Dalam adat Batak, Hulahula berperan sebagai pemberi kehidupan baru dan berkah. Hulahula dipandang sebagai sumber "darah baru" dan berkat bagi keluarga penerima istri. Perempuan yang dinikahkan (Boru ni Hulahula) dianggap membawa kehidupan baru, keturunan, dan keberkahan bagi keluarga suami (Dongantubu). Tanpa Hulahula, tidak ada kelanjutan marga.
Hulahula juga sering dianggap sebagai representasi Mulajadi Nabolon (Sang Pencipta) di bumi. Konsekuensinya, sikap hormat yang luar biasa kepada Hulahula adalah cerminan rasa syukur dan pengakuan bahwa pernikahan dan kelahiran keturunan baru adalah berkat dari yang Mulajadi melalui perantaraan Hulahula.
Hulahula juga sering dianggap sebagai representasi Mulajadi Nabolon (Sang Pencipta) di bumi. Konsekuensinya, sikap hormat yang luar biasa kepada Hulahula adalah cerminan rasa syukur dan pengakuan bahwa pernikahan dan kelahiran keturunan baru adalah berkat dari yang Mulajadi melalui perantaraan Hulahula.
Tak hanya itu, Hulahula juga dipandang sebagai sumber keselamatan dan perlindungan, dimana Hulahula, secara spiritual dan sosial, diyakini membawa keselamatan dan perlindungan. Doa dan restu mereka bahkan dianggap sangat mustajab.
Umpama somba Marhulahula (menghormati Hulahula) menunjukkan kedalaman makna ini. Hulahula dipercaya sebagai penyambung silsilah antar marga sekaligus sebagai penjaga kelanggengan adat istiadat melalui pernikahan yang sah secara adat. Maka, dalam setiap upacara adat, terutama pernikahan, posisi Hulahula adalah yang paling dimuliakan. Mereka duduk di tempat terhormat, dilayani dengan penuh khidmat, dan perkataannya didengar.
Adapun peran sangat sentral dan aktif Hulahula dalam pesta pernikahan adat adalah:
Berdasarkan struktur hirarkinya, Hulahula dapat dikelompokkan berdasarkan kedekatan hubungan kekerabatan, di mana semakin dekat hubungan kekerabatan dengan pengantin perempuan, semakin tinggi posisinya. Angkatan lebih tua (ompung, amang, tulang) lebih tinggi dari angkatan muda (saudara laki-laki seperti, haha, anggi)).Garis marga ayah pengantin perempuan adalah inti, tetapi marga ibu (Hulahula ni Hulahula) justru paling dimuliakan.
Adapun peran sangat sentral dan aktif Hulahula dalam pesta pernikahan adat adalah:
- Pemberi restu awal kepada pasangan pengantin yang meminta restu resmi dari mereka (biasanya dalam acara martumpol atau peminangan resmi).
- Penerima tanda hormat yang diberikan oleh keluarga pengantin laki-laki sebagai simbol penghormatan, penghargaan, dan permohonan berkat kepada Hulahula. Pemberian ulos hela adalah momen sangat sakral.
- Pemberi ulos pengantin pada saat mangulosi pengantin, terutama pengantin wanita (anak Boru-nya) dan pengantin laki-laki. Ulos yang diberikan, seperti Ulos Sadum atau ulos penting lainnya) bukan sekadar hadiah, melainkan simbol kasih sayang dan perlindungan (saat orang tua menyelimuti anaknya), berkah dan doa untuk kehidupan pasangan yang harmonis, subur, dan sejahtera serta pengakuan status (pengesahan secara adat) terhadap pernikahan tersebut.
- Pemberi nasihat dan wejangan (pasahat tua) melalui umpasa yang berisi nasihat, petuah hidup berumah tangga, doa, dan harapan bagi kedua pengantin dan keluarga baru.
- Pemimpin ritual adat tertentu selama pesta, seperti memimpin doa adat, dst..
- Penjaga adat lewat kehadiran mereka menjamin bahwa pernikahan berlangsung sesuai dengan tata cara adat Batak yang benar.
Berdasarkan struktur hirarkinya, Hulahula dapat dikelompokkan berdasarkan kedekatan hubungan kekerabatan, di mana semakin dekat hubungan kekerabatan dengan pengantin perempuan, semakin tinggi posisinya. Angkatan lebih tua (ompung, amang, tulang) lebih tinggi dari angkatan muda (saudara laki-laki seperti, haha, anggi)).Garis marga ayah pengantin perempuan adalah inti, tetapi marga ibu (Hulahula ni Hulahula) justru paling dimuliakan.

Posting Komentar