iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Sinurat Dalam Bingkai Peradaban Batak Toba

Sinurat Dalam Bingkai Peradaban Batak Toba

Sinurat berasal dari Balige Raja. Pada waktu Sinurat lahir, Tulang (Paman) Manurung memberkatinya menurut adat Dalihan Natolu. Manurung menaruh boras si pir ni tondi (beras peneguh jiwa) di atas kepala Sinurat sembari berseru, “Asa marurat dainang pangintubu, marurat ma tubu ni Sinurat, anakni Sinabutar Raja Parmahan.”

Ritual ini menjadi ungkapan kegembiaraan keturunan Manurung atau kelahiran bere (keponakan) mereka.

Sinurat, yang tinggal di Sibisa, ternyata pernah juga pindah ke Huta Lumbanpea, tempat Si Raja Tano tinggal. Sementara anaknya nomor dua (Si Raja Pagi) bermukim di Lumban Lobu. Ompu Gumbok Nabolon, anak ketiganya bermukim di Buhit.

Sedangkan Raja Muha/Manorus bermukim di Tanah Jawa, Simalungun. Karena mereka ti dan banyak ari mereka memakai marga Sinaga, karena mereka. Dengan berkembangnya keturunan dari Raja Sinurat, kini kebanyakan marga Sinurat tak lagi menggunakan marga Silalahi, melainkan tetap menggunakan marga Sinurat.

Keturunan Silahisabungan, termasuk Sinurat memang tidak menggunakan penomoran dalam silsilah marga seperti marga-marga lain dalam kehidupan sehari-hari. Kendati demikian kedudukan dan posisi generasi tidak hilang. Kedudukan siakangan (Siabangan) dan sianggian (adik) akan terlihat pada saat mengadakan Ulaon Adat (Pesta Adat), tepatnya dari posisi duduknya, dari yang paling tua hingga yang paling Muda. Posisi yang sama juga akan terlihat dalam hal penerimaan Jambar.

Sinabutar memiliki tiga anak, yaitu Sinurat, Nadapdap dan Dolok Saribu. Mengenai “siapa dari Sinurat atau Doloksaribu yang jadi anak sulung” seringkali dipersoalkan, bahkan hingga kini. Perdebatan mengenai urutan anak Sinabutar sebenarnya sudah tuntas melalui umpama “surathonma, di hau dapdap, na didolok adui (Sinurat, Nadapdap dan Doloksaribu). Sebenarnya, siapa Dolok Saribu?

Menurut penuturan tetua Sinurat, yang didukung oleh pernyataan Tulang Manurung dari Janji Matogu, Dolok Maribur atau Dolok Saribu adalah anak dari Tambun Saribu yang menikah dengan boru Sitorus Pane. Setelah Dolok Saribu beranjak dewasa, seseorang menyampaikan kepadanya kalau Sinabutar sudah tiba di Sibisa. Singkat kata, Dolok Saribu diangkat menjadi anak dari Sinabutar.

Untuk menegaskan bahwa Dolok Saribu bersama dua saudaranya, Sinurat dan Nadapdap adalah saudara kandung dibangunlah suatu tanda “homban” (rumah tua) dan aek silik di Sibisa sebagai tanda bahwa ada tiga keturunan Sinabutar Raja Parmahan.

Ada empat anak dari Raja Sinurat, yaitu Raja Tano, Raja Pagi, Ompu Gumbok Nabolon dan Raja Muha / Manorus.

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.