iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Kehadiran Dalam Sepi

DEBU masih menempel di kaca jendela mobil yang kami tumpangi. Lumpur dan kotoran sawah bahkan masih menempel lekat di ban mobil Innova yang kami tumpangi.

Lantai ruko tempat kami tinggal pun selalu kotor di malam hari, terutama setiap kami mengunjungi desa-desa di daerah subur ini.

Lebih dari 10 desa telah kami kunjungi dan singgahi untuk sosialisasi revolusi mental a la Jokowi.

Mengasyikkan untuk sejenak menyenderkan kepala dan tidur di perjalanan bila melewati kota atau sejengkal jalan mulus di wilayah Simalungun ini.

Tak jarang pula roda mobil harus sekuat tenaga melepaskan diri dari cengekraman lumpur licin dan berbau yang terkadang harus ia lalui. Inilah gambaran umum jalanan menuju pedesaan di kabupaten Simalungun.

Anda saja mobil ini bisa bicara, tentu dia akan merintih minta dijauhkan dari derita di hadapannya. Bagaimana tidak, hampir setiap hari ia harus mengurai lobang demi lobang, menyelami kubangan demi kubangan, bahkan harus menyeberang sungai berbatuan demi kami yang berhasrat mengetahui situasi nyata di daerah ini.

Mungkin dalam hatinya ia akan bergumam, "Mengapa kalian tega membawa saya ke sini? Bukankah aku diciptakan oleh produksi mobil Jepang untuk menggilas jalanan mulus dan tanpa hambatan?"

Ya, untung saja mobil itu tak bisa bicara.

Tapi aku, yang selalu duduk di sebelah kiri supir kami yang mungil tapi gesit dan lincah itu, sungguh bisa merasakan derita si Innova ini.

Kemarin Senin misalnya, aku tak tega membiarkan Innova harus menyeberang sungai penuh batuan dan airnya yang coklat. Tapi apa daya, hanya itu pilihan satu-satunya untuk menggapai desa yang kami tuju.

"Domma dokah namin titi on maponggol. Tapi sonari domma ipadear pamarentah, tapi lape salosei. Ai do halani ase maningon lewat bah on hita anggo laho lewat ge," kata seorang bapa yang tampak seperti kurir penyeberang roda dua dan roda tiga.

Artinya, sudah lama jemabatan ini patah. Sekarang sih sudah diperbaiki pemerintah, tetapi belum juga selesai. Makanya kita harus lewat sungai ini kalau mau menyeberang.

Melewati jalanan di kabupaten Simalungun ibarat berenang melewati arus sungai yang deras. Tak mudah untuk sekedar menyeberang. Entah karena apa dan siapa hingga daerah subur inimulai ditinggalkan oleh daerah-daerah di sekitarnya.

Sungguh melelahkan!

Tanah Jawa, 22 Desember 2014

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.