iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Sakramen dan Berbagai Unsurnya

Sakramen dan Berbagai Unsurnya
Gereja itu satu

Kesatuan gereja tampak dalam iman, pembaptisan, dalam sakramen, dalam anggota dan dalam hirarki. Gereja yang satu dalam Gereja katolik adalah perpaduan unsur ilahi dan insani (yang tak kelihatan dan yang kelihatan).

Ada hal-hal yang tak kelihatan yang ditampakkan dalam setiap unsur itu.

(a) Tanda yang kelihatan
Tanda yang kelihatan itu adalah
  1. Materia: terdiri dari (i) Materia remota: barang yang dipakai (air, minyak, roti, anggur, dll.) dan (ii) Materia proxima: tindakan yang menyertai penggunaan barang itu (pencurahan air, pengolesan minyak, dll.). Berikutnya adalah 
  2. Forma: kata-kata yang menjelaskan tindakan(mis.: “….terimalah tanda karunia Roh Kudus; dll.) Dan unsur terakhir adalah (3) Pelayan: orang yang menerimakan sakramen tersebut (uskup, imam, daikon, awam, dll.).

b) Dari segi arti
Terdiri dari dua unsur:
  1. Arti biasa manusiawi: dari tanda sakramen yang kelihatan (mis., baptis = masuk dalam kelompok jemaat); dan
  2. Arti rohani: yang tidak langsung kelihatan meskipun dilambangkan dengan tanda yang kelihatan (baptis air = dibersihkan dari dosa; lahir kembali).
Tujuan dan akibat sakramen
  1. Sacramentum tantum: upacara yang kelihatan (upacara sendiri bukan menjadi tujuannnya).  
  2. Sacramentum et res (akibat): keadaan, status baru. Dengan baptis, orang: (i)  dipersatukan dengan Allah; (ii) menjadi keluarga Allah, (iii) menjadi anggota gereja, dan (iv) bersifat kekal dan tidak bisa dulangi. Misalnya, dengan tahbisan, orang diangkat, dilantik dalam tugas kepemimpin gereja, bersifat kekal; dst. 
  3. Res tantum: rahmat sakramen; hubungan dengan Allah yang dilambangkan dan diwujudkan dalam sakramen. Misalnya, dengan baptis, orang dimasukkan ke dalam karya penyelamatan Allah yang terjadi dalam dan melalui gerejaNya. Dengan tahbisan, orang dipersatukan dengan Allah sebaai pelayannNya; dst.

Gereja sebagai misteri

Gereja sebagai Misteri yang terdiri dari hal yang kelihatan dan tak kelihatan (rohani), kita dapat melihat penjelasannya dalamKGK 771 dan KGK 773.

a. KGK 771:
“Kristus satu-satunya Pengantara, di dunia ini telah membentuk Gereja-Nya yang kudus, persekutuan iman, harapan, dan cinta kasih sebagai himpunan yang kelihatan. Ia tiada hentinya memelihara Gereja. Melalui Gereja Ia melimpahkan kebenaran dan rahmat kepada semua orang” (LG 8). Gereja itu serentak merupakan: (1) “serikat yang dilengkapi dengan jabatan hierarkis dan Tubuh Mistik Kristus, dan (2) kelompok yang tampak dan persekutuan rohani, Gereja di dunia dan Gereja yang diperkaya dengan karunia-karunia surgawi.”
Kedua aspek itu “merupakan satu kenyataan yang kompleks, dan terwujud karena perpaduan unsur manusiawi dan ilahi” (LG 8).
“Gereja sekaligus bersifat manusiawi dan ilahi, kelihatan namun penuh kenyataan yang tak kelihatan, penuh semangat dalam kegiatan namun meluangkan waktu juga untuk kontemplasi, hadir di dunia namun sebagai musafir. Dan semua itu berpadu sedemikian rupa, sehingga dalam Gereja apa yang insani diarahkan dan diabdikan kepada yang ilahi, apa yang kelihatan kepada yang tidak tampak, apa yang termasuk kegiatan kepada kontemplasi, dan apa yang ada sekarang kepada kota yang akan datang, yang sedang kita cari” (SC 2)

b. KGK 773: 
Persekutuan manusia dengan Allah oleh “kasih yang tidak berkesudahan” (1 Kor 13:8) adalah tujuan yang menentukan segala sesuatu, yang di dalam Gereja merupakan sarana sakramental yang terikat pada dunia yang fana ini bdk. LG 48. 
Struktur hierarkisnya “ditentukan secara menyeluruh untuk kekudusan anggota-anggota Kristus“. Tetapi kekudusan diukur pada “rahasia besar, di mana mempelai wanita dengan penyerahan cintanya menjawab penyerahan diri mempelai pria” (MD 27).

Sebagai mempelai wanita “tanpa cacat atau kerut” (Ef 5:27) Maria mendahului kita di jalan menuju kekudusan, yang merupakan misteri Gereja. “Dalam arti ini dimensi marianis dalam Gereja mendahului dimensi Petrus” (MD 27).

The Soul Of The Church

Cardinal Journet menjelaskan tentang “Jiwa Gereja / the Soul of the Church”, yang terdiri dari kemanunggalan antara Roh Kudus (the Church’s uncreated Soul) dan kasih apostolik yang penuh yang berasal dari Kristus (the Church’s created soul).

Dimensi Kasih ini sangat penting, sebab tanpa Kasih, maka Gereja bukan apa-apa. Kasih ini bukan bersifat kasih manusiawi, tetapi kasih yang berasal dari Kristus (Christic charity) yang berpusat pada korban Salib Kristus.

