iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Jurusan

Pada akhirnya jurusan itu hanya soal pola pikir, tak sepenuhnya berkaitan dengan pekerjaan.

Namun di negara dengan 230-an jt penduduk ini, jurusan di bangku sekolah atau kuliah seakan menentukan nasibnya di masa mendatang.

Justru di saat pola pikir matematis ala Rene Descartes telah menjadi bahan olok-olokan di dunia Barat, eh di negara dengan gugusan puluhan ribu pulau ini justru baru "nyampe" pada pemikiran Descarter, "cogito ergo sum" (aku berpikir maka aku ada). Atau dalam bahasa sederhana ungkapan itu bisa diterjemahkan seperti ini: "Asal aku bisa berpikir, maka aku udah eksis!"

Terkadang tak masuk akal ketika sistem pendidikan kita justru terperangkap pada "jurusan", persis seperti jurusan angkot atau jurusan bus luarkota yang sangat jarang berubah.Maka rasanya tak penting jurusan apa yang diambil seseorang, karena yang terpenting ia pasti sampai di tujuan.

Ketika komputer mulai menjadi bagian dari "pasar", maka jurusan "Teknologi Informatika" sangat diminati. Begitu juga saat semakin banyak orang stress dan berada dibawah tekanan hidup yang semakin berat, maka jurusan Psikologi diserbu jutaan orang.

Juga tak masuk akal bagi generasi 70-an hingga 90-an ketika jurusan Public Relation alias jurusan perhumasan dan berbagai kursus kepribadian semakin digemari hari-hari ini.

Bagaimana tidak, moncornya perkembangan dunia pertelvisian dan internet telah membuat banyak orang tergoda menjadi artis, minimal artis dadakan, atau lebih sempit lagi menjadi artis media sosia, dan lebih sempit lagi menjadi artis di akun sosialnya yang sangat jarang diakses orang lain.

Dunia pendidikan kita memang tak lebih dari persoalan LINEAR atau UNLINEAR, sejajar atau tak sejajar. Ibarat jurusan bus tadi, tak mungkin orang naik Sinabung Jaya bila bepergian dari Pangurusan ke Parapat, atau naik bus INTRA dari Sidikalang menuju Tele, Samosir.

Memang, sepintas hal ini tampak hebat dan tertata dengan baik. Tetapi tahukah Anda, bahwa ada orang yang saban hari menyetir mobil selama puluhan tahun hanya melewati jalur yang sama?

Jurusan di bangku sekolah atau di bangku perkuliahan tentu saja bukan soal "yang penting sampai", karena sudah jelas akan melewati apa saja. Jurusan-jurusan yang anda pilih di sekolah dan terutama di perguruan tinggi pada akhirnya hanyalah miniatur dari keterbatasan manusia, tetapi bukan penjara pola berpikir kita.

Siapa sangka, ketika seorang guru alumni jurusan PKn, Pendidikan Agama, Antropologi, dan ilmu sosial lainnya justru harus bisa menggunakan komputer dan internet di jaman ini? Juga siapa sangka bahwa jurusan Informatika harus tau kode etik yang bisa dipelajari jurusan hukum, atau jurusan Teknologi pangan harus memahami bidang-bidang pertanian?

Nyatanya, atas alasan linear atau unlinear, sejajar atau bersebelahan dunia kerja kita tak lagi dihuni oleh orang yang beragam pola pikirnya, melainkan oleh orang-orang yang membosankan karena mereka hanyalah orang-orang yang naik di bus menuju jurusan yang sama.

Tapi kita bisa "memaklumi" kenyataan ini. Pertama-tama karena jenjang pendidikan kita yang sangat lama mau tak mau telah memaksa kita mengenal orang yang itu-itu saja. Kedua, karena sistem pembayaran uang sekolah dan uang kuliah kita hanyalah berupa pinjaman dari orangtua, karena Anda harus mengembalikannya dalam bentuk lain.

Ini berarti sekolah dan kuliah tak lebih dari sekedar mendapatkan uang, tak peduli sedikit; karena yang penting ada uang pensiun dan membeli peti dan lahan sebagai kuburan saat mati.

Mengapa tak peduli dengan gaji kecil atau gaji besar? Karena alumni perguruan tinggi kita hanya bisa bekeraj di bidang yang dipelajarinya di kampus. Syukur-syukur kalau ada 10% ilmu yang ia serap dan aplikasikan di dunia nyata.

Ada juga sih yang sedikit melenceng dari jurusannya saat SMA atau kuliah. Tapi jumlah mereka tidak banyak, karena mereka biasanya tak betah menjadi budak atau menjadi pekerja untuk majikannnya sepanjang segala masa.

Ibarat sebuah tim Kroasia yang dihuni oleh pesepakbola dari berbagai jurusan, dunia kerja kita semestinya dihuni oleh orang-orang dari beragam jurusan, agar hidup mereka di rumah dan di dunia kerja tak sekedar 4L = "Lu Lagi, Lu Lagi".

Mereka seharusnya berani berbelok sedikit dan jangan hanya mengandalkan otomatic pilot saat menjalani hidup mereka.


Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.