iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Menulis Fiksi Populer

Fiksi Populer
Fiksi populer yang dimaksud ialah fiksi yang Populer pada masanya, karena hanya menampilkan masalah aktual dan sezaman. Lalu, jika masanya telah habis, maka seiring berjalannya waktu, fiksi popular pun akan mengalami penyurutan.

Fiksi populer sendiri bertujuan untuk mengejar selera pembaca, sehingga cerita yang diangkat adalah masalah-masalah yang dekat dengan kehidupan pembaca.
Masalah yang dikemukakan dalam fiksi populer relatif singkat dan hanya di permukaan saja; dan beberapa masalah yang sering diangkat dalam sebuah fiksi popular adalah tentang percintaan, persahabatan, karir, keluarga, sekolah, kuliah, ekstrakulikuler, magang, fashion, dll.
Fiksi populer dituliskan dengan bahasa yang relatif sederhana sehingga mudah dicerna. Beberapa novel atau cerpen tidak jarang menggunakan istilah-istilah gaul masa kini. Plotnya relatif lancar dan sederhana, sehingga tidak sulit dipahami pembaca, dan tidak harus berisi tentang peresapan nilai-nilai kehidupan yang mendalam, karena tujuan utamanya adalah mengejar selera pembaca dan menghibur pembaca.
Akhirnya, Fiksi populer itu bersifat menghibur, sehingga ending cerita harus bisa memuaskan pembaca, yang biasanya adalah happy ending. 

Cara memulai menulis Fiksi Populer:

(1) Tentukan jenis tulisan, novel atau cerpen. 

Ciri-ciri cerpen:
  1. Jumlah halaman sekitar 2-20 halaman. 
  2. Kisah yang memberi kesan tunggal dan dominan pada satu tokoh, latar dan situasi dramatik, bentuknya sangat sederhana. 
  3. Mengungkapkan satu ide sentral atau utama yang tidak membias pad aide sampingan. 
  4. Dimensi ruang waktu lebih sempit, tetapi penceritaannya selalu sampai keadaan selesai. 
  5. Mengungkapkan suatu kejadian yang mampu menghadirkan impresi tunggal. 
Ciri-ciri novel:
  1. Jumlah halaman sekitar 150-250 halaman. 
  2. Kisah bergantung pada lebih dari satu pelaku. 
  3. Menyajikan lebih dari satu impresi, efek, dan emosi. 
  4. Kelajuan cerita kurang cepat. 
  5. Unsur-unsur kepadatan dan intensitas dalam novel kurang diutamakan. 
  6. Alur lebih rumit dan lebih panjang. Biasanya ditandai oleh perubahan nasib pada diri tokoh utama. 
  7. Tema lebih kompleks dengan ditandai adanya tema-tema bawahan. 
  8. Latar meliputi wilayah geografi yang luas dan dalam waktu yang lebih lama. 
  9. Tentukan segmen pembacanya, remaja atau dewasa muda, pria atau wanita. 
  10. Tentukan tema cerita; percintaan, persahabatan, karir, keluarga, sekolah, kuliah, ekstrakulikuler, kegiatan magang, fashion, dll. 

(2) Buat outline atau kerangka cerita per bab. 

Hal-hal yang harus diperhatikan sepanjang penulisan karya fiksi:
A. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari dalam, yaitu:

1. Tema-tema adalah ide pokok suatu cerita. Tema juga merupakan pangkal tolak penulis dalam menyampaikan ceritanya. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tema adalah pengetahuan kita yang cukup tentang tema tersebut. Misalnya, kita ingin mengangkat cerita tentang lika-liku kehidupan pegawai bank, maka akan lebih bagus jika kita sendiri benar-benar pernah mengalami kehidupan pegawai bank tersebut. Tetapi kalaupun tidak, berarti kita harus benar-benar riset secara mendalam kepada orang lain yang pernah mengalami dan tahu benar kehidupan tersebut.  
2. PenokohanPenokohan adalah cara penulis dalam memberikan dan mengembangkan watak atau karakter pada masing-masing pelaku dalam cerita. Karakter pelaku bisa diketahui dari cara bertindak, cara berbicara, jalan pikiran, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal, atau penggambaran tokoh oleh tokoh lain. Untuk menggambarkan karakter tokoh tersebut, penulis dapat menyebutkan secara langsung, misal tokoh A adalah seorang penyabar, tokoh B adalah seorang pemarah. Dalam hal ini, kekonsistenan penokohan setiap tokoh harus diperhatikan.  
3. Alur Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk jalan cerita. Alur dibagi menjadi 2 macam; yaitu alur maju (progresif) dan alur mundur (flash back progresif). Dalam sebuah tulisan, tidak harus menggunakan satu macam alur saja, melainkan bisa dikombinasikan dua macam alur. Usahakan setiap bab memiliki cerita menarik yang bisa mendukung alur dalam cerita, supaya menghindari kebosanan pembaca.

4. Gaya bahasaGaya bahasa adalah alat utama penulis untuk menggambarkan dan menghidupkan cerita secara estetika. Setiap penulis memiliki gaya bahasanya sendiri. Namun, untuk fiksi popular gunakan bahasa yang sederhana dan bisa dengan mudah dipahami oleh banyak kalangan.

5. Latar/SettingLatar atau setting adalah penggambaran terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita, yang meliputi tempat, waktu, sosial budaya, dan keadaan lingkungan. Penggambaran latar tersebut harus memperhatikan unsur kevalidan, kelogisan, dan kekonsistenan. Gambarang setting yang dibangun penulis harus dikendalikan, agar pembaca benar-benar bisa merasa terlibat atau “masuk” ke dalam tempat tersebut.

6. Sudut pandangSudut pandang dibagi menjadi 3 macam, yaitu: 
  1. Penulis menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama. Penulis mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya sendiri dengan kata-katanya sendiri. 
  2. Penulis menggunakan sudut pandang tokoh bawahan. Di penulis lebih banyak mengamati dari luar cerita, daripada di dalam cerita. Biasanya penulis menggunakan kata ganti orang ketiga. 
  3. Penulis menggunakan sudut pandang impersonal. Penulis sama sekali berdiri di luar cerita, ia serba melihat, serba mendengar, serba tahu . Ia masuk ke dalam pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia dalam diri tokoh. 

B. Unsur ekstrinsik adalah unsur luar yang berpengaruh terhadap isi novel, yaitu:
1. Latar belakang
Latar belakang pengarang yang menyangkut asal daerah atau suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, dan ideologi pengarang. Latar belakang ini sedikit banyak akan berpengaruh dalam penulisan sebuah cerita.
2. Kondisi sosial budaya 
Kondisi sosial budaya dan masyarakat di suatu tempat dan waktu tertentu, akan mempengaruhi gaya atau isi tulisan. Novel yang ditulis di zaman kolonial pasti berbeda dengan zaman kemerdekaan. Bahkan novel di zaman orde baru juga berbeda dengan zaman reformasi. Dan novel yang ditulis oleh orang yang hidup di tengah masyarakat metropolis akan berbeda dengan orang yang hidup di tengah masyarakat tradisional.
3. Tempat atau Kondisi alam
Cerita yang ditulis oleh orang yang hidup di daerah pegunungan, sedikit banyak akan berbeda dengan orang yang terbiasa hidup di daerah pantai,

Demikian yang bisa kami sampaikan. Selamat mencoba

Sumber: ―Noni Rosliyani, Editor Fiksi Populer, Bentang Pustaka
[email protected]


Kiriman: Subandri Simbolon
Disunting oleh: Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.