Khusus pada pesta pernikahan adat Batak, peran pandehata sangatlah sentral, strategis, dan penuh tanggung jawab. Ia bukan sekadar pembawa acara (MC: Master of Ceremony), melainkan juru bicara resmi (official), mediator adat, sekaligus diplomat ulung yang menjembatani kedua keluarga besar dari pihak laki-laki dan pihak perempuan.
Dalam Pesta Pernikahan seorang pandehata berperan sebagai otoritas penuh yang mengatur seluruh prosesi, termasuk pembagian ulos (kain tenun simbol berkat), penyampaian sinamot (mas kawin), dan ritual mangulosi (pemberian ulos). Pandehata juga sekaligus menjadi mediator yang menjaga keharmonian antar keluarga dengan umpasa (pantun adat) seperti marsilanlan uruk-uruk, marsilanlan Aek Toba (mengalir seperti sungai, tenang seperti Danau Toba).
Contoh implementasi dalam pernikahan Batak: pandehata ni parboru bertugas menyampaikan tudu-tudu sipanganon (penanda jamuan) dari pihak perempuan, sementara pandehata ni paranak mengatur pembagian jambar juhut (daging) kepada kerabat.
Peran ini dapat dirinci dalam tugas dan fungsi praktis seorang pandehata di setiap tahapan pesta pernikahan adat batak:
1. Pada Persiapan (Pra-Pesta Adat):
- Koordinator rembuk adat yang memimpin rapat internal keluarga yang diwakilinya untuk menyusun strategi, menyepakati sinamot, dan menyiapkan ulos.
- Utusan/diplomat untuk menyampaikan permohonan resmi (mangalehon tanda) atau undangan adat kepada pihak keluarga lain, dengan bahasa yang halus dan penuh hormat.
- Membuka acara adat dengan doa (martonggo) dan menyampaikan tujuan pertemuan sesuai adat;
- Menyampaikan pidato adat pada saat: [1] Menyampaikan permintaan maaf simbolis jika ada kekurangan dalam penyambutan. [2] Menjelaskan maksud kedatangan pihak yang diwakilinya dengan bahasa adat yang puitis, penuh kiasan (umpasa), dan sopan. [3] Menyampaikan permintaan/penawaran resmi (misalnya, jumlah sinamot);
- Mengatur dialog: [1] Mengatur giliran bicara antara juru bicara kedua keluarga. [2] Mencegah konflik dengan menyela halus jika pembicaraan memanas atau menyimpang dari adat. [3] Menerjemahkan atau memperjelas maksud pembicaraan pihak lain untuk keluarga yang diwakilinya;
- Negosiator sinamot dan ulos: [1] Memimpin tawar-menawar mengenai (Marhata Sinamot) dan jenis ulos yang akan diberikan. [2] Mencari solusi jika terjadi perbedaan pendapat, dengan mengedepankan kekerabatan dan kesejahteraan;
- Menyampaikan hasil kesepakatan (Marhusip) kepada hadirin dan meminta pengesahan dari tokoh adat senior (Hulahula);
- Pengantar penyerahan resmi sinamot, ulos (mangulosi), dan hewan adat (mangalahati) dengan tata cara dan ucapan adat yang tepat.
- Menyampaikan Horas (ucapan syukur dan selamat) dan menutup ritual dengan doa (mangido pasu-pasu) atas kelancaran acara yang telah berlangsung.
- Memastikan kesepakatan adat dicatat oleh notulen (panjaitan/parsorat) untuk dokumentasi keluarga.
- Menjadi penengah akhir degan cara menyelesaikan sisa-sisa masalah kecil yang mungkin muncul sebelum acara bubar.
Tantangan Pandehata di Era Kontemporer
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi digital, peran pandehata menghadapi tantangan seperti minimnya minat generasi muda mempelajari hata adat dan berbagai upaya memasukkan kearifan pandehata ke kurikulum sekolah.
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi digital, peran pandehata menghadapi tantangan seperti minimnya minat generasi muda mempelajari hata adat dan berbagai upaya memasukkan kearifan pandehata ke kurikulum sekolah.
Padahal pandehata bukanlah sekadar seorang juru bicara, namun sekaligus penjaga keseimbangan sosial melalui kearifan linguistik dan kultural. Keberadaannya menjadi kunci keberlangsungan adat Batak Toba di tengah perubahan zaman.

Posting Komentar