iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Seminari Menengah


Seminari Menengah
Kata seminari berasal dari kata Latin seminarium, dari kata semen yang berarti benih atau bibit. Seminari berarti tempat pembibitan, tempat pesemaian benih-benih'. Demikianlah Seminari dapat diartikan sebagai sebuah tempat di mana benih-benih panggilan imam yang terdapat dalam diri anak-anak muda (Seminaris) disemaikan, secara khusus, untuk jangka waktu tertentu, dengan tata cara hidup dan pelajaran yang khas, dengan dukungan bantuan para staf pengajar dan pembina, yang biasanya terdiri dari para imam biarawan.

Kita mengenal Seminari klasik, di mana para seminarisnya belajar di dalam kompleks asrama, tempat Seminaris tinggal dan hidup dari hari ke hari.

Namun seiring perkembangan waktu, muncullah Seminari modern, di mana para seminaris mengikuti pendidikan SMP atau SMA-nya di sekolah lain di luar asrama, namun mereka tinggal di dalam asrama dan mengikuti pelajaran pelajaran dan pembinaan khusus yang dibutuhkan oleh setiap calon imam.

Seminari Menengah yang ada di Indonesia masih dibedakan lagi atas:
  1. Seminari Menengah tingkat SMP yakni yang menerima para seminaris sesudah mereka menamatkan SD. Di sini mereka belajar selama 3 tahun, mengikuti kurikulum SMP pada umumnya, ditambah dengan beberapa materi pelajaran khas Seminari. Kita masih memiliki beberapa Seminari Menengah tingkat SMP, yakni di Tuke Keuskupan Denpasar, di Maumere untuk Keuskupan Agung Ende, di Kisol untuk Keuskupan Ruteng, di Saumlaki untuk Keuskupan Ambon, dan nanti di Aimas untuk Keuskupan Sorong. 
  2. Seminari Menengah untuk tingkat SMA adalah yang paling umum di Indonesia. Para siswa diterima sesudah mereka menamatkan SMP. Di sini mereka mengikuti 3 tahun pendidikan memenuhi kurikulum pemerintah plus kurikulum Seminari, sekaligus dengan tambahan 1 tahun, entah pada tahun pertama memasuki Seminari [disebut KPB: Kelas Persiapan bawah] atau nanti ditambahkan sesudah melewatkan 3 tahun pendidikan SMUnya [disebut KPA: kelas persiapan akhir]. 
  3. Seminari Menengah KPA [Kelas Persiapan Atas] adalah sebuah seminari yang melayani mereka yang disebut mengalami `panggilan terlambat', artinya yang memutuskan menjadi calon imam sesudah menamatkan SMU, bahkan sementara atau sesudah kuliah ataupun bekerja. Mereka mengikuti pembinaan khusus minimal selama 1 tahun dan berdasarkan kebutuhan ada yang sampai 2 tahun. 
Biasanya pendidikan yang ditempuh di Seminari adalah 7 tahun (untuk SMP hingga SMA), atau 4 tahun (untuk SMA). Kini, bahkan Seminari Menengah tingkat SMA menjalani masa pendidikan sama dengan SMA luar, yakni 3 tahun (tanpa Kelas Persiapan Bawah/Atas). 

Di Indonesia terdapat 37 Seminari Menengah (Majalah HIDUP Edisi 11 Tanggal 12 Maret 2017):

Regio Jawa: 

  1. Seminari St Aloysius Gozaga Wacana Bakti Jl. Pejaten Barat 10A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan; 
  2. Seminari Stella Maris Bogor Jl. Kapten Muslihat 22, Bogor, Jawa Barat; 
  3. Seminari St Antonius Padua Cadas Hikmat Jl. Suryalaya Sari 5, Bandung, Jawa Barat; 
  4. Seminari St Petrus Canisius Mertoyudan Jl. Mayjend Bambang Soegeng No.15, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah; 
  5. Seminari St Vincentius a Paulo Blitar Jl. Merdeka Timur 4-6 Garum, Blitar, Jawa Timur; 
  6. Seminarium Marianum Probolinggo Jl. Letjen Panjaitan 58 Probolinggo, Jawa Timur.
Regio Sumatera: 

