iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Tarikan Hidupmu

Tarikan Hidupmu

Menari bisa menunjukkan jati diri seseorang.

Seorang penari selalu bergerak dan tak mugnkin tinggal diam. Ia selalu mempelajari gerakan baru. Itu karena bagi mereka, menari adalah hidup.

"Jika aku menari dengan sungguh-sungguh itu berarti aku sedang menunjukkan jiwaku yang sesungguhnya," seru Wiwi saat berjumpa denganku di kota kembang, Bandung beberapa waktu lalu.

Atau, seperti pengakuan Tari, seorang gadis asal Bali yang setahun lalu bertemu denganku dalam sebuah acara training di kota gudeg, Yogya.

"Aku menari untuk mengekspresikan perasaan dan isi hatiku...entah itu kemarahan, kebahagiaan atau kesepian," kata gadis muda berjari lentik itu.

Menari itu ibarat pulang ke rumah, ke keluarga sendiri. Menari itu mengurai paradoks kehidupan: lahir dan mati, datang dan pulang, pergi dan kembali, maju dan mundur, dst.

Hidup adalah tarian. Hidup juga harus ditarikan, sebagaimana juga hidup harus dirayakan. Ya, hidup harus dirayakan.

Perayaan hidup itu terbentang dalam gerak gestural yang tak boleh kaku. Hidup harus lentur, termasuk di saat hidup harus terbentur atau di saat arah hidup tampak ngelantur.

Demikianlah menarikan hidup berarti merayakan kehidupan yang di dalamnya tak terhindarkan pengalaman sedih dan gembira, perasaan rindu dan bosan, nuansa statis dan dinamis. Pendeknya, merayakan hidup berarti merayakan suka dan duka.

Pengalaman suka dan duka itulah yang pada akhirnya menggiring kita pada kesatuan dengan pencipta, semesta dan sesama.

Dalam khasanah kultur batak, menarikan pencipta tak lain adalah "marsomba sampulu jari pasampulusadahon simanjujung" (menyembah dengan 10 jari ditambah 1 kepala).

Artinya, menarikan hidup di dunia tak bisa tidah harus bermula dari kemurnian hati untuk meminta ijin sang pencipta.

Di tataran yang lebih riil, arti tindakan sakral di atas mengibaratkan bahwa menjalani hidup yang terbaik harus bermulam dari sikap sungkem (Jawa: sujud) pada pencipta, hormat pada alam dan tanggap pada sesama.

Para sahabat terbaik, mari menarikan hidup! Rayakan hidupmu.

Carpe diem!
Enjoy your life!
Salute!


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.