iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Tolle et Lege (Ambillah dan Bacalah)

Tolle et Lege (Ambillah dan Bacalah)
Dalam berbagai diskusi, entah serius pake otak atau hanya pake otot, juga dalam perdebatan yang entah perlu atau tidak perlu, antara Yahudi, Kristen dan Islam sering saling 'membunuh' hanya karena perbedaan isi kitab suci.

Aku sendiri juga enggak tau mana kitab yang benar dan mana kitab yang terpaksa dianggap benar, atau mana kitab yang sepertinya benar tapi harus dibuktikan terlebih dahulu kebenarannya.


Kitab Suci Pasti Mengandung Kebenaran


Berbicara tentang kitab suci selalu menantang dan asyik. Soalnya, tak hanya tentang kegalauan atau penderitaan yang ditulis dengan indah, namun tentang kegembiraan, percintaan orang muda, kebahagiaan spiritual, kebijaksanaan, dlsb. juga tercatat lengkap di dalam kitab suci dan layak dijadikan pedoman hidup.

Menariknya, semua hal tentang "hidup" selalu dibentangkan dalam untaian kalimat sastra yang menarik, indah dan mengandung makna mendalam di dalam kitab suci-kitab suci semua agama.

Ya, begitulah kitab suci. Ia bukan sekedar buku tempat kita mencari ayat mana yang cocok dengan pengalaman kita saat ini. Kitab suci, bila dibaca secara lebih reflektif justru merupakan ringkasan hidup manusia, dari lahir hingga mati.


Kitab Suci itu Realitas Hidup itu sendiri

Teks-teks yang diuntai dalam kitab suci terkadang dengan gamblang memberi solusi, tetapi serentak tak jarang juga teks-teks itu tak jarang menjadi sumber pertikaian antar manusia yang punya kitab suci yang berbeda.

Kok bisa kayakj gitu ya? Alasannya cuma satu. Di era sekarang ini kita selalu ingin mempermudah hidup dan serba instant. Tak terkecuali dalam membaca teks Kitab Suci. Sekarang ini banyak orang mengatakan sudah membaca, padahal cuma mendengar dari orang lain tentang bacaan yang ia maksud.

Soal urusan kitab suci pun sama. Banyak orang lebih tertarik mengunduh ayat kesukaannya, atau mengunduh seluruh teks Kitab Suci di smartphone-nya, atau malah hanya merekam apa yang diucapkan sang pengkotbah dari mimbarnya - hingga tak jarang omongan si pengkotbah dianggap sebagai kebenaran mutlak.

Padahal, dalam hidup riil kitab suci adalah buku terbaik dari semua buku yang pernah aku baca. Tampaknya ini sangat subyektif, tetapi juga bukan tanpa alasan. Sebab hal apa saja yang menyangkut kehidupan ada di sana, atau bersumber untuk seterusnya dikembangkan dari sana. Entah Bible, Taurat, Al'qura, Tripitaka, dst... semua mengandung ajaran tentang hidup yang baik sebagai mahluk ciptaaan Sang Ilahi. Bener gak?

Persoalannya tak semua dari kita yang menyempatkan diri membaca kitab suci secara lengkap. Alasan takut salah memahami, salah mengerti atau takut jadi sesat sering dijadikan sebagai tembok yang tak mungkin kita jebol sendiri.


Bacalah dan Jangan Berdebat tentang Apapun yang Tidak Anda Baca


Aku membutuhkan 4 tahun untuk membaca kitab suci Katolik (kitab suci Katolik sedikit berbeda dengan Kitab Suci Protestan, red.) secara tuntas, dan aku melakukannya saat masih SMA dan tinggal di asrama Seminari Menengah Christus Sacerdos di tahun 90-an.

Apa yang aku temukan dari bacaan luarbiasa itu? Ternyata, setelah membaca kitab suci tersebut aku justru lebih bisa memahami kitab suci agama lain. Selain karena aku sudah membaca kitab suci versi agama yang aku anut, juga karena aku juga berusaha membaca kitabsuci -kitab suci dari agama lain.

Aku tak lantas hendak berbangga diri dengan pengalamanku di atas. Aku hanya sedikit kesal dengan orang-orang di media sosial yang tiba-tiba ngotot dan mengatakan agamanya yang paling benar, padahal mereka sendiri belum membaca kitab sucinya secara lengkap.

Dengan mudah si Kristen mengatakan Taurat itu sudah diretisir oleh orang Yahudi, si Islam berteriak bahwa Injil itu bukan kitab suci melainkan karangan Paulus, atau si Yahudi bersikukuh bahwa Al'quran itu hanya salinan dari Taurat dan Bibel.

Entah tuduhan apa pun bisa dialamatkan pada kitab suci yang ada, hanya karena kita belum membacanya secara utuh. Tetapi satu hal yang penting kita tahu bahwa, biasanya orang yang masih bersetubuh dengan egoisme dirinyalah yang selalu berusaha mencari kesalahan orang lain, tak terkecuali dalam memperdebatkan kebenaran kitab suci yang ia imani.

Tipikal orang di atas adalah tipikal manusia yang tidak/belum membaca (minimal) kitab suci yang ia yakini kebenarannya.


Tolle et Lege!


Jadi, bagi Anda yang berprofesi apa pun, apalagi sering mengaku sebagai orang beragama : ambillah kitab suci-mu dan bacalah dengan tuntas!

Minimal kita selalu meyakini bahwa kitab suci agama kita (entah langsung dari Sang Ilahi, entah diamini sebagai karya suci dari para penyembah Sang Ilahi) pasti memuat kebenaran yang bisa dijadikan sebagai acuran bagi 'kebutuhan kita saat ini.

Bacalah Kitab Suci-mu, sebab hanya dengan membacanya lah Anda akan lebih mengenal, lebih menerima perbedaan yang ada dan lebih terbuka saat mencari jalan keluar bagi perbedaan yang Anda hadapi. Sebab kitab suci bukan semata berbicara tentang aku atau kamu, tetapi juga berbicara tentang kita.

Misalnya menyangkut kegalauan hidup manusia, kitab Ayub (Ayub 9: 25-26) bertutur: "Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada seorang pelari, lenyap tanpa melihat bahagia, meluncur lewat laksana perahu dari pandan, seperti rajawali yang menyambar mangsanya."

Di sinilah menariknya kitab suci. Ia tak pernah lepas dari realitas hidup: pola pikir, pola ucap dan pola tindak manusia di seluruh jaman. Sastra yang digunakan pun selalu up to date dan aktual.

Kitab suci bahkan tak terlepas dari penggunaan analogi yang kerap dibentangkan dalam bahasa sastra yang apik dan menarik. Tolle et lege (ambillah dan bacalah) buku yang kau anggap suci itu!


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.