  1. Seminari Christus Sacerdos Pematangsiantar Jl. Lapangan Bola Atas 24 Pematangsiantar, Sumatera Utara; 
  2. Seminari St Petrus Aek-Tolang, Sibolga Jl. AIS Nasution No. 27, Sibolga, Sumatera Utara; 
  3. Seminari St Petrus Palembang Jl. Bangau 60 Palembang, Sumatera Utara; 
  4. Seminari Mario John Boen Pangkalpinang Jl Solichin GP Dalam Pangkalpinang, Bangka.

Regio Kalimantan: 

  1. Seminari St Petrus Nyarumkop Nyarumkop, Singkawang Timur, Kalimantan Barat; 
  2. Seminari St Gabriel Sekadau Jl. Merdeka Selatan No. 1, Sekadau, Kalimantan Barat; 
  3. Seminari St Laurentius Ketapang Komplek Pastoran Bina Utama Jl. Gatot Subroto No. 36, Payak Kumang, Ketapang, Kalimantan Barat; 
  4. Seminari St Yohanes Maria Vianey Sintang Jl. A. Yani No. 8 Sintang, Kalimantan Barat; 
  5. Seminari St Yohanes Don Bosco Samarinda Jl. Pasundan 78, Samarinda, Kalimantan Timur; 
  6. Seminari Raja Damai Palangkaraya Jl. Tjilik Riwut Km. 1, No. 5 Palangkaraya, Kalimatan Tengah; 
  7. Seminar St Yosef Tanjung Selor Jl. Danau Jempang No. 52 Pamusian Tarakan Tengah, Kalimantan Utara.

Regio Nusa Tenggara: 

  1. Seminari St Rafael Kupang Jl. Thamrin No. 15 Oepoi, Kupang, NTT; 
  2. Seminari St Maria Immaculata Lalian Jl. Nela Raya Lalian, Atambua, NTT;
  3. Seminari St Yohanes Berkhmans Mataloko Todabelu, Mataloko, Ngada, Flores, NTT; 
  4. Seminari St Maria Budan Segala Bangsa Maumere Jl. Kimang Buleng, Kota Uneng-Alok Maumere, Flores, NTT; 
  5. Seminari Pius XII Kisol Kisol, Tanah Rata, Kota Komba, Manggarai Timur, Flores, NTT; 
  6. Seminari St Fransiskus Asisi Sinar Buana Sumba Jl. Kodi-Kelembu Nga’a Bangga, Weelonda, Tambolaka, Sumba Barat Daya, NTT;
  7. Seminari St Yohanes Paulus II Labuan Bajo Jl. Van Bekum, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT;
  8. Seminari San Dominggo Hokeng Hokeng, Larantuka, Flores, NTT; 
  9. Seminari Roh Kudus Bali Jl. Raya Tuka No.54, Tuka Dalung, Kuta Utara Badung, Bali.

Regio MAMPU (Maluku, Ambon, Makasar, Papua): 

