iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Ketika Rakyat Merindukan Kepastian Dalam Kepalsuan

Ketika Rakyat Merindukan Kepastian Dalam Kepalsuan

Tampaknya masyarakat Indonesia sedang merindukan kembali pemerintah(an) yang abu-abu. Ini juga kalau Anda setuju bahwa Indonesia dibawah Jenderal Soeharto adalah Indonesia yang "makmur" tetapi bersetubuh dengan utang luar negeri yang luarbiasa banyak. Artinya, kemakmuran rakyat selama 32 tahun Orde Baru adalah kemakmuran yang abu-abu, tak jelas, dan paradoks.

Tetapi, lihatlah kalimat-kalimat di bawah ini:

  • "Piye, puenak Jamanku toh?" dan diikuti foto/gambar almarhum Presiden Soeharto ramai terbentang di belakang truk-truk raksasa yang melintasi kota Ungaran menuju Jogjakarta. 


  • "Lik... lik... harga sembako larang-larang kabeh. Enak di jamane pak Harto ya (Nak..nak... arga kebutuhan pokok mahal semuanya. Masih lebih enak di jaman Pak Harto)," kata seorang nenek tua di kota kecil Gubug, kabupaten Grobogan dua tahun lalu.


  • "E tahe akka na masa sonari on. Arga hian sude situhoron. Ni pikkir hian do Reformasi on mambaen ngolu lam tabo, hape tumagonan do hape di tikki si Soeharto jadi presiden ate. Masihol iba fuang tu Orde Baru nahinan," kata seorang bapak di lapo tuak di desa kelahiranku.


  • "Au ge baya lang satuju anggo ihatahon ham negara on roh majuni. Torih ham ma, hita parjuma-juma on, lalap dassa sonon. Anggo hupikkir-pikkiri ge, dearan do sanggah jaman ni Soeharto ten," keluh Pak Simarta di salah satu desa di Kabupaten Simalungun​.

Terakhir, beberapa hari lalu, seorang petinggi partai di kota Roti Ganda mengatakan,
"Golkar merindukan Soeharto. Hanya Soeharto yang telah terbukti membesarkan Golkar," sembari merujuk pada kemelut Partai Golkar yang sedang bergelut dengan perpecahan internal.

* * * * *
Kalimat demi kalimat di atas, berisi dua hal penting: KELUHAN atas kondisi nyata hari-hari ini (ERA REFORMASI) dan KERINDUAN akan berbagai keamanan dan kenyamanan (semu) di jaman ORDE BARU. Lantas mengapa masyarakat merindukan masa lalunya dan tampak sedang menyesali masa kini, masa di mana ia sedang menjalan hidupnya?

Ternyata, selama kurang lebih 17 tahun Era Reformasi (= 50% dari era pemerintahan Suharto) tak berhasil menggiring masyarakat melupakan era Orde Baru. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa teriakan Reformasi di penghujung pemerintahan Soeharto pata tahun 1998 silam bertujuan untuk melepaskan masyarakat Indonesia dari tekanan represif dari pemerintahan Soeharto.

Lantas apakah telah berhasil? Bisa YA, tapi juga bisa TIDAK.Tergantung dari sudut mana kita memahaminya. Secara umum para aktivis dan pejuang idealis bagi kemajuan bangsa dan negara tak lagi terintimidasi sebagaimana di era Orba.

Jangan lupa pula bahwa masyarakat pun seakan-akan sudah mendapatkan kembali mandat yang mereka miliki sebagaimana dilantunkan dalam UUD 1945.

Tak marak lagi pemberedelan media oleh pemerintah, kendati di era reformasi saling breder antar pemilik media justru lebih marak. Tak sering lagi kita dengar atau baca berita tentang penculikan atau penembak misterius yang siaga membantai para pembangkang, kendati kini masyarakat justru tak terkontrol dan semakin beringas, seperti membakar curanmor, membunuh istri/suami selingkuh, dst.

Pendek kata, di era Reformasi ini masyarakat sudah lebih bebas mengutarakan pendapatnya, kendati juga terkesan kebablasan sehingga saling menghina dan saling melecehkan satu sama lain malah semakin nyata di depan mata.

Bahkan dalam beberapa kasus rakyat sendiri sudah berani mengkritisi bahkan melapor pemimpin mereka yang doyan korupsi dan menata daerah mereka denga manajemen kolusi dan nepotisme.

Semua orang boleh protes. Semua orang boleh berusaha. Semua orang boleh bersuara. Semua orang bebas menjadikan diri mereka sebagai pemimpin atas diri mereka sendiri. Lantas, mengapa orang merindukan era Presiden Suharto atau masa orde baru yang telah dikubur oleh para demonstran di tahun 1998 silam?

Aku pikir ada sedikitanya 3 alasan penyebabnya.

  1. Pertama, tak mudah mengubah kultur masyarakat yang selam 32 tahun merasa nyaman kendati semu, tepatnya ketika orang cedas tak mendapat tempat, ketika hasi pertania diperhatikan,
  2. Kedua, harga kebutuhan pokok melambung tinggi, dan tak terhindarkan lagi untuk tidak "menyembah" US Dolar - dan itu berarti memperkaya negara lain.
  3. Terakhir, di jaman sekarang kebebasan (yang didapatkan di era reformasi) kini malah membuahkan ketidakbebasan karena ruang informasi dan tekonologi komunikasi semakin mumpuni.