iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Belajar Dari Pengalaman

Belajar Dari Pengalaman


Dalam relasi perkawinan sering terjadi percekcokan. Sebut saja masa ini sebagai masa perang. Di masa perang ini hati nyaris tak berfungsi maksimal. Sebaliknya pikiran begitu mendominasi.

Tak heran bila yang tersisa sehabis masa perang itu hanyalah ketakutan, kecemasan, kegelisahan atau hal-hal yang menciptakan iklim yang non kondusif untuk pendidikan seorang anak.

Kemungkinan kedua yang lebih parah ialah kehilangan seseorang dari anggota keluarga. Artinya, siapapun yang masih hidup kelak akan mengalami perkembangan yang tidak utuh.

Hal terakhir yang tersisa ialah penciptaan-penciptakan kenangan yang buruk (perang, membunuh, kekejaman, dsb.) akan memudahkan orang untuk bersikap sama, atau memiiliki pola pikir dan tindakan yang memiliki standar berdasarkan situasi perang tersebut.

Anehnya semua hal tersebut masih bisa, bahkan sering kita saksikan saat ini di dalam keluarga-keluarga di sekitar kita.

Perbedaannya adalah, bila situasi perang menciptakan kondisi di atas dari luar atau faktor eksternal, saat ini kondisi di atas tercipta karena faktor internal, seperti kekerasan, penyiksaan, perkataan-perkataan yang buruk, dan perceraian.

Pengalaman,memberikan suatu yang berharga bagi setiap tindakan dan kata-kata seseorang. Oleh karena itu, setiap pengalaman begitu berarti. Kalau pengalaman buruk saja bisa nenjadi suatu guru yang berharga, maka seharusnya pengalaman yang baik, indah, meski pun sederhana bisa memiliki dampak yang jauh lebih dasyat.

Kita akan belajar untuk memiliki dan menciptakan pengalaman-pengalaman yang baik untuk orang-orang yang berada di dalam jangkauan hidup kita.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.