iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Dualisme Diantara Mendapatkan atau Kehilangan

Tarik menarik antara kebutuhan dan keinginan membuat kita harus selalu cerdas dalam memilih apa pun dalam hidup
Dualisme adalah musuh kita bersama, khususnya saat ini, di mana hasrat untuk hidup aman dan nyaman (yang sering diterjemahkan sebagai “bahagia”) semakin hari semakin dikejar banyak orang.

Orang sekarang bahkan tak pernah peduli harus bekerja dengan siapa dan mengerjakan apa. Banyak orang juga tak lagi peduli harus menghamba kepada siapa atau menjadi tuan atas siapa.

Ya, itu tadi. Orang ingin bahagia. Sayangnya kebahagiaan telah mereka konversi dalam bentuk “hak miliki” dan “pemenuhan atas hasrat diri”.

Hanya sosok yang lepas bebas, dalam arti tak terikat transaksi dengan orang berhati dan berlaku abu-abulah yang bisa memilah mana tuan mana hamba, mana Tuhan dan mana sesama.

Aku teringat perkataan Sang Guru kepada murid-muridnya, “Janganlah engkau menghamba kepada dua tuan, sebab engkau akan mencinta tuan yang satu sekaligus membenci yang satu sekaligus.”

Ini ibarat seorang beragama yang suatu ketika mohon bantuan Tuhan tetapi di saat yang sama ia lebih meyakini kekuatan setan. Ini orang politeis yang selalu berpikir Tuhan itu bisa dipilah sesuai kebutuhan.

Atau ketika seseorang yang selalu mengatakan bahwa ia rugi padahal ia untung, maka ia tak akan mendapat pertolongan ketika keuntungannya lenyap diambil pencuri.

Kita semua tahu bahwa dualisme dan sikap ambigu selalu menggiring kita pada sebuah simpulan pasti: “mendapatkan yang satu sekaligus kehilangan yang satu lagi.”


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.