iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Sebulan Menjelang Pencoblosan

Sebulan Menjelang Pencoblosan
Kurang lebih 1 bulan lagi pilpres dan pileg dilangsungkan, tepatnya 14 Februari 2024. Tampaknya para caleg tak terlalu tertarik dengan semakin "sempitnya" waktu yang tersedia. Situasi tetap saja senyap.

Mayoritas caleg masih terpesona dengan dinamika pilpres. Begitu terpesona hingga tak tahu harus melakukan apa untuk memenangkan pencalonannya. Benr sih, kalau sebagaian sudah membungkus amplop untuk dibagikan saat 14 Februari dini hari.

Para pemain lama (incumbents) sepertinya sudah merasa di atas angin. Paling tidak nomor urut mereka tetap di atas. Bahkan, tak sedikit partai yang harua bekerja untuk mereka.

Tapi bagaimana dengan para pendatang baru? Toh tak sedikit dari mereka sudah membayar upeti yang mahal untuk menjadi peserta pemilu.

Syukur kalau mereka tak diharuskan membayar upeti, sepeeti di beberapa partai kecil. Tapi kasihan juga jalau mereka harus berjuang sendiri di lapangan.

Mereka harus melatih dan membayar uang saksi. Mendata dan mengolah data calon pemilih partai. Mereka pasti sadar kalau kemenangan mereka tak ada artinya bila suara partai justru melempem.

Tapi apapun yang terjadi, saya tetap kagum dengan para caleg yang secara konsisten berpatroli dari rumah ke rumah sembari menyampaikan misi mulianya. Di Karo ada Atmaja Sembiring Persapo-sapo dan di Simalungin ada Rikanson Jutamardi Purba.

Saya juga salut dengan para caleg yang tak pernah berhenti mengadakan pasar murah di dapilnya. Kalau caleg yang rajin visitasi banyak menghabiskan waktu, maka caleg pasar murah pasti sudah menghabiskan banyak uangnya.

Paling tidak, diantara mayoritas caleg yang masih bersembunyi hingga tgl 14 Februari dinihari mendatang, nama caleg yang "tetap bergerak" ini akan terpatri di otak calon pemilih.

Itu sebabnya caleg yang masih terlihat di lapangan dan media sosial akan lebih berpeluang melenggang menjadi anggota legislatif di negeri antah berantah yang lagi diperebutkan 3 capres aneh ini. Sebab fakta itu menandakan bahwa ia masih eksis dan tak mau kehilangan cita-citanya.

lusius-sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.