iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Kesederhaan vs Kemewahan Natal

Kesederhaan vs Kemewahan Natal
Tampaknya Gereja tak laku lagi sebagai ruang suci untuk merayakan Natal . Ballroom di hotel sekelas Seraton, Hilton, Aston, dan sederet hotel berbintang lima lainnya dipandang sebagai tempat terbaik bagi bayi Yesus yang hanya dibungkus kain lampin.

Mereka yang merayakan Natal di hotel, mall, gedung kesenian, gedung serbaguna (GSG), atau aula perkantoran tentu punya alasan. Kata mereka, "Kami tak tega melihat Yesus lahir di kandang. Boleh dong sesekali Yesus menikmati kemewahan dengan lahir hotel bintang lima toh!"

Orang-orang dengan kategori sukses (lagi-lagi versi mereka sendiri) tersebut sepertinya memang baik. Mereka mengajak "Yesus yang hidup" alias parapengkotbah atau imam yang bertugas untuk sesekali tidur dan makan enak di gedung kelas wahid!

Tapi beneran. Serius! Kenyataan seperti ini sangat aneh bagi kita umat Kristiani. Mengapa tidak, kita menyaksikan ada fenomena di mana orang-orang Kristen tak lagi berminat merayakan Natal di gedung gereja yang kecil atau tampak sederhana.

Buktinya, tak banyak lagi perayaan sederhana pada Natal tahun ini, begitu juga perayaan Natal selama satu dekade terakhir. Tentu, namanya manusia, mereka selalu punya alasan, misalkan:

  • IMB mendirikan gereja sulit hingga mereka tak punya gereja. Fakta ini tampaknya masuk akal karena sering terjadi di negara kita ini gereja terancam disingkirkan.
  • Gedung Gereja kami terlalu sempit dan tak mampu menampung semua umat. Jawaban semacam ini tentu kurang masuk akal, karena pada kenyataannya pada hari-hari minggu biasa gereja lebih sering sepi daripada penuh.
  • Gereja juga harus menyapa mereka yang kaya dan sukses supaya mereka kembali ke gereja, karena mereka juga umat Allah yang membutuhkan pertobatan! Menurut saya statement ini juga benar dan tampaknya seperti masuk akal. Tetapi satu hal aneh ketika 'stipendium' alias amplop-nya terkadang juga berpengaruh untuk si pengkotbah).
Gedung gereja tak lagi aman bagi kami, karena kami takut ada teroris, dan kami harus menyewa polisi yang bertugas mengamankan perayaan Natal. Ini fakta yang tidak tidak masuk akal, soalanya teroris di mana pun bisa beraksi dan bukankah jauh lebih mudah membom manusia pada perayaan suci? 

Persoalannya ide siapa yang mengatakan bahwa teroris selalu membom gereja saat Natal ? Bahwa pernah dibom, ya!). Lanjut Baca!


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.