iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Narsisme versus Media Sosial

Narsisme versus Media Sosial

Sejak media sosial meroket masuk kedalam Internet, fokus media pun mengalami pergeseran dari "menghubungkan dengan orang lain" menuju "kebutuhan promosi diri".

Platform seperti Instagram, Facebook, Snapchat, Vine, dan Tumblr secara khusus dirancang demi memenuhi kebutuhan para penggunanya dalam memahami, menggambarkan dan menghidupi realitas, gambaran alternatif tentang diri mereka menurut versi mereka sendiri, tanpa selaras dengan kebenaran.

Begitulah media sosial mengambil alih tiap kesempatan bahkan sebelum kita memiliki kesempatan untuk mlewatinya dan menyadari apa yang sedang terjadi.

Terkadang hal ini sangat menyebalkan, karena media sosial diciptakan agar Anda menjadi adiktif. Caranya Anda seakan-akan tak kuasa melepasnya dan Anda ingin selalu datang kembali mengunjunginya.

Ruang afirmasi diri, tepatnya wahana untuk mempertontonkan sisi narsistik Anda terlalu luas tersedia di dalamnya, sehingga Anda secara sadar dan terus-menerus tergoda untuk membandingkan diri Anda dengan orang lain.

Tak jarang terjadi bahwa demi perluasan dan peningkatan keuntungan perusahaan, Anda menjadi korban yang "dikondisikan" untuk membuang semua kemurungan di wajah Anda dengan mengkonsumsi produk mereka.

Akhirnya, bila tak hat-hati, kita tak tak akan pernah lagi membedakan sepenuhnnya mana kehidupam versi media sosial dan mana kehidupan yang sungguh nyata.

Di titik inilah kita harus bijaksana dalam memanfaatkan dunia sosial. Sebab kita memiliki tanggung jawab untuk tetap sadar dan waspada dalam menampilkan diri secara online, dan jangan sampai membiarkan diri kita begitu mudah terpengaruh oleh tulisan orang lain.

Selamat beristirahat sahabat.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.