iCnHAQF62br424F1oK8RwyEkyucx21kDoKaV2DdH

Pakaian Dalam

Dari namanya kita tahu bahwa pakaian tak sekedar pembungkus tubuh, tetapi serentak ia juga menjadi "penjaga" tubuh, terutama bagian dalam. Nah, karena ia pakaian dalam maka ia biasanya tak terlihat dari luar.

Namun, bukan karena tak tampak maka ia disebut pakaian dalam. Sebab, akhir-akhir ini banyak juga pakaian dalam yang terlihat begitu jelas dari luar.

Pakain dalam menjadi penting justru karena fungsinya. Lihatlah betapa para dokter selalu menyarankan agar pakaian dalam kita harus steril, dan harus lebih streril daripada pakaian luar.

Logikanya, pakaian dalam itu paling intim dengan tubuh. Ia menjadi lapis pertama yang selalu meresapi dan menampung keringat dan kotoran tubuh kita. Maka jenis pakaian dalam pun tak boleh sembarangan, apalagi ada jenis kulit tertentu yang sangat sensitif dengan jenis kain yang umum digunakan sebagai celana dalam.

Sayangnya, banyak orang justru tak terlalu peduli dengan pakaian dalam. Murah, asal ada, gak perlu model, bahkan tak peduli kualitas merupakan ciri pakaian dalam yang umum diminati kebanyakan orang.

Istilah anak-anak kos, celana dalam itu enggak penting banyak dan gak penting bagus. Yang terpenting ada dan boleh dipake bolak-balik: side-A dan side-B. Biasanya sih cowok yang suka beginian. Kaum lelaki kerap tak terlalu pusing dengan pakaian dalam yang ia kenakan.

Berbeda dengan perempuan yang lebih memperhatikan kualitas pakaian dalamnya. Bukan karena bagian tubuh perempuan lebih banyak yang sensitif, tetapi karena perempuan memang secara umum lebih menjaga penampilan mereka.

Secara kualitas sih sama aja. Baik perempuan maupun laki-laki tak terlalu mementingkan kualitas, apalagi bila dibandingkan dengan kemampuan ekonomi seseorang.

Berbeda dengan pakaian luar. Baju dan celana luar, dan alas kaki selalu kita utamakan. Pasi, ini yang waras dilakukan banyak orang. Mereka yang punya uang lebih bahkan sering membeli baju yang bahkan tak nyaman untuk tubuhnya.

Sebaliknya, banyak juga orang yang memaksakan diri menghabiskan uang yang lebih banyak membeli baju, celan dan sepatu bermerek daripada untuk kebutuhan lain seperti membeli kebutuhan pokoknya.

Ini jenis orang yang yang menomorsatukan tampilan luar dan menjadikan dirinya menjadi obyek pemandangan orang lain. Tentu saja begitu. sebab kita hanya bisa melihat tampilan bagus kita di cepan cermin. Sisanya ya buat tontonan orang lain.

Dan karena kita tak pernah fokus untuk melihat pakaian dalam mereka, maka kita pun pasti tak mengetahui jenis pakaian dalam yang mereka kenakan. Kendati tak jarang pula kita tahu saat mereka bergerak janggal karena pakaian dalamnya tidak nyaman. He he he.

Tampilan luar memang selalu menjadi obyek pertama dan utama yang kita perhatikan. Tetapi, seiring pertumbuhan jaman, orang makin tak peduli lagi mana pakaian dalam dan mana pakaian luar.

Dalam beberapa dekade silam, banyak orang, terutama kaum wanita dengan genit justru nyaman mengalihfungsikan pakaian dalam menjadi menjadi pakaian luar, sementara pakaian luar sendiri mereka bungkus rapih di almarinya.

Tentu saja tak ada yang salah dengan pengalihan fungsi ini. Sebab, kita tahu bahawa manusia di jaman-jaman purba pun tak mengenakan baju dan celan. Mereka awalnya telanjang, dan perlahat mulai menutup bagian sensitif dari tubuh mereka.

Nah, sekarang justru orang kembali lagi menyukai pakaian luar. Tak hanya penutup aurat atau sekedar penutup bagian badan dan kaki, tetapi juga penutup kepala. Hingga banyak orang terlihat bak lemari berjalan, karena tak terlihat lagi bentuk tubuhnya.

Entah seperti apa pakaian dalam mereka. Hanya saja saat ini, meodel begitulah yang sedang diminati, dan hampir bisa dipastikan kebiasaan itu akan berubah suatu saat nanti.

Namanya juga trend. Namanya trend ya, pasti berubah-ubah dong. Hanya sangat disayangkan ketika akhir-kahir ini, perkembangan mode kerap ditarik ke ranah agama hingga pakaian pun dibagi menjadi dua jenis, yakni pakaian gamis dan pakaian non-gamis.

Kalau agama mau ikut-ikutan mode, mestinya pakaian dalam juga harus ada pakaian dalam gamis dan pakaian dalam non-gamis.

Ada-ada saja....


Lusius Sinurat

Posting Komentar

Saat menuliskan komentar, tetaplah menggunakan bahasa yang baik, sopan dan sebisa mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalistik. Please jangan mencantumkan link / tautan ya. Terimakasih.