iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Positive Influence

Positive Influence

Kita semua tahu bahwa pengaruh positif (positive influence) adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan, memengaruhi, atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang baik.

Para musafir, wali, atau para misionaris menebarkan pengaruh positive ini lewat ajaran agama mereka. Kotbah atau syi'ar adalah medianga.

Demikian juga para pengusaha selalu berupaya mem-branding produk mereka sebahai produk paling diinginkan, bahkan dibutuhkan. Iklan dan testimoni adalah jembatan penghubung si produsen dengan konsumen.

Lebih hebat lagi kalau para penyebar agama sekaligus pebisnis, seperti para pedagang dari Gujarat yang datang ke Indonesia di masa lalu. Demkian juga para CEO perusahaan yang merangkap sebagai pendeta atau kyai di agama masing-masing.

Pengaruh positif ajaran agama yang dibawa para syi'ar dan misionaris maupun branding barang/jasa sebagai produk paling dibutukan pada akhirnya berakhir pada kemampuan meyakinkan "pasar" atau "subyek yang dituju".

Artinya, selalu ada penerimaan, tapi juga penolakan. Tentu. Sebab, yang postif bagi kita bisa jadi dipandang sebagai pengaruh negatif oleh orang lain.

Lalu, bagaimana dengan para bakal calon pedagang ide "memajukan" bangsa alias para capres, caleg dan cakada? Apakah mereka ini berani tampil untuk membawa pengaruh positif atau negatif kepada rakyat?

Faktanya, jualan para capres/caleg/cakada di setiap pemilu selalu sama : "Pilihlah aku. Sebab dengan memilih aku bangsa/daerah ini akan melejit maju mengalahkan Amerika/daerah lain!"

Bahkan, di masa campaign, mereka sudah terbiasa meneriakkan janji-jani omong kosong ini, "Honestly, I just want to serve the nation that I love. After all, my life is more than enough. This means that it is very unlikely that I will engage in corruption as has been done by other candidates who run for office in order to get money. I can guarantee that I will not practice corruption, collusion, or nepotism."

Kalau agama menawarkan surga, dan perusahaan tertentu menawarkan barang/jasa, maka para (calon politisi) justu menawarkan kesejahteraan sebagai senjata untuk mendapatkan suara.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.