iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Berani Berubah

Berani Berubah
Tentang perbedaan karakter dua anaknya, seorang bapa bercerita kepada lae-nya.

"Anak sulungku itu sosok lembut, gak suka marah, bahkan cenderung pendiam. Tapi kalau disuruh mengerjakan sesuatu ia selalu mengiyakan, tapi tak pernah melakukannya." (cf. Mat 21:29)

"Sedangkan anak bungsuku, beda lagi. Kalau bicara ia asal nyablak dan kalau orang yang belum kenal bisa aja tersinggung. Tapi, si bungsuku ini selalu melakukan apa yang kusuruh, walaupun selalu bilang "tdak mau". Tampaknya ia cepat sadar dan merasa bersalah telah melawan bapaknya.(cf. Mat 21:30)

Kita bisa saja punya salah satu karakter di atas. Sebab ada saja orang yang karakternya lembut tapi menyebalkan, atau karakternya keras tapi asyik karena kerjanya selalu tuntas dan bernats.

Ini ibarat cewek yang menolak cowok yang menaksirnya dengan kalimat, "Maaf, aku tak mau jadi pacarmu", tapi tindkannya justru bermakna, "terimakasih Tuhan kau kirim dia sebagai kekasihku."

Aneh. Ganjil. Banal. Ini ibarat seorang ibu yang berkendara sedang menyalakan sain "kiri" tapi malah "kanan".

Begitulah hari-hari ini berbagai anomali dan paradoks memenuhi kesehatian kita. Medsos menjadi ladang subur bagi anomali, paradoks, dan sikap hipokrit (munafik).

Banyak orang menampilkan karakter "negatifnya" tapi dengan cara memposting hal hebat-hebay di akun medsonya.

Misalnya, seseorang menyerang saudaranya dengan fitnah keji, hanya karena saudaranya itu jauh lebih sukses dibanding dia.

Ada juga orang yang rajin membuncah kesalahan kecil yang dilakukan temannya dengan tujuan untuk menutupi kesalahan besarnya.

Apapun itu. Kita semua pernah melakukan kesalahan. Ya, minimal salah omong! Menyadari kesalahan dan segera berbalik memperbaikinya adalah kunci pertobatan (metanoia).

Inilah yang dilakukaan anak bungsu di atas. Ia menjawab tidak, tapi ia segera sadar, lalu memperbaiki diri lewat tindakan nyata.

Kata Yesus kepada orang farisi, l " [...] meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya...." (cf. Mat 21:32-32).

Tak semua orang memberi ruang untuk mengubah dirinya. Ini bukan sekedar manajemen konflik. Ini soal kecerdasan memahami diri sendiri.

lusius-sinurat


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.