disukai mayoritas rakyat. 

Dulu kita berharap banyak dari presiden. Tapi di periode keduanya, Jokowi malah mirip Soekarno yang membangun Monas disaat rakyatnya kelaparan. 

Jokowi juga meyuruh rakyatnya melihat keindahan jalan tol dan pelabuhan disaat mereka kesulitan dengan harga-harga kebutuhan yang semakin mencekik.

Semoga di tahun 2020 hingga 2024 pemerintahan Jokowi lebih baik. Tidak lagi menambah janji, tetapi segera mewujudkan apa yang telah dijanjikan.

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.