Kesempurnaan kasih di dalam Kristus inilah yang memampukan manusia untuk mengasihi Tuhan dan sesama, yang menjadi definisi dari kekudusan (holiness). Penjelasan Cardinal Journet ini ‘pas’ dengan uraian Vatikan II (Lumen Gentium bab V) maupun di KGK 773 yang menggarisbawahi kekudusan sebagai “jiwa” Gereja, yaitu sesuatu yang ilahi yang menjiwai segala kegiatan dan struktur Gereja.

Lalu dalam hal sakramen: karena kasih Kristus dalam korban Salib-Nya yang menjadi sumbernya, maka kita ketahui bahwa semua sakramen -yang dirayakan dalam liturgi- merupakan perayaan misteri Paska Kristus, seperti dikatakan dalam


KGK 1067:
“Adapun karya penebusan umat manusia dan pemuliaan Allah yang, sempurna itu telah diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama. Karya itu diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paska: sengsara-Nya yang suci, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan. Dengan misteri itu Kristus ‘menghancurkan maut kita dengan wafat Nya, dan membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya’. Sebab dari lambung Kristus yang beradu di salib muncullah Sakramen seluruh Gereja yang mengagumkan” (SC 5). 
Karena itu dalam liturgi, Gereja merayakan terutama misteri Paska, yang olehnya Kristus menyelesaikan karya keselamatan kita.


KGK 1076:
  • Dengan pencurahan Roh Kudus Gereja dinyatakan kepada dunia pada hari Pentekosta. Pencurahan Roh Kudus menampilkan satu era baru dalam “penyampaian misteri”: Era Gereja, di mana Kristus mengumumkan, menghadirkan dan menyampaikan karya keselamatan-Nya melalui liturgi Gereja-Nya, “sampai Ia datang” (1 Kor 11:26). 
  • Dalam era Gereja ini, Kristus hidup dan bertindak dalam dan bersama (Gereja-Nya atas satu cara baru yang sesuai dengan zaman baru ini. Ia bertindak melalui Sakramen-sakramen. Tradisi bersama dari Gereja Timur dan Barat menamakan cara baru ini “tata sakramental”. 
  • Tata ini merupakan penyampaian buah-buah misteri Paska Kristus dalam perayaan liturgi Gereja yang “sakramental”.
Maka partisipasi di dalam liturgi adalah sangat penting, bagi umat beriman untuk bertumbuh dalam kekudusan dalam kesatuan dengan anggota Gereja yang lain. Saya ingin juga mengutip dari dokumen Vatikan II, Konstitusi tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium dalam hal ini yaitu:


SC 10 (Liturgi puncak dan sumber kehidupan Gereja):
Akan tetapi liturgi itu puncak yang dituju kegiatan Gereja, dan serta merta sumber segala daya-kekuatannya.
  • Sebab usaha-usaha kerasulan mempunyai tujuan ini: supaya semua orang melalui iman dan baptis menjadi putera-putera Allah, berhimpun menjadi satu, meluhurkan Allah di tengah Gereja, ikut serta dalam Kurban dan menyantap perjamuan Tuhan. 
  • Di lain pihak liturgi sendiri mendorong umat beriman, supaya sesudah dipuaskan “dengan Sakramen-sakramen Paska menjadi sehati-sejiwa dalam kasih”. Liturgi berdoa supaya “mereka mengamalkan dalam hidup sehari-hari apa yang mereka peroleh dalam iman”.
  • Adapun pembaharuan perjanjian Tuhan dengan manusia dalam Ekaristi menarik dan mengobarkan Umat beriman dalam cinta kasih Kristus yang membara. 
  • Jadi dari liturgi, terutama dari Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan permuliaan Allah dalam Kristus, tujuan semua karya Gereja lainnya.

SC 12 (Liturgi dan ulah kesalehan).
  • Akan tetapi hidup rohani tidak tercakup seluruhnya dengan hanya ikut serta dalam liturgi. Sebab semua manusia kristiani; yang memang dipanggil untuk berdoa bersama, toh harus memasuki biliknya juga untuk berdoa kepada Bapa di tempat yang tersembunyi.
  • Bahkan menurut amanat Rasul (Paulus) ia harus berkajang dalam doa. Dan Rasul itu juga mengajar, supa ya kita selalu membawa kematian Yesus dalam tubuh kita, supaya hidup Yesus pun menjadi nyata dalam daging kita yang fana . 
Maka dari itu:
  • dalam kurban Misa kita memohon kepada Tuhan, supaya dengan menerima persembahan kurban rohani, Ia menyempurnakan kita sendiri menjadi kurban abadi bagi diri-Nya. 
  • terlihat hubungan yang erat antara sakramen/ perayaan liturgi yang merupakan penghadiran kembali misteri kasih Allah, yaitu Misteri Paska Kristus, yang mempersatukan umat beriman, agar mereka dikobarkan oleh Roh Kudus dalam kasih Kristus yang membara. 
Inilah kehidupan rohani yang menjiwai kehidupan Gereja. Juga perlu diketahui bahwa kehidupan rohani ini tidak saja diperoleh dari partisipasi dalam liturgi, tetapi juga melalui doa, yaitu hubungan pribadi dengan Tuhan.

Sedangkan dalam hal iman  kita percaya bahwa hanya karena dorongan Roh Kudus yang menjiwai Gereja, kita dapat menyatakan iman kita sebagaimana tercantum dalam Credo (Aku Percaya), “Aku percaya akan Allah, Bapa yang Maha Kuasa…. dan akan Yesus Kristus, Putera-Nya yang Tunggal Tuhan kita…. dst”. 

Rasul Paulus, dalam 1 Kor 12:3 mengatakan, “…Tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus.”


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.