  1. Seminari St Petrus Claver Makassar Jl. Gagak 19, Makassar, Sulawesi Selatan;
  2. Seminari Agustinianum Manado Jl. Siswa-Paslaten II, Tomohon, Manado, Sulawesi Utara;
  3. Seminari Xaverianum Ambon Jl. Patimura 26, Ambon, Maluku Tenggara;
  4. Seminari St Fransiskus Xaverius Manado Jl. Opo Worang 263 Kakaskasen, Tomohon, Manado, Sulawesi Utara; 
  5. Seminari St Yohanes Maria Vianey Saumlaki Jl. Misi Olilit Barat, Saumlaki, Maluku Tenggara; 
  6. Seminari St Yudas Tadeus Langgur Jl. Yakobus No.3, Langgur, Tual, Maluku Tenggara; 
  7. Seminari St Yoseph Tobelo Jl. Gonsalo Gura Belakang Tobelo, Halmahera Utara, Maluku Utara; 
  8. Seminari St Petrus Dobo Jl. Ali Moetopo, Dobo, Kepulauan Aru, Maluku Tenggara;
  9. Seminari St Fransiskus Asisi Jayapura Komplek Taruna Bakti Jl. Empege Waena, Distrik Abepura, Jayapura, Papua;
  10. Seminari St Petrus Van Diepen Sorong Jl. Melati Mariat Pantai, Aimas Sorong, Papua Barat; 
  11. Seminari Pastor Bonus Merauke Jl. Angkasa Komplek SMA Yos Sudarso Kelapa Lima, Merauke, Papua.
Tiga poin berikut ini menjadi pertimbangan seseorang bila ingin masuk Seminari Menengah:
  1. Jika calon mulai masuk Seminari Menengah tingkat SMP, maka ia memerlukan: 3 tahun Seminari Menengah Tingkat SMP, 3 tahun Seminari Menengah Tingkat SMA, 1 tahun kelas persiapan Atas/Bawah. Total 7 tahun. 
  2. Jika calon imam masuk Seminari Menengah Tingkat SMU maka ia memerlukan 4 tahun.
  3. Jika calon imam ini mulai masuk Seminari Menengah tingkat KPA maka ia memerlukan minimal: 1 tahun.
Hukum Gereja memberikan kemungkinan bagi mereka yang mau menjadi imam sesudah mengikuti pendidikan akademis yang memadai untuk tidak mengikuti seluruh tuntutan pembinaan mulai dari Seminari Menengah KPA, TOR dan Seminari Tinggi. Uskup dapat memberi dispensasi -sesudah penyelidikan yang matang- untuk mengikuti pendidikan filsafat dan teologi saja, bahkan juga untuk tidak tinggal di seminari sebagaimana lazimnya.

Seminari Menengah PematangsiantarMateri pembelajaran

Secara umum materi yang diprogramkan pemerintah untuk setiap jenjang pendidikan harus dipelajari oleh para seminaris sesuai tingkat masing-masing, entah SMP, SMU, Perguruan Tinggi. Adapun materi binaan tambahan pada umumnya adalah: Pengetahuan Agama Katolik, Sejarah Gereja, Kitab Suci, Liturgi, Kepribadian, Etiket Pergaulan, Psikologi Perkembangan, Public Speaking, tambahan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Latin dan bahasa pilihan lainnya, Musik Kesenian Gereja, Kebudayaan, Pastoral, Katekese, Hidup Berkomunitas,

Panggilan dan Motivasi, Bina Kepribadian, Bimbingan Rohani, dll. Jadi di sela-sela mengikuti kurikulum pemerintah, para seminaris harus menyisihkan waktu untuk memenuhi kurikulum seminari. Pendidikan di seminari semuanya diterapkan dengan disiplin yang prima, sekaligus tidak kaku dan mematikan, tetap menghormati hak asasi manusia, demokratis dan kristiani.

Seluruh pembinaan di Seminari tidak lepas dari 4 kerangka dasar ini yakni membantu peningkatan pemberdayaan dan kemampuan tiap seminaris dalam bidang: kemanusiaan kepribadiannya, akademi intelektualnya, kerohanian spiritualitasnya dan kecakapan serta keterampilan berpastoral.

Khusus untuk seminari menengah, apakah anak-anak tidak terlalu kecil untuk dapat memutuskan bahwa ia ingin menjadi seorang imam? Apakah anak bukan korban keinginan orang tua? Jika demikian, apakah dapat disebut sebagai panggilan? Yang jelas panggilan Tuhan mulai terasa pada jenjang usia manapun dan tugas Gereja memberi tempat pada panggilan itu.

Manfaat lain dari pendidikan dini ini ialah: motivasi panggilan bisa menjadi lebih kuat, pengenalan akan imamat bisa lebih lama dan mendalam, budaya belajar dan hidup rohani bisa lebih terbina lewat rentang waktu yang lama dan berkontinuitas.

