Komunitas basis menjadi tempat refleksi dan keterlibatas sosial-kemasyarakatan, refleksi iman menantang keterlibatan umat dalam pembaharuan realitas sosial. Dalam komunitas basis muncul kesadaran bahwa misi Gereja melibatkan semua umat berdasarkan rahmat permandian dan sakramen Krisma.
Komunitas basis menjadi cara baru menggeja sebagaimana ditegaskan oleh FABC 1990 di Bandung. Gereja sebagai Sakramen Yesus Kristus dipanggil untuk melanjutkan misi Yesus Kristus, mewartakan Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah ini di satu sisi adalah anugerah, tetapi di sisi lain merupakan satu tuntutan untuk membawa orang pada pertobatan, perubahan radikal, hidup menurut nilai-nilai dan visi Kerajaan Allah.
Gereja dipanggil untuk memberi kesaksian dan kritik kenabian atas ketidakadilan, penindasan, menelanjangi kebobrokan dalam sistem yang tidak adil, membongkar kemunafikan. Gereja sebagai komunitas kontras juga ditantang untuk melakukan autokritik atas dirinya sendiri, sejauh mana Gereja telah hidup dan menjalankan misinya sesuai dengan praksis hidup Yesus sendiri.
Praksis hidup Yesus ialah menjadi parable Allah, menampilkan Allah yang mencintai secara gratuit, memancarkan keadilan dan belas kasih Allah, menunjukkan keberpihakan Allah kepada kaum miskin dan korban dalam masyarakat.
Sejauh mana Gereja itu sendiri menghayati dan menerapkan nilai-nilai yang diwartakan dan dipromosikan oleh Gereja melalui Ajaran Sosialnya: keadilan, kesamaan, partisipasi, demokrasi, martabat pribadi manusia, subyektivitas manusia?
Kalau tidak maka pewartaan Gereja akan menjadi kurang dapat dipercaya. Pewartaan Gereja akan lebih dapat dipercaya kalau dilakukan dengan memberi kesaksian dan contoh konkret.
Posting Komentar