iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Tanda "Seharusnya" dan "Seandainya"

Tanda "Seharusnya" dan "Seandainya"
Tak mudah untuk hidup kini dan disini. Ada beberapa kendala, diantaranya:

Pertama,masa lampau mengusik rasa bersalah sehingga membuat kita merasa gelisah alias tak tenang, menyesal, marah, bingung dan kadang malah mendua. Seharusnya kita tidak melakukan hal itu. Itulah halangan untuk menghayati hidup.

Kedua, masa depan mengusik rasa cemas, dalam benak bertanya bagaimana “seandainya” aku bekerja, bapa saya meninggal, tidak mempunyai uang cukup, usaha bangkrut, kehilangan sahabat, dst.

Sadar atau tidak sadar, sikap semacam inilah yang kerapa menjadi penghalang bagi kita untuk menghayati hidup. Singkatnya, musuh hidup kita adalah "seandainya" dan "seharusnya". Seandainya mengandaikan paradoks dan ambiguitas: "bisa dibilang ya dan tidak".

Terminologi "seandainya" ini menarik kita ke masa lampau yang tak dapat diubah. Sementara "seharusnya" mengandaikan bahwa kita selalu memikirkan masa lalu yang menyeret kita ke masa depan yang dapat diramalkan. 

Hidup sejati semetinya DIHAYATI : sekarang, di sini, dan saat ini juga. Allah adalah Allah yang hidup kini dan di sini, di tempat di mana kita berada. Contoh, di setiap perayaan Ulang Tahun kita diingatkan akan keindahan hidup.

Sikap kita di setiap ulang tahun adalah bersyukur dan membangun niat kebaikan hati, pengampunan, kelembutan dan memberi perhatian dan cinta bagi yang lain. Semuanya itu sungguh membahagiakan karena di kauniai kehidupan, pada hari ini dan disini. 

Hidup kini, di sini dan saat ini  membutuhkan prasyarat berikut:
  1. Kita sungguh-sungguh percaya bahwa yang paling penting adalah tempat ini dan sekarang ini. Caranya adalah dengan memusatkan diri dana mengandilkan pikiran pada saat ini dan di sini. 
  2. Bentuk/ cara konkret melalui doa (mengusir suara-suara yang menggoda kita). Doa mengajarkan kita supaya kita disiplin untuk hidup, mendengarkan dia yang menjadi kita: sekarang ini dan di sini, serta percaya bahwa kita tidak sendirian karena Allah beserta kita, memperhatikan, berbicara & membisikan kasihNya. Inilah bentuk kekuatan yang memperjelas hidup kita secara sungguh-sungguh.
Berbagai keajaiban terjadi di sekitarku di awal tahun ini. Jujur kukatakan, ketika niat kita adalah untuk membantu banyak orang, maka bantuan demi bantuan selalu hadir.

Orang yang percaya pada Tuhan sering mengatakan bahwa "Tuhan itu baik". Tetapi orang beriman selalu mengimani dalam hatinya bahwa "Tuhan itu nyata."


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.