iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Natal yang Makin Janggal

Natal yang Makin Janggal


Natal itu selebrasi kesederhanaan. Natal itu proklamasi dari para gembala yang sederhana kepada dunia luas bahwa Mesias telah lahir bagi kita! Adalah sebuah keheranan ketika Berita Gembira yang diproklamirkan oleh para gembala kok bisa dipercayai oleh dunia, terutama oleh bangsa Israel.

Buktinya, tak lama setelah Yesus lahir, berita itu cepat menyebar hingga ke telingan raja Herodes. Tak terlihat lagi suasana Natal yang sesungguhnya di kota-kota besar di Indonesia, minimal itu yang terlihat di tivi dan media (sosial).

Itu karena Natal bukan suasana sebagaimana telah diperlakukan oleh kapitalisme global. Toh perayaan Natal itu bukan suasana yang kita ciptakan sendiri, atau oleh dunia. Perayaan Natal adalah nuansa spiritual yang memanggil-manggil kita untuk menghidupi kesederhanaan Yesus.


Natal Bermula dari Kesederhanaan

Natal Bermula dari Kesederhanaan, bukan Kesemrawutan. Kitab suci bertutur bahwa di era itu para gembala dipandang tak lebih sebagai masyarakat kelas 'keroco' dan pastinya dipandang 'bloon'. Tetapi kemampuan para gembala meyakinkan penduduk setempat, bahkan 3 majus dari timur pun percaya (ditambah bantuan rasi bintang) penasaran untuk melihat bayi di palungan itu adalah keajaiban Natal.

Itulah Natal. Kesederhanaan yang dirindukan, bahkan oleh elit intelektual yang diwakili oleh 3 majus, juga oleh raja Herodes yang kemudian berniat membunuh bayi yang dianggap sebagai saingannya itu.

Sekali lagi, Natal sesuai artinya (Christus natus est : Kristus telah lahir) adalah gerbang kerinduan manusia akan dimensi keserhanaan dalam hidup mereka. Makanya orang majus dari Timur, Herodes dan penduduk Israel seakan tak peduli dari siapa berita itu didengar; jauh lebih penting bagi mereka "Mesias yang telah dijanjikan Allah kini telah lahir di tengah mereka".

Ini ibarat orang ingin mudik merayakan kesederhaan Natal di kampung mereka, karena biar bagaimana pun hanya di pedesaan nan jauh dari kota lah kesederhanaan itu selalu menghadirkan diri.

Kiranya jelas bahwa Natal bukanlah susasana virtual yang diciptakan di panggung-panggung konser hiburan dengan rintihan suara gitar dan dentuman drum yang membabibuta. Natal adalah saat di mana kesederhanaan bisa bersanding dengan sukacita bahwa Yesus telah lahir. Lanjut Baca!


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.