iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Cinta, Realitas Timbal Balik

Cinta, Realitas Timbal Balik
Setiap makhluk seharusnya hanya memberi karena dengan memberi ia menerima tercapainya tujuannya. Nasib terburuk yang dapat menimpa anak muda ialah kehilangan respek terhadap orangtuanya.

Bagi Allah, nilai seorang manusia tidak tergantung dari ditepati tidaknya hukum atau metode Allah tidak membiarkan diri dibujuk oleh kesalehan kita yang begitu tak sempurna dan tak menentu. 

Allah seluruhnya bebas dalam kebebasan yang berdaulat itu, ia medatangi kita secara amat dekat, dengan kedekatan rajawi. Kesadaran akan Allah lahir dari kenyataan bahwa kita menyadari diri kita dicintaiNya. (Cf. Confessiones St. Agustinus):

“Terlambat aku mencintau Engkau, 
Keindahan lama yang selalu baru,

Terlambat aku mencintai Engkau 
Engkau berada didalam diriku,
Aku diluar!
Dan, disana, aku mencari engkau;

Dengan kejelekanku, aku menjerumuskan diri
Kedalam segala yang indah, hasil ciptaanMu

Engkau besertaku, tetapi aku tidk besertaMu
Apa yang menjauhkan daku dariMuIalah 
hal-hal yang sekiranya tidak berada didalam Dikau 
maka sama sekali tidak ada.

Engkau memanggil aku, 
Engkau berteriak, 
dan Engkau mengalahkan ketulianku, 

Engkau berkilap 
dan gemerlapmu mengusir kebutaanku;
Engkau menebarkan wewangiaMu,
aku mencium harumnya yang semerbak
dan mendambakan Dikau;

Engkau mengecapMu dan lapar serta haus akan Dikau;
Engkau telah menyentuh Daku dan hatiku menyala-nyala
Karena rindu akan damaimu.”
Demikianlah Yesus memelihara ikatan mistik dengan Allah Bapa dan serentak mengkritik ketidakadilan manusiawi dan mewartakan kebenaran final dan sekaligus menyembuhkan luka batin. Dunia kita adalah taman indah yang menyejukkan sekaligus medan pertempuran yang luas membentang. Banyak orang terluka yang bertebaran dikomunitas-komunitas. 
  • Ada yang menganggap tubuh dan hatinya jelek karena tiada seorangpun yang pernah memandangi mereka penuh kasih-yang kelak membebaskan mereka dari rasa hina akan dirinya sendiri. 
  • Ada yang merasa kesepian dan tersisih karena tak satu saudara atau anggota komunitas pun yang pernah membuat mereka merasa dirinya sebagai anggota. 
  • Ada yang diperas dan dilanggar haknya karena pencari untung, majikan, pemimpin, atau para tukang gosip yang juga saudaranya sendiri.
Ibarat perang bermata dua, CINTA tak lepas dari dua sisi berlawanan. Cinta memang terajut dalam dua niat yang tampil paradoksal. Pertama, mencintai seseorang demi mendapatkan cinta yang sama (do ut des): "I love you because love me!" 

Ya, jika aku mencintaimu, itu karena kamu sudah mencitaiku duluan. Inilah realitas konkrit-timbal balik dari cinta: "Amo ut amas!" (aku mencintaimu sehingga engkau mencitaiku juga). Masalah muncul saat apa yang diharapkan oleh dua (atau lebih) orang yang saling cinta tak bisa mereka penuhi sebagaimana dulu mereka dambakan atau praktekkan pada awal relasi mereka. 

Akibatnya, mereka menjadi frustasi, sakit hati, patah hati, bahkan menderita seumur hidup mereka. Di titik inilah cinta menjadi problem maker tapi juga sekaligus menjadi solution maker dengan syarat mereka yang saling cinta saling memahami kekurangan dan terutama kelebihan pasangannya/orang yang dicintainya. 

Selanjutnya cinta akan menjadi problem maker bila mereka yang saling mencintai justru malah saling berbagi kebencian dan penyesalan mendalam mengapa mereka pernah saling mencintai sebelumnya.

Di dalam cinta sesungguhnya hadir persahabatan sejati, daya tarik (seksual), relasi personal yang hangat, rasa nyaman, perhatian, rasa yang yang tulus, keinginan untuk memeluk dan dipeluk, dan seterusnya. 

Namun, dengan cinta yang sama, di saat yang tak terduga, cinta juga bisa membidani lahirnya penderitaan, perasaan putus asa, cemburu berlebihan, dendam, dan seterusnya. 

Cinta, pada akhirnya hanya akan bermakna bagi kita bila mengambil cara atau jalan terbaik untuk mencintai sesama. Jadi, waspadalah dalam mencintai, sebab "Bukan cinta yang memilih kita, tapi kita lah yang memilih cinta!"


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.