iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

IT

Sudah jamannya sekarang kalau IT (informasi dan teknologi) tak bisa lagi dielakkan dalam pekerjaan atau aktivitas keseharian kita.

Minimal itu pendapat sebagian besar orang yang mahir dan terbiasa dengan internet.

Semenjak IT menjadi primadona maka orang gaptek seakan-akan tak bisa lagi berbuat maksimal, kalau tidak mau disebut ketinggalan jaman (out of date).

Paling tidak dia harus punya email atau akun sosial di fesbuk kalau mau disebut up to date.


Faktanya, tak hanya orang muda, orang-orang tua bahkan yang sudah ujur pun sudah punya akun facebook. Keren ya? Soal tujuan mereka bikin akun sih biarin aja terserah pribadi maasing-masing.

Tetapi nyaris tak dapat dipungkiri bahwa IT, bahkan lengkap dengan ejaannya [ai-ti] pun sudah dengan mudah dieja oleh anak-anak dan orang-orang tua tadi.

Bagaimana tidak, IT telah sedemikian rupa menjadi raja di muka bumi ini, hingga arti petemuan, perkawanan, kemitraan pun telah bergeser maknanya masing-masing dari perjumpaan, persahabatan atau kerjasama.

Masih banyak pergeseran paradigma dalam hidup setelah pesatnya IT berkembang di segala sektor kehidupan. Informasi yang begitu menjamur oleh kemutakhiran teknologi ini bahkan telah menggiring segala hal dalam hidup menjadi sedemikain "teknis"

Bila hidup telah sedemikian teknis maka cara menjalani hidup pun turut sedemikian teknis, hingga apapun seolah bisa diprediksi. Menariknya, bila suatu usaha tidak berhasil maka yang disalahkan sering adalah IT atau teknisinya.

Di titik ini teknologi bukan lagi sebagai sebab, melainkan sudah menjadi akibat dari sebuah proses. Hal ini mengandaikan bahwa sasaran kesalahan dalam sebuah pekerjaan tak lagi seperti sebelumnya yang menyasar kesalahan si pelaku (subject error, personal error, atau human error), melainkan kesalahan teknis (tecnic error?).

Kalau mau jujur, manusia pun secara tak sadar telah menjadi Tuhan, minimal atas IT ciptaannya, tetapi serentak juga sering mempertuhankan si "IT", ciptaannya sendiri.

Maka jangan heran bila seseorang telat, ia akan mencari kesalahan pada produk ciptaannya, "Maaf jam di smartphoneku lagi error!" atau kalau mengambil tindakan yang salah dan fatal bagi organisasi, "Sorry, saya salah mengirimkan pesan. Harusnya ke fesbukmu tapi malah ke fesbuk selingkuhanku."

Akhirnya, pemaksimalah teknologi ada pada kita sendiri... Ya, kita yang menggunakannya: sebagai sarana yang membantu, atau malah majikan yang harus kita bantu?

Selamat berakhir pekan, sahabat.


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.