iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Rapuhnya Ormas Zaman Ini

Rapuhnya Ormas Zaman Ini

Cara orang berorganisasi di bidang sosial-politik makin menjadi-jadi. Berbagai organisasi (entah parpol, ormas, LSM, etc) yang ada samasekali jauh dari dewasa, kalau tidak mau disebut kekanak-kanakan.

Perpecahan partai dan koalisi partai adalah acuan utama tentang bagaimana perpecahan begitu mudah terjadi. Jangankan kongsi antar-partai, relasi antar-anggota partai sendiri dengan mudah hancur berkeping-keping hanya karena tak ada kecocokan lagi.

Dulu Golkar begitu ganas dan beringas. Namun, setelah Reformasi bergulir, para petinggi Golkar mulai mendirikan partai sendiri-sendiri, dan lahirlah Gerindra (prabowo), Hanura (Wiranto), Nasdem (Surya Paloh), dan seterusnya. Bahkan kini Golkar berjalan tanpa kepemimpinan setelah perpecahan Aburizal Bakrie versus Agung Laksono.

Begtiulah terminologi "tidak cocok" begitu mudah diterjemahkan dengan neologi "tak mungkin lagi dipersatukan" alias "berpisah secara abadi". Lagi-lagi, fenomena kawin-cerai yang makin marak menjadi contoh kongkrit untuk ini. Seperti fenomena kawin-cerai ini, begitu pula organisasi masa kini berlangsung.

Nyaris tak ada organisasi yang mengakar. Jangankan mengakar, dalam perjalanannya organisasi itu bahkan tak punya batang, selain rimbunan daun dan buah-buah kecil yang teselip di antara dahannya.


Organisasi pun mudah layu, dan anggotanya tak bisa menahan diri untuk tidak jadi kuyup oleh pengaruh internal dan eksternal hingga persoalan tak pernah dituntaskan.

Dinamika ormas kiwari tampaknya berjalan dalam garis ini:

(1) Saat didirikan nyaris tak ada masalah, kecuali kepentingan yang disembunyikan dengan rapih oleh para pendirinya.

(2) Masa-masa indah pun akan luntur dan hancur dengan mudah ketika kepentingan tersembunyi tadi perlahan terkuak satu demi satu.

(3) Konflik pun tak terhindarkan. Faktanya, konflik bukan dituntaskan, tapi dipentaskan di panggung agung milik masing-masing si empunya kepentingan.

(4) Karena konflik tidak dikelola hingga menemukan jalan keluar, maka perpisahan pun tak terhindarkan; kendati usaha-usaha untuk bersatu masih ada, tetapi seringkali hanya bersifat "luaran". Lagi-lagi karena organisasi tak memiliki akar yang kokoh.

(5) Lahirlah organisasi baru, entah dua atau lebih. Biasanya masing-masing organisasi mengklaim diri sebagai pihak yang "original alias asli" sembari menuduh yang lain sebagai organisasi yang "palsu"


Alasannya perpecahan pun kadang sepele. Misalnya, karena seseorang terlalu menempatkan diri sebagai si empunya tahta alias orang paling berkuasa dan merasa paling berjasa. Biasanya jenis orang ini tak mau dikritik.

Sebaliknya, ia hanya mau dipahami dan dimengerti sebagai orang hebat. Si pengkritik pun akan jengah dan akhrinya menyimpan 'kekuatan baru' dengan menghimpun anggota-anggota yang sepaham dengannya. Tentu saja, untuk melawan orang yang merasa paling berjasa tadi.

Terjadilah perpecahan itu. ormas banyak dijalankan berdasarkan asas suka atau tidak suka. Rasanya tak ganjil untuk mengatakan bahwa penyebab perpecahan seringkali karena sensitivitas yang bersifat subyektif.

Kok bisa? Ya ialah.. bayangkan saja ketika kritik yang bersifat obyektif justru ditanggapi oleh pihak yang dikritik sebagai serangan subyektif, bahkan dituduh sebagai 'penyemaran nama baik" orang yang dikritik.

Saling menyalahkan dan mencari kambing hitamkan orang lain pun marak terjadi. Mungkinkah hal ini terjadi karena orang jaman ini sudah tak bisa membedakan mana dunia nyata dan mana dunia maya? Atau, jangan-jangan karena di era ini tak tersedia lagi ruang bagi kehidupan sosial, kecuali kehidupan sosial lewat akun di media sosial?

Entahlah. Tak ada yang sungguh tau daripada mereka yang berkecimpung di dalam organisasi berbasis media sosial, atau mereka yang menjadikan organisasi tertentu untuk menyembuhkan penyakit asosial mereka.

#Terinspirasi dari curhatnya Imelda Yuniati

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.