Namun tak dapat disangkal bahwa ada juga catatan kritisnya, yakni anak-anak terlalu cepat dipisahkan dari keakraban keluarga dan dari pergaulan yang alamiah dengan sesama anak remaja puteri, hal mana bisa mengakibatkan ketidak-matangan afeksi mereka di kemudian hari. 

Adalah tanggung jawab, peran dan tugas gereja dalam hal ini staf seminari untuk menangkal bahaya negatif, sekaligus meningkatkan manfaat positif yang ada. Untuk itulah peranan pembimbing rohani pribadi di seminari sangatlah penting, demikian juga peranan para staf pembina, baik rektor maupun sesama imam lainnnya. Mereka bertugas memurnikan motivasi panggilan para seminaris, membantu mereka menolong dirinya sendiri untuk keluar dari kekurangan yang ada, menolong mereka untuk tiba pada keputusan yang matang dan sendiri mengambil keputusan untuk menjadi imam atau tidak. 

Peran tak tergantikan tetaplah pada anak itu sendiri dalam penentuan akhir sehingga ia dengan bebas dan tanpa paksaan orang tua paroki ataupun staf mengambil kata akhir dalam terang dan tuntunan Roh Kudus. Panggilan adalah anugerah dari Tuhan maka tidak dapat dipaksakan oleh manusia.

Seminari Menengah Christus SacerdosAsrama

Namanya saja `seminaris' jadi harus berada di `seminarium' di sebuah tempat pesemaian yang khusus. Dengan demikian ia didampingi dan dikembangkan dalam satu kelompok bibit unggul dengan materi dan sistem pengembangan yang khusus. 

Suasana seminari menjadi semacam sebuah `paroki atau keuskupan kecil' dalam arti sang pemimpin umat ini mulai menghidupi sebuah hidup bersama antar pelbagai suku etnis, kepribadian dan tabiat berbeda: mereka belajar bersosialisasi dan berkomunitas. 

Di seminari mereka berlatih melayani dan memimpin lewat pelbagai latihan kepribadian dan praktek kerja dan karya serta organisasi. Di seminari mereka belajar bekerjasama, mengembangkan diri, bakat dan talenta demi kepentingan umum, penuh solidaritas dan disiplin serta belas kasih. 

Di seminari mereka belajar taat dan hormat kepada pimpinannya sekaligus kepada Gereja semesta dan Tuhan sendiri. Di seminari mereka belajar berdoa secara intens, berlatih memimpin doa, ibadah, dll. Mengingat tujuan hidupnya yang sangat khas maka mereka juga membutuhkan suasana dan sarana bina diri yang lebih menyiapkan mereka untuk memasuki gelanggang pengabdiannya sesiap mungkin, jiwa dan raga, rohani dan jasmani, semangat dan daya. 

Kendati mereka tinggal di seminari namun mereka tidak asing terhadap dunia dan keluarga. Tersedia waktu dan kesempatan untuk itu. Di seminari, bina diri mereka menjadi komplit dan prima. Bagaimana mungkin seorang belajar renang di ruang kelas saja tanpa terjun ke kolam renang?

Seminari Menengah Pematangsiantar





Anda Tertarik Masuk Seminari?

Pertama-tama: hening sejenak dan tanyailah dirimu: pernahkah engkau secara pribadi, dari diri sendiri berdoa bagi para calon imam? Bukan karena diajak, bukan karena disuruh siapapun, tapi dari dirimu sendiri? Jika belum, cobalah satu saat, mungkin saat ini juga, berdolah untuk panggilan imam.

Kedua: What can I do? Lihatlah apa yang secara kongkrit anda dapat lakukan: berdoa? Sudah. Nah, menjadi promotor panggilan: mengajak anak-anak remaja menjadi calon imam? Jika engkau merasakan mempunyai benih panggilan, jangan lupa dan jangan takut berdoa dan berserah: ini aku Tuhan, pakailah aku…

** Diolah dari tulisan Rm. Terry Ponomban dalam www.imankatolik.com

Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.